Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 70 Aku Mau Orang Ini!

Adik perempuan kak toba ini malah mengatakan jika dia sedang di perawatan insentif sehingga membuatku langsung terbingung ditempat. Tanpa menunggu aku bereaksi, mereka langsung mendorongku kedalam mobil berwarna hitam, disaat itu juga mereka membawa pergi Felicia.

Aku sangat panik, disaat ini juga aku yang sudah berada didalam mobil, melihat Leo membawa beberapa orang keluar, dan ada pergerakan dimobil lalu aku menjerit: “Tolong kak Felicia.”

Leo dengan kuat melompat kedepan, lalu memberi pukulan keras ke kiri dan kanan, kemudian langsung memukul 2 orang yang menahan Felicia hingga mereka berjalan mundur, dan membiarkan Felicia berdiri dibelakangnya dengan cuek bertanya: “Siapa kalian?”

Mobil itu semakin jauh, Leo ingin mengejarku, tetapi karena dia dihalangi oleh beberapa orang didepannya, jadi mereka hanya bisa menatap aku yang semakin jauh.

Kepalaku seketika menjadi kebas, hatiku dingin seperti berada dikutub sambil berpikir. Aku tidak mengerti, bukankah semalah kak toba masih terlihat baik, kenapa hari ini bisa berada di perawatan insentif? Aku tidak bodoh, aku tahu pasti ada orang yang sengaja mencelakainya lalu membiarkanku menanggung, tetapi tanpa bukti, mereka tidak akan percaya padaku.

Saat ini, seseorang dengan kuat menendang kaki ku merepet: “Hei berengsek, beraninya mencelakai kak toba kita, aku akan membiarkanmu mati!” Orang ini memulai menyentuhku, beberapa yang didalam mobil memukulku. Ini adalah sebuah bus mini, ditambah dengan ku total ada 8 orang, selain yang sedang menyetir dan duduk disampingnya yang tidak nyaman untuk mengikuti memukulku, semuanya datang menyiksaku.

Aku memang sedang terluka, lalu setelah dipukul dengan keras, aku tidak bisa melawan karena seluruh badanku kesakitan hingga tidak bisa berbicara. Dan walaupun aku melawan juga tidak ada gunanya, segrombolan orang ini menangkap ku dibar, dan pastinya mereka sudah yakin jika aku adalah pelakunya karena mereka sangat membenciku.

Setelah aku tidak bisa menahan lagi, tiba-tiba ada seseorang mengatakan berhenti karena tuan Kin mau menemuiku, jadi aku tidak boleh terpukul hingga mati.

Suara ini terdengar tidak asing, aku sangat penasaran hingga meliriknya, tetapi yang terlihat hanyalah seseorang yang duduk disamping supir sambil merokok, diwajahnya dipenuhi dengan tanda tanda orang jahat.

Aku kenal dengan orang ini, dia adalah bawahan Bang Leo yang bernama Yudi. Aku melihat Yudi seperti melihat penyelamat: “Yudi, kamu pasti tahu hubunganku dengan Bang Leo gimana kan? Mana mungkin aku mencelakainya?”

Yudi malah menertawakanku, hanya saja saat semua orang menatapnya, dia tiba-tiba terlihat sangat marah, lalu berdiri dan menamparku: “Aku juga tahu, kenapa kamu berani mencelakai kak toba, padahal dia begitu baik padamu?”

Aku terdiam menatap Yudi, tampaknya aku sedikit mengerti, hanya saja aku tidak berani terlalu percaya. Mereka semua menatapku dengan galak berkata: “Aku yang memiliki luka diseluruh badan, mana mungkin bisa membuat kak toba hingga masuk ke perawatan intensif. Kalain sungguh terlalu melihat tinggi aku dan meremehkan kak toba.

Segrombolan itu merasa yang ku katakan masuk akal, mereka menatap Yudi, Yudi dengan cuek berkata: “Tempat kak toba pingsan terdapat sebuah tong sampah, dan aku menemukan sebuah kain yang terdapat obat bius di tong sampah. Aku berpikir, sepertinya kamu menggunakan kepercayaan kak toba terhadapmu, meminta kak toba untuk berhenti ditengah jalan, lalu menaruh kain ini dihidung kak toba. Karena dia percaya dengamu, jadinya dia tidak ada pencegahan dan jatuh dalam perangkapmu. Dan obat bius ini juga dibeli oleh kak toba untukmu, tidak disangka kamu menggunakan ini untuk menjatuhkannya.”

Tatapan Yudi terhadapku semakin dipenuhi dengan emosi, tetapi aku melihat sebuah perasaan jahat didalam tatapan matanya. Aku tiba-tiba terkejut memikirkan kak toba yang memanggil Yudi datang dimalam hari, pastinya sangat mempercayainya, tapi tidak disangka malah diserang oleh rubah licik ini.

Aku masih ingin berkata sesuatu, tetapi tampaknya Yudi takut aku mengatakan sesuatu yang buruk baginya, dia langsung menyuruh orang menutup mulutku untuk tidak dapat berbicara.

Didepan mini bus ini terdapat sebuah mobil putih, adik kak toba berada dimobil itu. Aku berpikir mungkin masih ada kesempatan jika aku membuat adiknya percaya padaku.

Mobil berhenti di sebuah villa yang berdiri sendiri, aku didorong keluar oleh 2 orang, dan diseret kedalam villa. Setelah masuk villa, aku melihat seorang pria yang terlihat memiliki aura hebat duduk disofa, sepertinya sudah berusia 40 atau 50an, seluruh badannya terlihat seperti preman kota ini dan tampaknya sangat menyeramkan.

Aku menelan ludah dan menyadari jika orang ini adalah tuan Kin yang dikenal dengan orang hebat. Tuan Kin menatapku dengan tatapan dingin, orang yang disampingku menendang lututku dan menahan bahuku untuk berlutut.

Kemudian ada orang yang mengeluarkan barang dimulutku, aku sangat ingin membuang ludah, tetapi karena aroma kain itu terlalu bau, aku tidak berani membuangnya karena ada Tuan Kin.

Tuan Kin dengan dingin menatapku berkata: “Apa yang ingin kamu katakan?”

Sungguh sebuah suara yang sangat hebat, hanya mendengar suaranya saja sudah membuatku merasa sangat tertekan, dan rasa ini aku hanya pernah merasakannya disaat tuan ketiga berbicara.

Aku menatapnya, walaupun aku takut, tetapi aku masih memaksa diriku menatap matanya, karena hanya dengan cara ini dia baru bisa tahu apakah aku gelisah atau tidak.

Setelah sunyi sesaat, aku berkata: “Aku ingin tahu bagaimana keadaan kak toba, apakah dia berada dalam bahaya, dan apakah aku boleh melihatnya?

Setelah aku mengatakannya, Tuan Kin tidak marah, tetapi dia mengkerutkan alisnya dan menatapku dengan muka datar. Dalam hatiku sedang berakting, aku berkata: “Semalam Tuan Kin mengantar ku pulang kerumah pacar, tetapi saat aku bertemu dengan orang yang mencari masalah denganku, dia mengatakan sesuatu yang membuatku terharu.”

Tuan Kin mengedipkan matanya bertanya: “Apa katanya?”

Aku berkata: “Katanya, ‘Saudara aku bukan sembarang orang boleh membully’. Saat itu aku merasa sangat beruntung, aku yang sedang dikerumuni oleh banyak orang, malah mendapat perlakuan begitu dari kak toba. Tidakkah Tuan Kin merasa aku sangat beruntung? Saat itu aku berpikir, saat ini begitu banyak orang yang mau melawanku, dan bukankah kemungkinan ku menang lebih besar jika ada kak toba menolongku? Jadi aku bersumpah diam-diam jika aku akan baik-baik menggunakan kak toba.”

Tuan Kin dengan cuek berkata: “Dia menganggapmu sebagai saudaranya, kamu malah memperalat dia, menjatuhkannya, kamu sungguh berengsek!”

Melihat tuan Kin mengamuk, hatiku menjadi terkejut, tetapi inilah hasil yang aku mau, dengan menahan ketakutan aku berkata: “Iya, aku memang sangat sombong. Tuan Kin, menurutmu bagaimana bisa aku menyentuhnya dari aku yang sombong dan sangat ingin mempergunakan dia? Dan juga ada anda yang melindunginya dibelakang, bagaimana mungkin aku menyinggungnya?”

Mendengar kata ini, tuan Kin tiba-tiba terkejut, tatapannya denganku tiba-tiba berubah. Disaat ini dijuga adik perempuan kak toba datang memeluk bahu Tuan Kin dan berkata: “Ayah angkat, jangan dengarkan omong kosongnya! Semalam dia hampir memukul kakak sampai mati, mungkin dia sangat membenci kakak, jadi balas dendam itu biasa saha, dan juga siapa yang bisa menyangka jika dia yang mencelakai kakak?”

Sambil berkata, adik perempuan kak toba tiba-tiba menangis karena saat dia teringat kakanya yang sedang terbaring di rumah sakit, dia tersiksa hingga susah makan dan tidur.

Tuan Kin tampaknya sangat menyayangi bocah ini, dia menepuk punggungnya dengan ringan dan berkata: “Jangan menangis Jenny, ayah angkat akan membantu mu.”

Adik perempuan kak toba, yaitu Jennya yang sedang mengusap air matanya berkata: “Semua karena aku, jika bukan karena si berengsek memiliki niat jahat padaku, dan kakak ingin membalas dendam, pastinya tidak akan bertemu dengan siberengsek ini.”

Aku menjadi tidak tenang, ekspresi Tuan Kin tiba-tiba berubah: “Apa yang kamu katakan? Dia ingin menyentuh mu?”

Mungkin Jenny juga tidak menyangka jika Tuan Kin bisa semarah ini. Dia lalu terbengong sebentar dan menggigit erat giginya. Dia juga berkata kalau aku ditolong oleh orang lain dan kembali untuk menyerangnya sehingga membuat kakaknya tidak percaya padanya dan menuduh kalau dialah yang duluan memulai semua itu. Malam itu, dia sangat marah dan tidak menghiraukan kakaknya.

Sampai sini, Jenny mulai mengusap matanya lagi sambil menangis dengan sangat sedih, aku dengan panik berkata: “Bukan begitu, bukankah sebenarnya kamu bekerja sama dengan Sammy membuat perangkap untuk ku, agar membohongi kakakmu.”

Jenny tidak menatapku, dan dengan sedih berkata: “Ayah angkat, bagaimana mungkin aku membohongi kakak yang sudah menyayangiku dari kecil?”

Aku masih ingin berkata sesuatu, tetapi Tuan Kin langsung berkata dengan dingin: “Tutup mulumut!”

Saat ini tatapan tuan Kin sangat dingin, lebih dingin dibanding saat aku baru masuk. Aku menatap Jenny sekilas dan mengerti jika Jenny adalah kesayangan dari Tuan Kin, dan Tuan Kin sangat percaya dengannya. Jadi yang kukatakan semuanya tadi tidak berguna lagi.

Tuan Kin dengan marah berkata: “Aku hampir terbohongi dengan perkataan anak ini! Beraninya dia memiliki niat buruk dengan Jenny, dan mencelakai Winner. Kemudian masih berani sembarangan berbicara. Hei bocah, aku sangat salut dengan keberanian mu.” Setelah mengatakan, dia lanjut: “Hei, pindahlah bak air kesini.”

Suasana dikamar tiba-tiba berubah, aku masih ingin berkata sesuatu, tetapi Yudi datang memberiku pukulan diwajahku, seketika aku menjadi sangat pusing dan tidak bisa berkata apapun.

Tidak terlalu lama, beberapa orang memindahkan sebuah bak air besar. Aku tidak tahu apa yang akan mereka lalukan, tetapi aku merasakan ini adalah hal buruk, mungkin ini adalah penyiksaan dari Tuan Kin untukku.

Aku menjadi panik hingga seluruh tanganku berkeringat, aku masih ingin berbicara, tetapi Tuan Kin tidak memedulikanku lagi. Tampaknya dia beneran ingin mengambil nyawaku. Kenapa dia tiba-tiba menjadi begitu tidak sabar? Aku takut dan marah, aku ingin melawan dan kabur, tetapi aku tidak bertenaga.

Tuan Kin bertanya: “Apakah airnya sudah mendidih?”

Ada orang yang mengatakan jika sudah mendidih, dia menganggukkan kepalanya untuk menyuruh orang membuangku kedalam bak air itu. Aku tidak ingin masuk, tetapi aku diikat oleh beberapa orang itu dan diangkat kedalam bak air.

Saat ini Tuan Kin berkata: “Air ini digunakan untuk memasak tubuhmu, sebelum kamu dimasak secara hidup-hidup, air mendidih ini akan perlahan ditambah dibadanmu, jika sampai air didalam bak ini penuh dan kamu belum mati, aku akan membiarkan mu sekali ini.

Aku menjadi sangat takut, tanganku dipenuhi dengan keringat dingin, bagaimana mungkin aku tidak mati dikeadaan begitu?

Segrombolan orang ini semakin mendekat, aku tidak berhenti menggelengkan kepala dan menjerit, tetapi mulutku malah ditutup sehingga tidak bisa berbicara. Disaat aku berpikir diriku akan mati, tiba-tiba terdengar sebuah suara dari luar pintu: “Siapa yang berani menyentuhnya?”

Aku sangat senang saat mendengan suara ini, dan aku juga merasa terkejut. Kemudian aku melihat Claura yang membawa beberapa orang berjalan kemari, dia memakai kemeja dan terlihat sangat gagah, auranya sangat kuat. Dia melihatku seklias lalu menatap Tuan Kin berkata: “Aku mau orang ini.”

Novel Terkait

Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu