Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 400 Tanpa Penyesalan (2)

Setelah sampai dibawah kaki gunung aku mengambil sebuah mobil, aku mengemudi mobil itu dan berhenti di pinggir jalan, setelah menunggu sekitar setengah jam, aku melihat beberapa mobil melaju melewati mobilku, dan aku dapat melihat dengan jelas, Teddy Chen berada di mobil tengah itu.

Ketika mobil-mobil itu sudah pergi, segera aku menancap gas membuntuti mereka dari belakang. Mungkin Tuhan mengasihi aku, tahu bahwa aku mengkhawatirkan kondisi saudara baikku itu, maka dari itu perjalananku begitu mulus tidak ada hambatan, bahkan tidak ada lampu merah yang menghalangi jalanku, sehingga dengan lancar aku bisa mengikuti mereka sampai di sebuah rumah sakit swasta terpencil.

Aku memarkirkan mobilku di sebuah gang kecil yang jauh dari pandangan mereka, kemudian aku turun dari mobil. Secepat kilat aku berlari dan bersembunyi di tembok rumah sakit, aku melihat sekitaran, dan memerhatikan empat sudut terdapat beberapa cctv, aku mengitari sudut rumah sakit itu, agar tidak terekam di cctv, segera aku melompat turun dan bersembunyi di rerumputan, aku melepaskan topeng, dan mengambil kain kasa yang ada di dalam tas kemudian membalut ke seluruh wajah, lalu aku melompat masuk ke ruangan melalui jendela.

Pada saat ini jarak antara satu ranjang ke ranjang yang lain sekitar lima langkah, dan sekitar sepuluh langkah menuju ruangan yang lain, dan seseorang terbaring diatas brankar bedah dengan cepat di dorong masuk ke dalam lift, aku lihat begitu jelas orang itu merupakan Nody, aku menghela nafas, setelah mengetahui Nody telah di tolong oleh Teddy Chen. Akhirnya Nody sudah di tolong, aku percaya dia tidak akan kenapa-napa, agar tidak menimbulkan masalah, segera aku memutuskan untuk meninggalkan tempat ini.

Namun, ketika aku hendak meninggalkan rumah sakit ini, tiba-tiba aku melihat seorang perawat dengan tergesa-gesa berlari. Perawat ini mengenakan masker yang begitu besar. Di tangannya membawa sebuah kotak, dengan buru-buru dia masuk kedalam lift, segera aku membalikkan badan, menyandar di dinding, mengeluarkan sebatang rokok, seolah-olah sedang menikmati sebuah pemandangan, tapi sudut mataku tidak bisa lepas dari wajah perawat itu.

Aku sangat familiar sekali dengan bentuk tubuh perawat ini, begitu juga dengan alis dan matanya, saking akrabnya termasuk sesuatu yang akan kita ingat seumur hidup walaupun hanya melihatnya sekilas, dia adalah Aiko.

Kenapa Aiko ada disini? Aku tidak percaya dia jadi perawat disini, kalau begitu, hanya ada satu kemungkinan, dia kesini untuk membunuh seseorang! Sekarang dia merupakan pembunuh dari Organisai Serigala sama seperti aku, pembunuh untuk membunuh orang, ini sangatlah normal, tapi, siapa yang ingin dia bunuh, Teddy Chen atau Nody?

Ketika aku berpikir bahwa dia akan membunuh Nody, kelopak mataku tidak berhenti berkedut, terlintas sebuah pikiran di benakku, yaitu aku harus menghentikan dia! Meskipun nantinya yang ingin dia bunuh adalah Teddy Chen, aku tetap harus menghentikannya. Karena memang dari awal aku tidak ada niat untuk membunuh Teddy Chen!

Mungkin terlalu fokus dengan tugasnya, atau karena aku yang pintar berpura-pura, Aiko pun tidak menyadari kehadiranku, dia dengan tenang berjalan ke lift, dan para pengawal pun tidak menyadarinya. Aku tahu jika aku membiarkannya, maka konsekuensinya akan sangat serius, tapi aku juga tidak ingin dia terluka, memikirkan hal ini, segera aku menyusulnya melalui tangga, aku berlari begitu cepat, membuat orang-orang begitu curiga saat ini, tapi karena kepalaku dalam keadaan di perban, mungkin mereka mengira aku adalah pasien dari rumah sakit ini, maka dari itu tidak ada yang bergerak mengikutiku.

Dengan satu nafas aku berhasil sampai ke lantai lima, aku berdiri didepan lift ini, lift rumah sakit ini tidak begitu cepat, masih kalah dengan kecepatanku, jadi pada saat aku sampai, lift itu masih belum terbuka.

Pada saat ini, beberapa orang dari ruang operasi di lantai lima ini menatapku dengan waspada, tatapan mereka begitu tajam. Ada beberapa dari mereka matanya yang penuh dengan tatapan pembunuh, aku tahu orang-orang ini merupakan pengawal dari Teddy Chen, berusaha menahan rasa gugup yang ada di dalam hatiku, karena takut akan ketahuan.

Ketika pintu lift tersebut terbuka, aku bergegas masuk, dan segera Aiko menyipitkan matanya yang berbahaya itu, dengan sopan kedua tangannya menyingkirkan aku, dengan cepat aku menariknya dan dengan satu kakiku menekan tombol tutup lift, secara bersamaan tertekan tombol lantai pertama, dia mengerutkan keningnya, memutar jari telunjuknya, segera dia mengeluarkan sebuah pisau kecil, pisau itu langsung menusuk ke tenggorokanku, aku berusaha menghindar, dan aku bersandar di belakang, dan saat ini tenggorokanku terasa begitu panas kesakitan, tubuhku menabrak lift, dan dengan mendebarkan aku berkata : “Ini aku!”

Setelah mendengar suaraku, Aiko sedikit terkejut, segera dia menyingkirkan pisau itu dari tenggorokanku, kemudian dia mundur beberapa langkah, mengerutkan kening dan berkata : “Reino?”

Aku melihat perutnya, aku pernah mendengar pada awal kehamilan perut tidak akan terlihat besar, dan setelah beberapa minggu maka perutnya akan terlihat seperti setengah balon yang di tiup, aku rasa Aiko sedang mengalami masa ini, sebulan lebih tidak bertemu, perutnya sudah mulai membesar. Aku memikirkan kehidupan kecil dikandungan itu ada darah dagingku, aku tidak bisa menahan kebahagian di dalam hatiku dan tersenyum, aku mengangkat mataku, melihat Aiko menatapku dengan tatapan curiga, hatiku bergetar. Mengetahui aku sendiri yang membuat dia begitu curiga, segera aku menenangkan wajahku, dan berkata : “Aiko, kamu sudah gila ya?”

Aiko dengan bingung menjawab : “Kenapa, maksudnya?”

Segera aku bertanya : “Kamu ingin bunuh siapa?”

Aiko menjawab dengan acuh tak acuh : “Bukan urusanmu.”

“Apakah yang bernama Nody?” tanyaku dengan ragu-ragu.

Aiko sedikit mengerutkan keningnya, dan sedikit takjub bertanya : “Nody ada disini?”

Dalam hati aku terkejut, ternyata dia tidak mengetahuinya, jadi bisa dikatakan, orang yang ingin dia bunuh adalah Teddy Chen? Siapa yang menyuruh dia? Alwi palsu? Atau Ricardo Song? Sampah-sampah itu, apakah mereka tidak tahu malam ini Teddy Chen dalam pengawalan ketat? Apakah dia ingin mendorongnya ke dalam lubang api ini?

Dengan nada dingin aku berkata : “Bodoh! Beraksi tanpa mengetahui apa-apa, tidak heran orang-orang mengatakan orang hamil itu bodoh.”

Aku sengaja mengatakannya dengan nada marah, sebenarnya hatiku begitu sedih. Dia sedang hamil, tapi para binatang buas itu malah ingin membunuhnya, dan seperti yang dilihat dia ingin memanfaatkannya di waktu-waktu terakhir ini, apakah ini yang dinamakan kejam? Aku sangat yakin, jika hari ini Aiko berhasil membunuh Teddy Chen, dia pasti tidak bisa melarikan diri dari sini, karena beberapa orang dari Teddy Chen terlihat sangat buas.

Aiko mengerutkan keningnya : “Aku tidak tahu, informasi yang mereka berikan kepadaku hanya bilang bahwa Teddy Chen malam ini terluka, dan sedang di selamatkan di rumah sakit ini, maka dari itu aku hanya perlu menyamar jadi seorang perawat,dan memberinya sebuah suntikan racun. Maka satu jam setelahnya dia akan mati disini.”

Setelah mendengar ini semua, aku sangat benci dan hampir saja aku menghancurkan gigi perakku, dan berkata : “Yang terluka adalah Nody, kamu sudah di bohongi. Dan satu lagi, kamu jangan ikut campur dalam urusan ini, soal membunuh Teddy Chen, serahkan saja padaku.”

Aiko terdiam, pintu pun terbuka, aku hendak keluar, dia pun mengikutiku. Dia memegang lenganku dan bertanya : “Kamu tidak bohong padaku kan?”

Meskipun ini merupakan sebuah pertanyaan yang ragu-ragu, tapi nadanya terdengar begitu yakin.

Aku membalikkan badanku, berkata padanya : “Iya, aku tidak bohong padamu. Aku tahu kamu ingin menanyakan kenapa aku membantumu hari ini, tapi ini bukan waktu yang tepat untuk memberitahumu, dan satu lagi, jangan sembarangan percaya kepada orang-orang, hari ini yang terbaring di ruangan operasi adalah Nody, besok bisa jadi kamu, Dony Yun, atau pun Sulistio!”

Aiko menatapku dengan terkejut, aku berkata : “Kalau kamu cukup pintar, anggap saja kamu tidak mendengar apapun yang baru saja aku katakan padamu, aku tidak ingin setelah membantumu malah membawakan masalah untukmu.”

Aku pun pergi setelah selesai berbicara.

Dengan berlari kecil aku akhirnya sampai dimana aku memarkirkan mobilku, nafasku terengah-rengah, hatiku sedikit kesal. Sebenarnya aku tidak ingin memperingati Aiko, karena aku tahu Aiko sangat pintar, dari perkataanku, dia sudah bisa menebak begitu banyak hal, tapi jika tidak bicara. Dia mungkin akan terlibat lagi dalam bahaya, bagaimana aku tidak bisa tidak mempedulikannya? Terlepas dia mengandung anakku atau tidak, perasaan sayangku saat pertama kali bertemu dengannya tidak akan bisa pupus, walaupun nantinya kami tidak akan bersama.

Maka dari itu, meskipun aku akan membongkar jati diriku sendiri, dan akan membawakan bahaya pada semua rencana yang ada, aku tidak menyesal!

Novel Terkait

Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu