Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 976 Menang Besar

Aku tiba di ruang istirahat anggota tim dan memilih sepuluh orang keluar. Meskipun aku tidak pernah bersaing dengan sembilan orang itu, tapi aku lumayan baik dalam melihat orang. Sehebat apa kemampuan mereka, aku lihat sekali sudah mengerti. Tentu karena mereka tidak hebat, kalau tidak, aku juga tidak bisa mengetahuinya.

Setelah menghitung sepuluh orang, aku langsung membawa mereka menuju kearah tempat penonton di dekat arena. Di tempat duduk penonton menyisakan dua baris untuk panitia lomba dan peserta lomba. Aku menyuruh mereka duduk, lalu melihat Jinkang membawa lembaran kertas berjalan kearahku. Ia tertawa berkata, “Sudah beres, Kak Alwi.”

Aku berkata, “Mereka semua sudah menandatangan?”

Jinkang berkata, “Tentu. Mereka adalah orang-orang yang sombong. Meskipun mereka sering terkalahkan oleh Anda, tapi setelah mereka tahu Anda adalah orang hebat pertama di Invincible Empire, mereka merasa Anda menang itu adalah hal yang pantas. Tetapi beberapa bawahan kita tidak begitu baik, jadi mereka sombong, merasa mereka bisa menang.”

Aku tertawa dingin dan berkata kepada Regy mereka, “Apakah kalian mendengarnya? Mereka meremehkan kalian. Teman-teman, katakan apa yang harus kalian lakukan?”

Regy mereka berteriak, “Tidak perlu banyak cakap. Kita akan melakukan yang terbaik!”

Aku tersenyum berkata, “Baik sekali, melihat kalian semua begitu semangat, aku menjadi tenang. Teman-teman, hari ini aku ingin melihat kalian semua menang. Jangan lupakan teman-teman kita yang mati! Dan juga hadiah yang cukup besar!”

Perkataanku menyemangati semua orang. Orang-orang kita sangat percaya diri dan berteriak menang. Sedangkan tim lawan hanya menaikkan jari tengahnya kepada kita sambil bersiul. Aku terlalu malas peduli mereka, begitupula dengan orang-orang kita. Lagipula bagi kita, mereka hanya orang yang akan mati.

Waktu berlalu dengan cepat. Jinkang dengan cepat berkata, “Kak Alwi, tersisa lima menit lagi, lomba akan dimulai. Apakah Anda ingin mengatakan sesuatu?”

Aku mengayunkan tanganku dan berkata, “Tidak perlu. Tubuhku kurang enak. Lomba mulai, aku juga tidak ikut meramaikannya dan beristirahat di belakang. Aku berikan tanggung jawab kepadamu.”

Mendengar tubuhku kurang enak, Jinkang bertanya kepadaku dengan panik. “Apakah Anda baik-baik saja? Apakah mau cari dokter untuk periksa?”

Aku menggelengkan kepala bilang tak apa-apa, lalu berdiri dan pergi. Regy mereka seketik berteriak dengan hormat, “Hati-hati Kak Alwi.”

Melihat aku pergi sebelum lomba mulai, banyak penonton yang mulai membahas, karena bagi mereka, seharusnya aku tidak pergi, apalagi aku adalah pemimpin dari para petinju. Disini ada pemimpin, maka semuanya lebih percaya diri. Kalau aku pergi begitu saja, bukankah mereka tidak percaya diri? Apalagi keberadaanku yang menakuti lawan. Kalau aku ada, perasaan tim lawan pasti lebih tertekan, jadi mereka tidak mengerti mengapa aku bisa pergi begitu saja.

Aku mendengar ada seseorang yang meneriaki ‘jangan pergi’ dan juga ada yang bilang ‘ia pasti mau ke toilet’, lalu pihak lawan terkejut memandangku. Mereka berbincang, sambil membawa tatapan mata yang meremehkan. Akhirnya saat aku turun tangga, ada orang yang bertanya, “Pak Alwi, apakah Anda takut anak-anakmu kalah, jadi tidak tahan untuk menyaksikan lomba?”

Aku membalikkan kepalaku pelan, lalu tersenyum memandang orang itu.

Awalnya arena tinju bawah tanah yang ricuh seketika menjadi hening. Semua orang memandangku semangat, mungkin ingin melihatku bagaimana mengatasi pandangan remeh dari mereka. Sedangkan orang yang mengatakan itu melihatku sombong dan berkata, “Aku akui kamu itu hebat, tapi juga hanya dirimu. Anak-anakmu ini sama sekali bukan musuh kita! Malam ini yang akan mati adalah mereka!”

Aku mengorek telingaku malas, lalu berjalan kearah orang itu. Semuanya seketika mundur karena menjijikan. Aku dengan malas berkata, “Aku tidak menetap disini, karena aku sudah tahu kalian yang akan kalah tanpa aku menyaksikannya. Kalau aku sudah tahu hasilnya, mengapa aku harus menghabiskan waktu untuk ‘pertunjukkan’ kalian?”

Orang-orang ini seketika sangat kesal setelah mendengar ucapanku. Mereka seperti ingin mengatakan sesuatu. Aku berkata, “Aku tidak suka orang lemah yang berlagak, jadi tunggu kalian semua hidup, baru berbicaralah denganku!”

Aku berlangkah besar setelah mengatakan itu. Baru saja jalan beberapa langkah, tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari belakang. Regy berteriak, “Kak Alwi yang terhebat!”

Sekelompok orang itu juga berkata, “Kak Alwi yang terhebat! Kak Alwi yang terhebat!”

Aku tidak berbalik badan lagi dan langsung berjalan menuju tempat istirahat. Aku mencari sebuah ruangan, lalu terbaring malas di ranjang. Aku memang terluka, ditambah aku bermain dengan Cecilia seharian, lalu menyerang orang tadi, jadi aku sungguh lelah sekarang dan sakit. Kalau tidak, aku mungkin menatap disana.

Aku teringat ucapan Jessi. Ia bilang tubuh seseorang juga ada batasnya. Aku terlalu banyak menerima luka, itu sangat tidak baik bagi tubuhku. Kupikir benar juga kata-katanya. Betapa hebat apapun seseorang, juga tidak akan kuat menerima luka bera begitu banyak. Bukankah aku seperti itu? Meskipun pulihnya cepat, tapi juga sering terjadi berulang kali.

Aku menghela nafas kalau mengingat ini. Siapapun juga tidak ingin menggunakan nyawa sendiri untuk bercanda. Hanya saja selain itu, apakah aku memiliki jalan lain? Ini adalah nasibku.

Menyimpan semua pikiran, aku terbaring disana sambil berpikir apakah Aiko dan Cecilia sudah meninggalkan Invincible Empire dengan amana? Kalau Cecilia sadar dalam pertengahan jalan dan menemukan aku menipunya, lalu menghilang begitu saja, apakah ia akan menangis?

Tiba-tiba rasa mengantuk muncul, aku pelan-pelan masuk ke dalam mimpi indah.

Tidur yang sangat nyenyak. Saat aku tersadar kembali, diluar sana sangat hening. Aku berpikir apa yang terjadi? Apakah lomba sudah selesai? Aku mengambil teleponku lihat. Sial, sudah mau pagi. Aku sudah tidur berapa lama?

Aku menggoyangkan pinggangku malas. Aku mendorong pintu dan melihat Nando dan Regy berdiri di depan pintu. Mereka berdua sedang main. Setelah melihat kedatanganku, mereka berdua segera mematikan telepon dan berdiri tegak berkata, “Kak Alwi.”

Aku mengayunkan tanganku dan berkata, “Tak ada siapa-siapa, kalian tidak perlu begitu sungkan.”

Mereka kembali santai dan tertawa berkata, “Baik.”

Aku bertanya, “Apakah lomba sudah berakhir?”

“Sudah berlalu lama sekali, tentunya sudah berakhir.” ujar Regy senang. “Kita memenangkan semuanya dengan begitu santai, seperti kemapuan seluruh arena tinju ini sangat hebat. Dengan kemampuan yang seperti itu, aku sungguh kagum terhadap keberanian mereka.”

Sejak awal aku sudah percaya kepada mereka, kalau tidak, aku juga tidak mungkin tidur dengan nyenyak.

Aku mengangguk kepalaku dan berkata baguslah menang. Lalu aku memandang Nando dan bertanya, “Apakah mereka berdua sudah pergi?”

Nando mengangguk dan berkata, “Tenang saja, Kak Alwi. Sulistio sendiri yang menunggu di area perbatasan. Mereka sangat aman.”

Aku bilang baik, tetapi hatiku sedikit khawatir.

Nando lanjut berkata, “Kak Alwi, misi yang Anda berikan dua hari malam kemarin, aku sudah berhasil melaksanakannya.”

Aku terdiam dulu, lalu mengerti apa yang ia maksud. Ia bilang masalah yang kusuruh mereka untuk membunuh Smith. Aku menyipitkan mataku dan bertanya dengan suara dingin. “Orang tua itu telah mati?”

“Sudah mati, bahkan mayatnya juga tak tersisa.” ujar Nando dingin.

Aku berkata, “Tidak menyisakan bukti yang tak mendukung kan?”

“Anda tenang saja, sama sekali tidak ada jejak. Kita sudah profesional, Anda tidak perlu khawatir.”

Aku tentu percaya kemampuan Nando mereka dalam menyelesaikan masalah. Aku menepuk pelan bahunya dan berkata, “Baiklah kalau begitu. Kamu sudah bekerja keras dan teman-teman yang sudah sibuk.”

Nando tertawa dan berkata, “Kak Alwi, Anda menyuruh kita jangan sungkan kepada Anda, tapi Andanya juga terlalu sungkan kepada kita. Memang seharusnya kita bekerja untuk Anda, adalah kebanggaan kita.”

Aku menepuk bahunya senang dan berkata, “Kamu bisa mengakuiku dan membantuku, aku sudah senang. Jangan ungkit kebanggaan ataupun yang lain. Bagiku, kalian semua adalah temanku.”

Nando menggaruk kepalanya malu dan tersenyum.

Aku berkata, “Sekarang Smith telah mati. Kita hanya perlu menunggu berita. Pemimpin Invincible Empire ini juga harus dirubah. Matthew dan Armour kedua orang ini sudah terlalu lama sombong. Sudah saatnya menyiksa mereka juga.”

Nando mengangguk kepalanya. Aku bilang, “Kalian semua sangat lelah, segera istirahatlah.”

Nando berkata, “Redy, kamu pergi tidurlah. Aku antar Kak Alwi pulang.”

Regy menguap dan berkata, “Kalau begitu, aku pergi tidur dulu. Kalian hati-hati.”

Regy ke kamarnya, sedangkan aku dan Nando meninggalkan arena tinju bawah tanah. Aku yang menyetir mobil dalam perjalan pulang, agar ia bisa tidur. Ia tidak bisa menang dariku, jadi hanya bisa tidur, lalu tanpa semenit, terdengar suara mendekurnya. Aku tahu ia sangat ngantuk dan lelah, tapi semua yang ia lakukan demi diriku. Aku bersumpah dalam hati, aku harus membiarkan mereka menikmati kehidupan sebanyak usaha yang mereka habiskan untukku.

Kita tiba di rumah. Siapa sangka baru saja aku duduk di sofa, panggilan Jinkang terhubung. Aku menekan tombol angkat dan mendengar suaranya yang panik. Ia berkata, “Kak Alwi, buruk.”

Aku berkata, “Mengapa aku buruk? Aku baik-baik saja.”

Jinkang berkata dengan kecewa. “Aku tidak bilang Anda buruk. Maksudku sesuatu yang buruk terjadi! Smith itu ditemukan mati di area perbatasan. Mobil langsung terjatuh kebawah tebing dan meledak, bahkan mayatnya tidak ditemukan.”

Aku berpura-pura berteriak kaget. “Apa yang kamu katakan? Bagaimana mungkin?”

Jinkang dengan panik berkata, “Aku juga tak sangka. Mengapa begitu sial orang itu mati di jalan keluar area perbatasan kita? Aku mengambil perekam videonya, lalu memastikan ia yang terjadi sesuatu. Hanya saja tidak diketahui siapa yang membunuhnya. Perekam videonya sama sekali tidak ada petunjuk yang bisa digunakan.”

Aku tenang kembali dan berpura-pura khawatir berkata, “Pak Smith mati di tempat kita, sepertinya ini bukan kebetulan. Aku curiga ada orang yang ingin menggunakan masalah ini untuk menjebakku, jadi memilih untuk beraksi disini.”

Jinkang dengan kesal berkata, “Sebenarnya siapa yang berani menjebak Anda?”

Aku dengan tenang berkata, “Musuhku sangat banyak. Sudah biasa kalau ada orang yang ingin menjebakki, tapi orang itu tidak seharusnya membunuh Pak Smith, karena apa yang direncanakan Paman Matthew dan Bos akan sia-sia begitu saja.”

Jinkang menghela nadas dan berkata, “Aku paling takut Anda selalu memikirkan Bos mereka, sayangnya mereka akan menyalahkanmu.”

Kalau ini terjadi di jaman dulu, Jinkang tidak mungkin akan mengatakan ini kepadaku. Tapi sekarang ia sudah menganggapku sebagai temannya, jadi ia juga langsung mengatakan. Aku dengan senang berkata, “Sudahlah, jangan marah-marah lagi. Kalaupun Tuan besar dan Paman Matthew menyalahkanku, aku juga tidak bisa mengatakan apapun. Siapa suruh masalah ini terjadi di tempatku?”

Novel Terkait

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu