Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 383 Bunuh Justin dan Majulah

Dokter mendengar aku berterima kasih kepadanya, ia mengayunkan tangannya. “Memang yang seharusnya kulakukan.”

Aku menggelengkan kepalaku dan berkata, “Di dunia ini tiada satupun orang yang berkorban demi seseorang, aku tahu hal itu, jadi aku sangat berterima kasih kepada kalian, setelah beberapa tahun kepergian Ayahku, masih saja berusaha untuk menemukan kebenaran. Sungguh terima kasih. Oh benar, Dokter, bagaimana aku bisa memanggil Anda?”

Dokter itu tertawa dan berkata, “Namaku Simon Liu. Kalau tidak ada orang lain, kamu boleh memanggilku Paman Simon. Untuk biasa panggil aku Dokter Simon saja. Sudahlah, sudah waktunya. Kamu berbaring saja. Aku akan membawamu ke ruang rawat inap. Kamu jangan bangun dulu.”

Aku mengangguk. Ia berpikir lalu berkata, “Aku akan memberitahu Claura kalau kondisimu kurang baik, jadi setiap setengah bulan, kamu harus datang periksa. Kalau seperti ini, kita bisa bertemu untuk membahas.”

Aku berkata, “Baik, Paman Simon. Terima kasih.”

Simon menepuk bahuku sambil tertawa dan berkata, “Kita kan satu keluarga, jangan sungkan.”

Selanjutnya, aku terbaring di ruang operasi. Simon memberitahu rekannya, atau dipanggil suster. “Setelah setengah jam kemudian, berikan obat yang sudah kuracik kepada Alwi.”

“Baik, Pak.” Suster itu seperti bawahannya, karena dapat terdengar suaranya penuh dengan kehormatan.

Tak lama kemudian, Simon dan dua bawahannya mendorongku ke ruang rawat inap. Setelah mereka memindahkanku ke ranjang, aku dapat mendengar Simon memberitahu Claura kondisi kesehatanku, agar Claura tidak lagi memancingku dan bilang bahwa keadaanku kurang baik. Ia juga memberitahu kalau emosiku mudah berubah, jadi minta Claura untuk menerimaku dan banyak menyimpan perhatian kepadaku. Ia mengangguk dan juga berjanji untuk membawaku ke rumah sakit setengah bulan sekali. Ia juga memberi sejumlah uang kepada Simon, untuk menyembunyikan rahasia ini.

Simon menerimanya, lalu pergi meninggalkan kita berdua. Setelah kepergiannya Simon, Claura datang ke sampingku. Ia memegang pelan tanganku sambil berkata, “Alwi, entah kamu berubah menjadi apa, aku tidak akan meninggalkanmu. Meskipun kamu mungkin menjadi bodoh ataupun mudah berubah emosinya, aku juga tetap tidak akan meninggalkanmu. Kamu milikku, hanya milikku seorang.”

Meskipun Claura mengatakan itu penuh dengan perasaan, tapi aku sama sekali tidak terharu, karena aku tidak dapat melupakan hal-hal kotor dan jahat kepadaku. Aku tidak akan pernah melupakannya selamanya. Aku membenci ia, hingga aku ingin membunuhnya. Rasa kebencian ini sama sekali tidak dapat dihapuskan. Kebaikan ia terhadap adikku saat itu juga sudah tenggelam dalam rasa kebencianku.

Saat ini, aku mendengar suara pintu terbuka. Aku mendengar suara Justin. Ia berkata, “Nona Claura.”

Claura berkata dengan dingin. “Apa yang terjadi sebenarnya? Aku dengar ia tiba-tiba menggila setelah kembali dari tempat pelatihan bersamamu. Dokter bilang ia mendapat dorongan. Apakah kamu memancingnya?”

Hatiku seketika senang. Ucapan Dokter Simon tadi sengaja ditujukan kepada Justin. Claura sangat percaya kepada ucapan Dokter Simon, sehingga ia langsung curiga kepada Justin.

Justin dengan panik berkata, “Tidak, Nona Claura. Aku dapat memastikannya. Saat Kak Alwi--Oh bukan, Kak Reino bertanya apa namaku, lalu aku menjawab ‘Justin’, terus tiba-tiba ia menggila.”

Setelah itu, Justin juga memberitahu semua hal yang terjadi pada hari ini, bahkan termasuk aku menyindir Aiko dan juga ia tiba-tiba kena hajar tanpa alasan, sehingga tidak menjalankan rencananya. Rencana yang Justin katakan adalah rencana untuk menyerang Aiko.

Mendengar pembicaraan mereka, aku baru tahu ternyata Justin ingin mengoleskan semacam cairan yang menghipnotis di pistol Aiko. Setelah Aiko memegang pistolnya, ia akan merasa tubuhnya tidak berdaya, kalau begitu Justin bisa melakukan sebebasnya.

Mendengar ucapan Justin, aku benar-benar kesal, sehingga ingin bangun dari ranjang dan memberikan pukulan kepadanya, Untung saja, aku tidak terburu-buru melakukan itu, melainkan menggunakan cara ini untuk menolong Aiko. Untuk Justin, ia harus mati!

Mengingat rencanaku, aku menahan rasa ketidaksenangan dalam hatiku dan tenang menuggu kesempatan.

Claura berkata dengan dingin. “Apakah kamu mendengar ia sedang menyindir Aiko?”

Justin berkata, “Aku mendengarnya, tapi tidak tahu apa yang dikatakan Aiko. Bisa terlihat bahwa Alwi sepertinya meremehkan Aiko.”

Claura ketawa dan berkata, “Aku benar-benar ingin melihatnya. Andaikan Aiko tahu kalau ia Alwi, apa reaksinya? Kurasa itu pasti sangat seru.”

Tiba-tiba nada suara Claura kembali dingin. “Dan juga anak didalam kandungannya juga harus mati. Sedangkan Aikonya sendiri, ia harus hidup dengan baik-baik dan menerima semua penyiksaan. Justin, misi yang belum terselesaikan, kalau besok masih belum diselesaikan, maka kamu tidak perlu kembali bertemu denganku lagi.”

Justin segera menutup mulutnya dan menerima perintah Claura.

Claura berkata dalam dingin, “Satu lagi, aku tahu kamu tidak suka kepada Alwi. Apalagi majikan barumu itu lebih menginginkan Alwi segera hilang dari dunia ini, tapi siapapun tidak boleh melukainya. Kalau kamu ketahuan ingin melukainya lagi, aku tidak akan melepaskanmu kali itu.”

”Justin berkata, “Tenang saja, Nona Claura. Aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama.”

Sepertinya Justin sudah menganggap Indra sebagai majikannya. Lagipula ia ingin membunuhku saat Claura tidak ada dan untung saja Claura kembali di waktu yang tepat, sehingga aku tidak mati. Claura sepertinya sangat marah, tapi karena Indra, ia memilih untuk sabar.

Hanya saja kalau Justin ingin membunuhku, apakah Claura akan tetap kembali sabar? Sebenarnya aku juga tidak yakin. Aku saja sudah terbakar hingga seperti ini, kalau Claura tetap bersabar dan masih percaya kepada orang yang membunuhku ini, bagaimana aku bisa percaya dengan kata-kata ia mencintaiku?

Jadi aku tidak akan memberikan hak memilih hidup Justin kepada Claura. Kali ini, aku akan mengambil nyawa Justin diri sendiri.

Aku sengaja terbatuk, sehingga Claura dan Justin berhenti untuk berbincang. Aku pelan-pelan membuka mataku. Pertama yang kulihat adalah tatapan mata lembut milik Claura. “Sayang, apakah kamu merasa baikan?”

Aku pura-pura tidak melihat Justin yang keluar dan memegang kain kasa yang terbalut di kepalaku. “Apa yang terjadi sebenanrya? Mengapa kepalaku begitu sakit? Apakah aku lain kali sering seperti ini?”

Claura membujukku. “Kamu jangan khawatir. Semua kondisi ini hanya saja efek samping yang tertinggal setelah operasi, hanya sementara. Dan juga kamu sudah melakukan operasi kecil, dokter bilang kamu tidak boleh melakukan pelatihan yang ekstrim. Dari besok, kamu fokus berlatih tembak saja dan berhenti untuk melatih tubuh. Hanya saja berlatih tembak juga membutuhkan tenaga yang cukup banyak. Kamu harus banyak beristirahat.”

Aku mengangguk kepala dan berkata, “Aku tidak ingin mengalami rasa sakit ini untuk kedua kalinya. Oh iya, apakah aku marah-marah kepadamu lagi?”

Claura menggelengkan kepalanya. “Tak apa-apa. Kamu jangan banyak berpikir dan banyak beristirahat. Setelah kamu kembali sehat, kita pulang dan aku akan membuatkan ayam kesukaanmu.”

Aku tersenyum dan berkata, “Baik.”

Setelah berbincang dengan Claura, Simon datang. Ia berkata, “Lelaki yang keluar dari ruangan adalah bawahanmu kan? Aku sudah memberi obat suamimu kepadanya.”

Claura mengangguk dan berkata, “Baik, Dokter. Maaf menganggu, kapan suamiku bisa keluar dari rumah sakit?”

Simon memandangku dan berkata, “Kapanpun boleh, hanya saja luka di kepalanya baru saja dijahit, harus hati-hati, jangan tersentuh air.”

“Baik.” ucap Claura. Aku terbangun dari ranjang dan berkata, “Kalau begitu, setelah ke toilet, aku akan pulang bersamamu.”

Claura mengangguk. Aku meninggalkan ruang rawat inap, begitupula dengan Simon, tapi kita tidak jalan kearah yang sama, demi menghindari kecurigaan Claura kepadaku dan Simon.

Tiba di toilet, terdengar suara ketukan pintu yang beraturan. Aku mengatakan, “Aku datang.”

Keluar dari sana, aku bertemu dengan bawahan Simon yang berada di ruang operasi tadi. Ia memberikan botol berwarna biru kepadaku. “Ini adalah obat yang harus kamu minum, tapi cairan didalam obat ini berbeda. Obat ini ada racun, tapi obat yang lain dapat menyembuhkanmu, jadi kamu tenang saja. Setelah minum obat ini, kamu hanya perlu berpura-pura sakit kepala, ingin mual, tubuh tak berdaya dan kejang sekilas.”

Setelah itu, ia memberikan sebotol obat yang lain kepadaku. Botol obat ini lebih besar. Ia bilang, “Kamu taruh obat ini dikamar lelaki itu, agar mudah untuk menyalahkannya.”

Aku mengangguk dan menepuk pelan bahunya. “Terima kasih.”

“Bisa membantumu adalah kehormatanku.” Ia mengucapkan kata-kata yang formal, lalu terburu-buru keluar dari toilet.

Beberapa saat kemudian, aku baru keluar dari toilet.

Claura menunggu diriku diluar ruangan. Ia melihat aku keluar dan segera mendekatkan diri kepadaku. Ia menggandeng lenganku dan berkata, “Ayo kita pulang.”

Kita meninggalkan rumah sakit dan kembali ke villa. Saat perjalanan kembali, aku sengaja memperhatikan jalan. Semua disini sangat asing bagiku. Sedangkan nomor plat di mobil yang berlalu, aku baru tahu kalau kita berada di Yunnan.

Setelah tiba di rumah, dengan alasan lelah, aku kembali ke kamar untuk beristirahat, sedangkan Claura pergi mandi. Saat Claura tidur, aku menggunakan kesempatan ini untuk menyembunyikan barang. Pagi hari kedua, aku bangun dan membersihkan diriku, lalu pergi melatih diri. Aku menemukan Aiko juga sedang melatih diri diluar. Aku teringat pembicaraan Claura dan Justin, sehingga berpura-pura untuk tidak melihat Aiko dan langsung menuju ke kamar Justin.

Justin memang tidak berada di kamarnya, tanpa dipikir pun tahu kalau ia menggunakan kesempatan saat Aiko tidak berada di kamar dan mengoleskan cairan pada pistol Aiko. Aku menemukan sebuah tempat, lalu menyembunyikan obat itu dengan cepat.

Setelah melakukan semua ini, aku mendengar sesuatu dari luar, sehingga aku berteriak dengan kencang. “Justin? Kemanakah orang ini pergi? Jangan-jangan kemarin malam tidak kembali?”

Mendengar ucapan ini, aku dapat merasakan ada orang diluar pintu. Justin pastinya orang itu. Ia membuka pintu dan tertawa berkata, “Ada apa mencariku, Kak Reino?”

Aku berkata dengan mesum, “Kamu kemana saja kemarin?”

Justin tertawa dan berkata, “Kamu jangan bersangka buruk kepadaku. Kemarin malam, aku tidur di kamarku kok. Aku baru saja pergi keluar untuk berkeliling.”

“Benarkah?” ucapku penuh curiga dan pelan-pelan mengalihkan topik pembicaraan. “Kemarin obat yang kamu berikan kepadaku, mengapa tidak ada cara minumnya?”

Justin mengerutkan dahinya. “Tidak ada? Ada kok, apakah kamu menaruhnya di tempat yang salah? Coba kamu cari lagi.”

Aku mengiyakannya dan meninggalkan kamarnya. Saat ini, aku melihat Aiko berjalan menuju ke kamarnya. Kamarnya berada di lantai ini. Aku memperlamabat langkah kakiku. Setelah Aiko sudah tiba di lantai atas, aku sengaja naik dari sisi samping tangga. Saat aku mendekatinya, aku merendahkan suaraku dan berbicara dengan cepat. “Jangan menyentuh pistol.”

Setelah itu, aku langsung pergi. Sedangkan Aiko sangat pintar, tidak berbalik badan melihatku.

Setelah meninggalkan lantai tiga, aku kembali ke lantai dua. Kebetulan Claura sedang menyariku. Ia langsung bertanya kemana aku pergi. Aku menjelaskan kepadanya, lalu kembali mengacak kamar. Akhrinya aku ‘menemukan’ obat di bawah ranjang, lalu mulai meminumnya.

Karena rencanaku sangat berhasil, sehingga tiada satu orangpun yang curiga kepadaku.

Setelah aku minum obat, tak lama kemudian, aku berpura-pura kesakitan. Claura melihatku kejang, ekspresi wajahnya berubah dan segara menyuruh orang untuk membawaku ke rumah sakit. Ia dengan kesal menyari Simon dan menyalahkan obat pemberian Simon.

Kali ini, ia benar-benar marah, sehingga ia langsung memegang pistol dan dituju kearah kepala Simon.

Simon dengan panik memeriksa diriku. Ia berkata, “Ia keracunan obat! Tapi itu bukan obat yang kuberikan kepadanya. Aku tidak pernah memberikan resep obat yang seperti itu kepadanya.”

Claura berkata dengan dingin, “Kamu yang membuat resep obatnya, lalu sekarang kamu bilang bukan kamu, apakah menurutmu, aku akan percaya?”

Novel Terkait

King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu