Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 691 Apakah Kamu Begitu Takut Kepadaku?

Kenzie bertanya bagaimana rencanaku untuk berpatisipasi dalam saham perusahaannya. Aku mengangkat alisku dan mengetahui ia sudah menerima syarat yang kuminta. Aku berkata, “Aku tahu memulai suatu usaha bukanlah hal yang mudah. Aku juga tidak akan menyusahkanmu, kalau gitu aku hanya memegang sebanyak tiga puluh persen sahammu, bagaimana?”

Raut wajah Kenzie makin pahit. Ia berkata, “Baik,Tuan Alwi. Kalau begitu, kita sudah menjadi teman seperjuangan. Tolong perlakukan aku dengan baik. Untuk masalah Shanghai...”

Tanpa ia selesai berbicara, aku bilang, “Kamu tenang saja, setelah selesai makan, aku akan menghubungi Paman Martin.”

Kenzie baru kembali tenang dan menganggukan kepalanya. Aku bilang kepada Molly, “Molly, mengapa masih berdiri diam disana? Cepat tuangkan minum untuk Pak Kenzie.”

Molly mengangguk, lalu menggoyangkan pinggul sambil berjalan mendekati dan menggandeng tangannya. Ia tersenyum berkata, “Selamat Pak Kenzie, kerja samanya sudah jadi. Aku temani Anda minum sambil berbincang, hilangkan rasa yang terendap.”

Kenzie memang terlihat tidak senang, lagipula kedatanganku di perusahaannya, sudah bisa membuatnya kehilangan berapa banyak keuntungan. Dalam jangka pendek, ia memang rugi, tapi ia sama sekali tidak mengetahui, kalau tujuanku benar-benar tercapai, maka tiga puluh persen sahamnya sama sekali bukanlah kerugian, melainkan kekayaan yang cukup banyak.

Molly dan Kenzie mulai minum, seketika raut wajah buruknya hilang dan menjadi sangat bahagia, bisa dikatakan Molly ini memang sangat hebat. Melihat perasaan Kenzei yang membaik, lalu aku memberi kode kepada Wita. Wita tersenyum dan berkata, “Pak Kenzie,Tuan Alwi, jika kalian ada pikiran untuk bekerja sama, mengapa tidak menandatangi kontraknya hari ini? Sekalian juga kerja sama antar perusahaan kita berdua, agar tidak kepikiran terus bukan?”

Aku berkata, “Aku tidak terburu-buru, kalau Pak Kenzie tidak ingin segera menandatangani kontraknya, kita boleh tunggu beberapa hari lagi.”

Ucapanku membuat Kenzie mengangkat alisnya. Aku tahu sejak tadi ia merasa dirinya direndahkan olehku, sehingga perasaannya tidak begitu nyaman. Tapi setelah aku mengucapkan kalimat itu, ia bisa merasakan bahwa aku menghormartinya dan derajat kita sama, sehingga perasaannya membaik.

Kenzie terkekeh dan berkata, “Tuan Alwi, bener kata Sekretarismu, lebih baik hari ini menandatangi kontraknya. Kalau begitu, aku boleh kembali ke Shanghai tanpa berpikir banyak. Entah bagaimanapun, aku harus kembali mentraktir Paman Martin makan, benar kanTuan Alwi?”

Kupikir ia sungguh sok kenal saat ia ikut diriku memanggil Martin sebagai ‘Paman’. Aku menganggukan kepalaku dan berkata, “Benar juga katamu. Aku lihat dulu apakah aku ada waktu kosong, kalau ada, aku akan pergi bersamamu ke Shanghai. Aku dan Paman Martin memang sudah lama sekali tidak bertemu.”

Aku menendang kaki Samuel yang berada disampingku saat aku mengucapkan itu. Lalu Kenzie memasang raut wajah senang dan berkata, “KalauTuan Alwi bisa pergi bersama denganku, itu benar-benar terbaik.”

Samuel mengerutkan dahinya dan berkata, “Sepertinya tidak bisa, Kak Alwi.”

Aku berpura-pura bingung dan bertanya, “Ada apa memangnya?”

Samuel berujar, “Seperti ini, jadwal Anda besok sangat padat. Anda mempunyai banyak hal penting yang harus dilakukan...”

Setelah itu, ia berbisik di telingaku.

Aku mengerutkan dahiku sambil berpura-pura khawatir. Kenzie sibuk berkata setelah melihat raut wajahku. “Tuan Alwi, jangan memaksa diri. Kalau ada masalah, ya tak apa-apa. Aku pulang sendiri juga bisa.”

Aku tertawa dan berkata, “Maafkan aku, Pak Kenzie. Tapi setelah Paman Martin mengetahui hubungan kerja sama kita, walaupun aku tidak pergi, ia juga akan memandangmu lebih tinggi dan tidak akan menyusahkanmu.”

Kenzie menganggukan kepalanya dan berkata, “Benar. Benar.”

Kupikir orang ini pasti mengira aku sangat mementingkan hubungan kerja sama dengannya. Aduh, apakah aku terlalu palsu?

Lalu aku dan Kenzie mulai membahas pekerjaan. Dua jam kemudian, setelah kita sudah kenyang dan selesai menandatangani kontrak, aku berkata kepada Kenzie, “Pak Kenzie, semoga kerja sama kita berjalan dengan lancar.”

Kenzie berkata, “Berjalan lancar.”

Aku berkata, “Sudah cukup malam, kalau begitu aku kembali dulu. Aku menyuruh bawahanku untuk mengantar Pak Kenzie kembali ke hotelmu.”

Kenzie berterima kasih kepadaku.

Bawahanku membawa Kenzie pergi, bersama dengan Molly. Wanita itu memang cukup pintar, setelah mengetahui tanpa dirinya, kerja sama ini juga tidak akan ada sedikitpun perubahan, jadi ia langsung berbisik kepada Wita, bahwa ia tidak ingin bonus apapun. Ia pergi bersama Kenzie, mungkin karena ingin mendapat ‘keuntungan’ dari orang itu.

Mobilnya baru saja pergi, tiba-tiba Wita tertawa kencang.

Aku menoleh kearahnya dan hanya menemukan dirinya yang tertawa senang dibawah sinar bulan. Aku bertanya, “Ada apa yang bisa ditertawakan?”

Wita memandang kearahku dan berkata, “Tuan Alwi tadi bilang ‘tidak suka mengambil keuntungan’ dan juga bilang ‘hanya memegang tiga puluh persen saham’, padahal Bapak berpura-pura baik untuk mendapatkan sesuatu. Tiga puluh persen saham dari sebuah taman bermain bukanlah keuntungan yang sedikit, kurasa Kenzie ini akan menangis lama di hotel.”

Aku tertawa dan berkata, “Aku juga tidak boleh bilang diriku serakah, bukan?”

Wita mengangguk, tetapi masih tidak tahan ingin tertawa.

Aku melihat Samuel terus melirik Wita dan berkata, “Samuel, kamu antarlah Wita pulang.”

Wita segera berkata, “Tidak perlu, aku naik taksi saja.”

Aku berkata, “Sudah begini malam dan kamu begitu cantik, mudah terjadi sesuatu. Samuel, antarlah Wita pulang.”

Meskipun hati Samuel sudah bergoyah untuk Wita, tapi ia sangat mengerti apa pekerjaannnya. Ia bilang, “Kak Alwi, biarkan yang lain mengantar Wita kembali. Aku akan melindungimu.”

Aku berkata, “Sepertinya kemampuanku lebih baik darimu. Selain itu juga ada enam orang lainnya yang sedang bersembunyi, apakah kamu masih tidak tenang? Apakah kamu meremehkan kemampuan mereka?”

Setelah itu aku menepuk lengannya pelan dan berkata, “Kusuruh antar Wita pulang ya antar, jangan seperti gadis bawel.”

Baru saja selesai berbicara, tiba-tiba sebuah mobil terhenti dihadapanku. Ini adalah mobil Monica. Aku mengangkat alisku dan melihat seseorang yang turun dari mobil. Orang ini mengikat rambutnya, memakai pakaian olahraga dan kacamata hitam. Meskipun tidak terlihat setengah wajahnya, tapi aku tahu ia adalah Felicia.

Felicia dengan kesal berjalan mendekat kearahku sambil berkata, “Alwi! Kamu bilang akan membawakan makanan enak untukku, tapi masih belum pulang jam segini. Kamu juga bersenang-senang di tempat seperti ini, apakah kamu sedang menghindariku?”

Aku membalas dengan tak berdaya, “Kak Felicia sudah salah paham. Aku tiba-tiba ada masalah tadi, lagipula tempat ini tempat baik-baik. Kalau kamu tidak percaya, bagaimana aku bawa kamu masuk kedalam? Makanan didalam juga enak.”

Monica juga turun dari mobil saat aku sedang berbicara. Ia berkata dengan merasa bersalah, “Alwi, Nona Felicia sangat keras kepala, aku tidak bisa menahannya dan hanya bisa mengetahui keberadaanmu, lalu membawanya datang.”

Aku tertawa berkata, “Tak apa-apa. Kalian berdua belum makan kan?”

Monica menganggukan kepalanya dan berkata, “Aku bilang aku ingin pesan makanan, tapi sepertinya Nona Felicia tidak suka.”

Felicia berkata, “Aku jarang sekali keluar, jadi aku harus keluar bermain. Untuk apa makan makanan yang dipesan? Aku tidak mau!”

Melihat kemanjaan Felicia, aku tidak tahan untuk tertawa dan berkata, “Kalau begitu masuklah, coba makan makanan didalam.”

Aku bilang kepada Samuel, “Kita akan menunggumu disini. Kamu antar Wita pulang dulu.”

Samuel mengangguk dan berkata, “Baiklah, Kak Alwi. Aku akan segera datang.”

Wita seketika semangat memandang Felicia. Terlihat ia mengenal wajah Felicia. Aku tertawa dan berkata, “Wita, apakah kamu menyukainya?”

Wita mengangguk berkata, “Suka, sangat suka.”

Felicia tersenyum kearahnya dan berkata, “Kalau begitu, aku berikan tanda tangan untukmu.”

“Baik. Baik.”

Felicia bertandatangan untuk Wita, lalu menarikku kedalam aisyah club. Setelah tiba, aku masih bisa mendengar suara Wita yang diluar. Ia bertanya kepada Samuel, apakah aku dan Felicia dalam sebuah hubungan asmara. Aku melirik sekilas kearah Felicia dan berpikir jangan ada seorangpun yang melihat kita bersama. Kalau tidak, masalah yang baru saja dijelaskan, akan kembali terulangi dan mungkin kali ini aku tidak lagi bisa menjelaskan diriku.

Aku, Felicia dan Monica kembali ke ruangan. Bibi Reza sudah mengenal Felicia dalam sekali pandang. Ia sengajakeluar untuk menyapa. Pasti, ia sudah tahu Felicia amnesia, sehingga tidak akan membocorkan apapun.

Tapi aneh juga, sifatnya Felicia sangat ramah, meskipun sekarang lebih bandel, tapi ia tidak pernah cuek kepada orang lain. Anehnya ia tidak menyukai Bibi Reza, seperti ada dendam dengannya. Bibi Reza tahu ia tidak bisa dekat dengan Nona muda ini, ia juga tidak lagi pernah mencarinya dan segera pergi.

Setelah Bibi Reza pergi, aku membiarkan Felicia dan Monica memesan. Sedangkan aku menghubungi Pamanku dan Martin.

Suasana hati Felicia membaik setelah makan. Melihat wajahnya yang puas, hatiku menjadi lembut. Aku berkata, “Kak Felicia, kali ini kamu datang keluar, apakah perusahaanmu dan orang tuamu tidak mengatakan apapun?”

Felicia berkata sambil menundukan kepalanya. “Apa yang bisa mereka katakan? Bahkan mereka tidak tahu saat aku keluar.”

Seketika kepalaku pusing mendengar ucapannya. Aku berkata, “Kamu dulu tidak sebandel ini.”

Setelah itu, aku menyadari kata-kataku salah. Felici menaruhkan sumpitnya dan tersenyum memandangku. Ia bertanya, “Kita berdua tidak terlalu dekat, apakah kamu tahu bagaimana dengan diriku sebelumnya?”

Aku terbatuk pelan dan berkata, “Aku bilang setelah aku mengenalmu, kamu begitu baik.”

Felicia terkekeh pelan. Tatapan matanya menunjukkan kesedihan. Ia berkata, “Untuk apa menjadi baik? Kalau baik tidak bisa membuat sendiri lebih bahagia, mengapa aku tidak hidup sebebasku saja?”

Aku merasa ia ada masalah. Meskipun wajahnya terpasang senyuman, tapi hatinya sama sekali tidak bahagia.

Aku bertanya, “Apakah kamu ada masalah yang kurang menyenangkan?”

Felicia mengerucutkan bibirnya, seperti tidak ingin membalas pertanyaanku.

Aku juga tidak lagi bertanya.

Setelah mereka selesai makan, Samuel juga sudah kembali. Kita membawa Monica pulang, lalu ke Splendid.

Setelah tiba di apartemen, kita kembali ke kamar masing-masing. Aku mengeluarkan kontrak dan bersiap untuk berpikir ulang. Tiba-tiba terdengar suara teriak dari luar, aku segera menaruhkan dokumennya dan keluar dari kamar. Tanpa berpikir banyak, aku langsung membuka kamar Felicia, karena suara teriak itu berasal dari dirinya.

Aku bertanya, “Apa yang terjadi, Kak Felicia?”

Felicia dengan sedih berkata, “Alwi, aku jatuh.”

Suaranya berasal dari kamar mandi. Kamar mandi masih ada suara air yang mengalir. Aku tahu ia sedang mandi, mungkin karena licin, sehingga ia terpeleset jatuh. Aku mengerutkan dahiku dan berkata, “Apakah kamu baik-baik saja? Tunggu sebentar, aku panggilkan orang dari bawah.”

Meskipun aku ingin segera masuk ke kamar mandi, tapi aku adalah lelaki, jadi aku tidka boleh masuk.

Siapa sangka setelah aku mengatakan ini, Felicia marah. Ia berkata, “Untuk apa memanggil orang? Kamu lupa dengan identitasku? Kalau ada orang yang tahu aku datang ke Nanjin dan tinggal bersama denganmu, bagaimana dengan nama baikku?”

Seketika aku tercengan mendengar ucapannya. Jangan-jangan aku harus masuk?

Saat aku sedang berpikir, Felicia dengan marah berkata, “Alwi, apakah kamu sangat takut denganku? Jangan-jangan kamu mengira aku akan menyukaimu? Sehingga memilih untuk tidak menolong karena takut aku akan menempel kepadamu dan juga tidak ingin berhubungan denganku?”

Entah karena sakit atau merasa sedih, suara Felicia terdengar suara isakan. Saat ini, hatiku sangat merasa bersalah. Aku bilang kepada diriku, untuk apa aku takut, kalau apa yang kulakukan itu benar. Jadi aku segera mengambil sebuah handuk dan berkata, “Kak Felicia, aku melempar sebuah handuk kepadamu. Kamu pakailah, nanti aku akan membawamu keluar.”

Novel Terkait

The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu