Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 132 Siluman penggoda

Siapa yang berani menyentuhnya?

Kalimat ini diucapkan dengan nada yang sangat lembut tapi sangat mengesankan ibarat sebilah pisau yang menusuk hati seseorang hingga tidak berani bergerak.

Dan wanita mana lagi yang bisa sesombong ini selain Aiko?

Puluhan orang mulai mengelilingi Aiko, tatapannya sangat tenang dan warna lipstiknya gelap, dia mengeluarkan sesuatu mirip pipa baja dari mobil, lalu membukanya dari tengah, perlahan-lahan menarik keluar kedua sisi dan muncul dua pisau tajam.

Pedang ganda.

Ini adalah pertama kalinya aku menyaksikan Aiko mengambil senjata yang begitu panjang dan besar, anehnya dia yang memengang pedang ganda sama sekali tidak membuat orang merasa takjub, sebaliknya dia memiliki aura iblis mematikan yang mengingatkan orang-orang tentang macam tutul yang membunuh orang-orang di hutan yang dalam tanpa berkedip.

Paman Lei menatap Aiko tersenyum dingin dan berkata: “Aiko, ‘Siluman penggoda’apakah pedang ganda ini layak kamu keluarkan untuk melawanku?”

Paman Lei menyebut Aiko sebagai ‘wanita penggoda’, memang harus diakui dua kata ini benar-benar cocok dengan perangainya.

Yang diluar dugaanku adalah orang-orang di bawah panggung langsung bersemangat dan ada yang berteriak: “Siluman penggoda? Apakah‘Siluman penggoda yang bibir merah, membunuh orang dengan setetes darah’? Apakah dia pembunuh yang membuat orang gemetar ketakutan?”

Pembunuh? Satu kata ini sangat asing bagiku sekarang, walaupun aku tahu Aiko sebelumnya melakukan banyak pembunuhan, tapi aku tidak menyangka dia adalah seorang pembunuh profesional, tidak heran perasaan yang dia berikan padaku selalu ada semacam perasaan berbahaya, tidak mengherankan ketika dia marah kekuatan membunuh di matanya bisa membuat orang gemetar ketakutan, ternyata dia adalah pembunuh terkenal.

Aiko mengayuhkan pedang ganda yang ada ditangannya dan berkata: “Di dunia ini tidak ada ‘Siluman penggoda’hanya ada Aiko, kakak perempuan Alwi.”

Kata-kata ini membuatku tersentuh hingga berteriak histeris: “Kak, aku Alwi tidak akan melupakan cintamu, tapi kumohon pergilah! Ku mohon padamu, cepat tinggalkan tempat ini!”

Sehebat apapun Aiko, dia hanya seorang diri, sedangkan Paman Lei bersama puluhan orang, dan mereka semua tampak sangat hebat, Mick seharusnya bisa menjadi lawan Leo, dan orang hebat seperti Mick setidaknya masih ada sepuluh orang. Seorang Mick tidak bisa mengalahkan Aiko, tapi bagaimana dengan sepuluh? Aku tidak berani membayangkannya, karena aku tahu perkelahian ini pasti akan kalah telak.

Aiko menatapku dan berkata: “Jika ingin pergi kita sama-sama pergi.”

Ketegasan di matanya membuatku merasa hangat, tapi aku tidak boleh menyusahkannya, setelah berpikir sesaat aku berkata: “Pergi cari Dony.”

Dengan kekuatan Aiko seorang diri dia tidak bisa menyelamatkanku, tapi jika itu Dony semua ini belum tentu, terlebih sekalipun Dony tidak bisa menyelamatkanku, setidaknya dia bisa menjaga keselamatan Aiko.

Hanya saja situasinya tidak di bawah kendaliku, ketika aku selesai mengatakannya, Mick sudah mulai menyerang Aiko.

Aku melihat tiga orang langsung menyerang Aiko, masing-masing memegang pisau di tangannya. Aiko tetap tidak bergerak, ketika ketiga orang itu menyerangnya, dia tiba-tiba bergerak, tubuhnya menyerang kedepan seperti panah dari tali, dan satu pisau di tangan kanannya terbang, memantulkan cahaya yang menyilaukan mata membuat satu orang menutupkan mata sedangkan pisau di tangan kirinya melintasi leher dua orang, hanya dengan satu tendangan saja berhasil menendang orang yang menutup mata dan meraih kemenangan.

Namun, selain pria yang ditendangnya, kedua orang yang terkena sayatan pedang ganda dengan cepat menghindar kesamping dan menyerang Aiko dari satu sisi, salah satu dari mereka baik-baik saja dan ingin mengeluarkan tinju memukul pinggang Aiko, tapi Mick sudah tidak bisa, dia bahkan menjulurkan tangan mengeluarkan jurus monyet mencuri buah persik.

Aiko menjinjit mundur beberapa langkah, dengan cepat menghindari serangan kedua pria itu, pada saat yang sama, pisau terbangnya berbelok cepat, langsung merobek kemeja Mick membuat lengannya tergores besar, tiba-tiba darah menetes dan dagingnya terkelupas, dan pada saat ini ketiga orang lainnya sudah berdiri dibelakang Aiko.

Aku berteriak ‘Hati-hati’, Aiko menendang kakinya dengan ganas dan seluruh tubuhnya melayang di udara, kedua pedang di tangannya berputar sengit memaksa ketiga orang itu mundur beberapa langkah.

Semakin lama semakin banyak orang berdatangan, Aiko meletakkan kedua pedang di depannya membentuk salib berputar yang membuat banyak orang tidak berani mendekatinya, tapi ada juga yang langsung menyerang dengan ganas.

Tatapan mata Aiko benar-benar ingin membunuh, pedang ganda yang ada ditangannya langsung menusuk ke bahu kiri dan kanan pria itu, lalu menariknya keluar dengan sadis, pria itu tersentak mundur beberapa langkah, lalu pedang ganda itu melewati telinga kedua orang itu, hingga membuat telinga kedua orang itu terputus.

Adegan berdarah ini membuat ekspresi banyak orang yang berada dilokasi menjadi pucat, tapi ekspresi Aiko tidak berubah sama sekali dia seperti seorang ratu perang.

Saat ini, Aiko terlambat menghindar, sebuah pisau menancap di punggungnya dengan keras, hatiku menegang dan berteriak, “Kak!”

Aiko mengerutkan kening, berbalik memegang pisau dikedua tangannya dan menebas pria itu, pria itu tumbang dengan pisau panjang ditangannya, punggung Aiko terluka cukup besar dan darah segar mengucur keluar dari jaket hitam, sedikit demi sedikit menetes ketanah, hatiku perih melihat darah merah segar itu.

Aiko terbang dan menendang pria itu jauh-jauh, dia menusukkan pedang ganda ke pundak pria itu dan melakukan pukulan ke atas dengan ganas, daging di pundak pria itu langsung sobek, kedua pisau itu membentuk lingkaran di udara dan melemparkan tetesan darah keluar, serta memaksa beberapa orang mundur, dia membalikkan tangan kirinya, dan pedangnya langsung jatuh ke kaki seseorang. Orang itu menjerit kesakitan dan ditendang keluar oleh Aiko.

Melihat punggungnya yang terus menerus mengeluarkan berdarah, dan wajahnya yang putih pucat, serta semakin banyak luka kecil ditubuhnya, mataku memanas dan berteriak: “Pergilah! Kak Aiko, ku mohon, cepat pergi!”

Aiko sepertinya tidak mendengarku, dia meremas bibirnya dan terbang keatas panggung, punggungnya mendapat banyak serangan, tapi dia seolah tidak merasakan apa-apa, hanya terkadang sedikit mengerutkan kening, dan dengan cepat kembali ke ekspresi dingin, lawan di depannya jatuh satu demi satu.

Melihat langkah Aiko yang tegas tapi seluruh tubuhnya sempoyongan, hatiku sangat sedih dan bertanya padanya: “Mengapa kamu begitu bodoh?”

Aiko tidak menjawabku, mungkin dia sudah tidak memiliki kekuatan untuk berbicara, tapi dia tetap memegang kedua pedangnya, ingin keluar dari pengepungan dan datang ke sisiku.

Hatiku sakit, dan ada semacam perasaan putus asa.

Pada saat ini, Paman Lei yang dari tadi melihat perkelahian tiba-tiba melemparkan puntung rokok ke arah Aiko dengan kasar, karena kurangnya keterampilan Aiko tidak bisa menghindar dan langsung menyentuh luka di dahinya, darah segar berkucuran keluar. Dan yang paling membuat hatiku sakit adalah saat ini beberapa orang tiba-tiba mendorongnya jatuh kelantai, membuatnya tidak bisa bergerak.

Satu langkah lagi akan sampai kepanggung, tapi dia tidak berhasil melakukannya.

Selain orang Paman Lei, yang lainnya terdiam, ada orang yang merasa kasihan pada Aiko, karena semua orang bisa melihat kegigihan dan ketragisan dirinya, semua orang mengaguminya.

Aku berteriak menangis: “Leon, berengsek kamu!”

Paman Lei tersenyum bejat disudut mulutnya berjalan menuju kearah Aiko dan berkata: “Dari dulu aku sering mendengar Siluman penggoda sangat menarik, hari ini aku ingin lihat, betapa seksinya Siluman penggoda”

Sebuah ketakutan tiba-tiba muncul dalam benakku, aku menggeleng dan berteriak: “Berani kamu menyentuhnya, sekalipun aku menjadi hantu juga tidak akan melepaskanmu!”

Paman Lei tertawa dan berkata: “Baiklah, aku akan menunggumu berubah menjadi hantu ganas untuk membalas dendam padaku, jika kamu tidak datang, aku akan menginjak kuburmu!”

Setelah itu, Paman Lei melompat turun dari panggung, dan orang-orangnya berteriak dengan penuh semangat.

aku takut, aku marah tapi tidak berdaya. Aku tidak mengerti, kesalahan apa yang ku lakukan, mengapa Tuhan selalu membuatku melihat orang-orang yang kusayangi terluka, dan aku tidak berdaya? Mengapa selalu menindas orang baik? Apakah benar ini yang dikatakan orang "orang baik selalu pendek umur, sedangkan orang jahat berumur panjang"?

Paman Lei perlahan berjongkok di samping Aiko dan menjulurkan tangannya……

Aku panik berusaha sekuat tenaga untuk bangkit, tapi tidak peduli bagaimana aku berjuang, seluruh tubuhku tidak bisa bergerak, dan selama aku bergerak akan mendapat pukulan dan tendangan.

Pada momen kritis, sebuah suara datang dengan dingin dan berkata: “Leon, apakah kamu terlalu haus akan wanita? Sampai-sampai wanitaku kamu juga berani menyentuhnya?”

Aku mengangkat kepalaku dengan tajam dan melihat seorang pria berjas kulit perlahan-lahan berjalan menuju kemari, dia hanya berdiri disana dan ekspresi semua orang berubah bahkan ekspresi paman Lei menjadi sedikit kaku.

Dan pria yang membuat semua orang ‘Gemetar ketakutan’tidak lain adalah Johan.

Johan tersenyum dingin menatap paman Lei, tapi tatapan matanya penuh dengan aura membunuh, paman Lei menarik tangannya, berdiri dan berkata dengan santai: “Ternyata tuan Johan, kenapa? Kamu masih menyukai wanita yang sudah menghinamu di pesta pernikahan?”

Dapat dilihat meskipun paman Lei tidak takut padanya, tapi dia masih memiliki beberapa ketakutan, mungkin karena identitas ayah Johan yang hebat. Hitam adalah hitam, tidak peduli seberapa kuat, tidak akan sekuat‘Raja’di sisi yang cerah, jika yang pertama ingin mencari masalah dengan yang terakhir, membutuhkan banyak hambatan dan tantangan, tapi agar yang terakhir bisa berurusan dengan yang pertama, itu hanya soal pilihan.

Johan berjalan menuju kearah Aiko dan berkata: “Aku menyukainya atau tidak, bukan urusanmu? Sudah ku katakan dia wanitaku, dan dia adalah wanitaku!”

Ketika Paman Lei mengayuhkan tangannya, semua anak buahnya memberi jalan, Johan bergegas kesamping Aiko dan memapahnya duduk mengerutkan kening: “Bagaimana keadaanmu?”

Aiko mendorongnya, dengan tatapan dingin berkata: “Aku baik-baik saja.”

Johan sedikit marah dan berkata: “Baik? Kamu tidak lihat keadaanmu sekarang!”

Setelah itu, dia menatapku dengan cemburu dan memarahiku “Pria tidak berguna”, lalu berkata: “Kamu ingin menyelamatkannya?”

Dia menanyakan pertanyaan ini pada Aiko.

Tiba-tiba hatiku merasakan firasat buruk.

Aiko tidak berbicara, Johan berteriak: “Iya, atau tidak?”

Aiko mengerutkan bibir dan berkata, “Ya.”

Johan berkata: “Menikahlah denganku dan aku akan membantumu menyelamatkannya, jika tidak aku akan melihatnya mati!”

Aku menggertakkan gigiku dan berkata: “Johan, dasar keparat kamu.”

Johan mengabaikanku dan hanya melihat Aiko, aku menyuruh Aiko untuk tidak menyetujuinya, siapa sangka dia tiba-tiba melihat ke belakang dan tersenyum, senyuman ini sangat menawan, hingga membuat hatiku jatuh kedasar lembah, karena aku sudah bisa menebak keputusannya.

Dan benar, Aiko menjawab dengan tenang: “Baik.”

Mata Johan memancarkan kebahagiaan, dia baru saja ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara dari luar mengatakan: “Baik? Aku merasa tidak baik.”

Novel Terkait

Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu