Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 1118 Melamar (1)

Aku hanya belum melihatnya selama enam bualan, Aiko tampaknya telah mengubah dirinya menjadi orang lain, rambut hitamnya yang lembut telah hilang, dia memakai sebuah topi, memakai baju biarawati, dia berlutut di atas bantalan, satu tangannya memegang manik-manik Budha, satu tangan lainnya sedang memukul alat ketuk ritme, dia menutup matanya dan seperti mengabaikan semua hal duniawi.

Aku memandangnya dengan canggung, aku melihat Jessi mengundang guru yang ada di kuil untuk keluar, kemudian dia menatapku dan berbalik berjalan ke arah pohon besar yang tidak jauh dari sini. Aku tahu dia ingin membiarkan aku dan Aiko di sini supaya aku bisa bicara baik-baik dengan Aiko. Aiko pernah mengatakan bahwa dia tidak akan memaafkan, tetapi akhirnya dia meninggalkan dendam itu dengan tenang.

Aku berjongkok pelan-pelan, Aiko masih memukul alat pengetuk ritmenya dan mulutnya terus membaca ayat suci.

“Aku sudah keluar dari rumah sakit.” Aku berkata dengan suara yang berat.

Aiko menghentikan gerakan mengetuk alat ritmenya, kemudian dia berkata dengan datar:”Selamat ya, tuan Alwi.”

Tuan Alwi?

Aku hanya merasa seolah-olah tertimpa palu besar dari langit dan menimpa dengan keras badanku yang sudah pulih ini, aku berkata:”Tidak bisakah kamu membuka matamu untuk melihatku? Aiko!”

Namun Aiko tetap meneruskan mengetuk alat ritmenya, matanya tetap tertutup, tetapi bulu matanya bergetar beberapa kali, dia berkata dengan nada datar dan tenang:”Tuan Alwi, aku sudah menjadi biarawati dan aku sudah tidak akan mengurusi masalah duniawi lagi, nama Aiko tentu saja sudah tidak berhubungan denganku lagi, jika kamu ingin memanggilku, mohon kamu memanggil namaku dengan “Jingxin”.

Setelah mengatakan itu, dia akhirnya membuka matanya pelan-pelan, bahkan tidak ada gelombang di matanya yang indah, aku tahu, tadi dia tidak membuka matanya karena dia takut ada emosi di matanya, sedangkan sekarang, dia sudah menekan emosinya, maka dia sekarang berani menatapku.

Aku memandangnya dalam-dalam dan berkata:”Aku tidak izinkan kamu menjadi biarawati, kamu pernah mengatakan bahwa asalkan aku bisa bertahan hidup maka kamu akan menyetujui semuanya, sekarang, aku sudah hidup, kamu harus melakukan janjimu, kamu ikut aku pulang, bisa tidak?”

Aiko mengernyitkan keningnya dan berkata:”Tuan, jangan menyulitkan aku lagi. Aku sudah bertekad bulat, aku akan menjauhi duniawi, jika kamu benar-benar menganggapku sebagai teman, maka seharusnya merasa bahagia untukku, aku tidak akan mengurusi masalah duniawi lagi, aku tidak perlu khawatir lagi, juga tidak akan penuh dendam lagi, bukankah ini sebuah hal yang bagus?”

Aku berkata dengan sedih:”Jika kamu benar-benar berpikir seperti itu maka aku akan merestuimu, tapi kamu tidak, kamu datang ke sini hanya untuk melarikan diri saja. Kamu bilang kamu sudah melupakan masalah duniawi, tidak akan bersedih lagi, kalau begitu aku tanya kepadamu, apakah kamu akan bahagia? Orang yang tidak sedih dan tidak bahagia, apakah bisa disebut sebagai orang yang sempurna?”

Aiko sedikit mengerniytkan keningnya dan menghindari pandangan mataku yang agresif, dia tersenyum dan berkata:”Jika hatimu benar-benar bisa tenang, bisa tidak sedih dan tidak terluka, lalu memangnya kenapa kalau kita kehilangan kebahagiaan?”

Aku menatap matanya secara langsung, aku ingin mencari gelombang di matanga. Tapi, aku tidak menemukan apa-apa.

Aku bertanya:”Jadi, kamu tidak ingin menepati janji ya?”

Aiko menunduk yang berkata:”Mohon tuan lepaskan aku.”

Melepaskan? Aku tersenyum pahit dan berkata:”Jika karena kamu tidak ingin melihatku, maka aku ke depannya tidak akan muncul lagi di hadapanmu, bisakah kamu ikut aku pulang?”

Aku berkata sambil menarik tangan Aiko, dia menarik tangannya dengan cepat, wajahnya terlihat sedikit marah dan berteriak:”Tuan, tolong jaga dirimu!”

Aku menarik tanganku dengan canggung, melihatnya yang sudah bertekad bulat, aku tiba-tiba bertanya:”Baik, kamu tidak ingin mendengarkanku, tidak mau ikut aku pulang, kalau begitu aku tanya kepadamu, apakah kamu pernah memikirkan Cecilia? Dia masih sangat kecil, dia sejak kecil tumbuh besar bersamamu, dia sangat bergantung padamu dan menyukaimu, apakah kamu tega melihatnya sekecil itu sudah kehilangan kasih sayang seorang ibu?”

Akhirnya mata Aiko terlihat sedikit bergelombang, tapi hanya untuk sesaat, dia kemudian bisa menekan gelombang itu kembali, dia berkata:”Cecilia sangat pengertian, lagipula dia sangat suka dengan tuan Ficky Chen, sekarang dia bersama tuan Ficky Chen, aku merasa tenang, lagipula, aku tahu ke depannya dia akan hidup bersama kamu dan Jessi, Jessi sangat menyayanginya, maka dia akan memperlakukannya dengan baik, sedangkan aku ... ... ketika dia sudah dewasa, kamu anggap saja aku sudah mati ketika melahirkannya.”

Ketika aku mendengar ini, aku merasa amarahku meningkat, aku berteriak:”Kamu sudah memberinya kasih sayang seorang ibu untuk beberapa tahun, kamu membiarkannya terbiasa denganmu, tapi sekarang kamu malah mengabaikannya, kenapa kamu bisa begitu kejam?”

Mata Aiko tertunduk, dia seperti tidak peduli dengan perkataanku, tapi tangannya tergenggam dengan erat, aku bisa melihat bahwa hatinya merasa tidak nyaman.

Melihatnya yang seperti ini, kemarahanku menghilang dan digantikan rasa kasihan yang dalam, aku berkata:”Aiko, ikut pulang denganku ya? Jika kamu membenciku dan tidak sudi melihatku, aku tidak akan menganggu hidupmu ... ... “

Siapa tahu, aku masih belum menyelesaikan perkataanku, tapi Aiko sudah berkata dengan tegas:”Tapi sekarang adalah kehidupan yang aku inginkan!”

Aku membeku, mata Aiko menatapku langsung dan bertanya:”Alwi, aku sudah berkata seperti itu, bisakah kamu merestuiku?”

Aku terdiam oleh kata-katanya, dia mendorong tanganku dan menutup matanya, dia mulai mengetuk alat ritmenya, seolah-olah aku tidak ada.

Aku berjongkok di sana dan melihat Aiko dengan tenang untuk waktu yang lama, akhirnya aku menyadarai sebuah masalah yang membuatku tidak berdaya dan takut dan itu adalah bahwa dia benar-benar sudah bertekad bulat, jadi meskipun bagaimana cara aku membujuknya, dia tetap tidak akan meninggalkan tempat ini. Aku merasa frustasi dan tidak berdaya di hatiku, aku melihat Aiko yang penuh keyakinan, aku pikir, jika ini benar-benar keinginannya, bagaimana aku bisa merusak harapannya dengan egois?

Memikirkan hal ini, aku menarik napas dalam-dalam, aku terdiam untuk waktu yang lama, akhirnya aku bertanya tanpa daya:”Aku hanya ingin menanyakan satu hal kepadamu, apakah kamu benar-benar tidak akan menyesal?”

Aiko membuka matanya, matanya terlihat tenang, dia mengelengkan kepalanya dan berkata:”Aku tidak akan menyesal.”

Aku hanya merasa tenggorokanku menjadi pahit, aku menggigit gigiku, aku akhirnya berkata:”Jika seperti itu, baiklah, aku tidak akan menghalangimu, tapi kamu harus berjanji denganku, jika suatu hari, jika ada satu saat kamu menyesalinya, ketika kamu ingin kembali dan teringat dengan Cecilia, kamu harus memberitahuku, kamu harus kembali, baik tidak?”

Aiko ragu untuk sementara waktu, dia menganggukkan kepalanya, aku tahu ini adalah jawaban terbesar untukku. Hatiku merasa pahit, aku ingin memegang tangannya, tapi aku takut dia merasa aku berbuat kurang ajar, aku hanya bisa menurunkan tanganku kembali, aku berkata dengan sedih:”Apakah kamu tahu? Pada malam aku hampir mati, yang aku pikirkan adalah jika aku tidak mati, bahkan aku menjadi sangat jelek, aku juga ingin membuat kamu berada di sisiku ... ... ‘

Berbicara sampai di sini, aku tersenyum pahit dan berkata:”Tapi kamu sampai akhir tetap mimpi yang tidak bisa aku raih.”

Setelah mengatakan ini, aku melihat Aiko, aku berharap dia bisa menanggapiku, bahkan jika itu hanya sebuah lirikan penuh arti, tapi akhirnya aku kecewa, dia sama sekali tidak meresponku, tetapi dia memandangku dengan dingin, dia menatapku sama seperti melihat orang yang datang mengeluh kepadanya.

Harapanku benar-benar sirna, aku mengepalkan tanganku erat-erat, kemudian aku menurunkannya dengan lemas, aku berkata tak berdaya:”Aiko, aku mengatakan ini karena aku ingin memberitahumu, meskipun sekarang kamu tidak mau ikut pulang bersamaku, aku selamanya akan meninggalkan satu tempat di sisiku, jika suatu hari kamu kembali, aku pasti melindungmu dengan sebaik-baiknya.

Aiko perlahan-lahan menutup matanya dan berkata:”Tuan sangat perhatian, aku suka kehidupan sini yang penuh ketenangan, aku juga tidak layak untuk mendapatkan perhatian lebih dari tuan.”

Aku merasa ada jarum yang menusuk tenggorokanku, aku menatapnya dengan diam, akhirnya aku menyerah dan berkata:”Aku akan datang melihatmu lagi.”

Setelah itu, aku bangun dan meninggalkan aula dengan lemas, Jessi yang berbalik melihatku dari bawah pohon yang tidak jauh, dia menatap wajahku, aku melihat harapan di dalam matanya, aku tahu bahwa dia berharap aku bisa membujuk Aiko, tapi sayangnya, Aiko orang yang keras kepala selama ini, sesuatu yang sudah diputuskan olehnya, bagaimana mungkin aku bisa merubahnya?

Aku tersenyum pahit dan menggelengkan kepalaku kepada Jessi, Jessi sedikit mengernyit, tapi dia tidak terlalu kaget, dia sama sepertiku yang sangat mengerti Aiko, aku pikir dia juga tidak berharap terlalu banyak.

Dengan begini, aku dan Jessi turun dari gunung, aku tidak buru-buru pergi, tetapi aku menyalakan sebatang rokok, aku bersandar di depan mobil dan mengisapnya seteguk demi seteguk, aku mencerna apa yang dikatakan Jessi sepanjang jalan.

Jessi berkata, ketika hari kedua aku diantar ke rumah sakit, Aiko sudah berpesan semua masalah dengan baik, lalu dia pergi menjadi biarawati seorang diri, kemudian meskipun Jessi sudah pergi mencarinya tapi dia tidak berhasil menghentikannya.

Novel Terkait

My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu