Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 250 Transformasi mendadak

Melihat tanggapan dari Gunawan, aku menduga tebakanku ada benar setengah.

Aku selalu tidak mengerti, antara aku dan Gunawan sudah ada dendam yang begitu besar, sampai-sampai harus diakhiri dengan kematian. Mengapa orang itu tetap tidak mau menyerah dengan terus membuat masalah di antara kami berdua. Sekarang sepertinya aku sedikit mengerti, Gunawan dan ayahku sangat mungkin mengenal satu sama lain, dan hubungan mereka sangat dalam. Rencana awal orang itu adalah membuat ayahku dan Gunawan menjadi bermusuhan, tetapi orang itu sadar itu merupakan hal yang sulit dilakukan sehingga ia membuat perpecahan antara aku dan Gunawan. Orang itu ingin memanfaatkan ini membuat ayahku tidak bisa memaafkannya.

Jika dugaanku benar, kemungkinan hubungan Gunawan dengan ayahku sangat baik.

Dan ini ada urusan apa dengan si brengsek itu?

Gunawan yang melihatku diam tak berbicara, seketika tegang dan bertanya,”Aku sedang bertanya kepadamu! Bagaimana kamu bisa tahu orang ini? Siapa yang memberitahukannya padamu?

Aku menatap Gunawan yang tegang, seingatku dia tidak pernah setegang ini. Bisa dikatakan posisi ayahku di hatinya sangat tinggi. Aku sebenarnya ingin mengatakan hubunganku dengan ayahku, tetapi setelah berpikir, bagaimana jika Gunawan hanya berpura-pura? Jadi aku langsung mengalihkan jawabannya dengan mengatakan,”Freddy adalah orang yang membunuh ayahku. Aku dan dia itu berbeda!”

Gunawan yang mendengar perkataan ini, awalnya merasa terkejut kemudian dengan nada menghina berkata,”Alwi, ayahmu dapat berakhir ditangan kakakku, itu merupakan kebanggaan bagi ayahmu. Banyak orang yang ingin berakhir ditangannya tapi tidak berhasil. Mengapa? Kamu ingin membalaskan dendam ayahmu? Kalau begitu, kamu bunuh saja diriku.”

Tidak disangka ternyata Gunawan sangat menjunjung tinggi dan melindungi ayahku itu. Awalnya di hatiku sangat bercampur aduk, tidak tahu bagaimana menjelaskan hubunganku dengan dia. Dan lagi, dia terus memanggil ayahku dengan sebutan ‘kakak’, apakah dia juga mengenal ‘bos besar’ dibaliknya, hanya saja tidak terpikir bahwa dialah orangnya? Dan juga apakah dia tahu terkait dengan ayahku yang masih hidup atau tidak?

Berpikir ke sini, aku berkata,”mengapa aku harus membunuhmu? Mengapa tidak sekaligus saja aku memanfaatkan kamu untuk memancing keluar si Freddy?”

Pandangan Gunawan sedikit meremehkan,berkata:”Mungkin kamu harus kecewa, karena Kakakku itu sudah berkelana di langit pada dua puluh tahun yang lalu. Kamu ingin balas dendam dengannya? Kamu hanya punya satu cara, yaitu pergi mati!”

Aku mengamati ekspresi Gunawan dengan teliti, aku merasa dia tidak seperti membohongiku. Dengan dingin aku berkata,”Gunawan, jika yang kamu katakan itu adalah benar, aku berpikir kalau saja Freddy itu masih hidup maka dia adalah orang yang sangat menginginkan kematianmu. Karena kamu telah menyentuh wanita yang penting baginya.”

Raut wajah Gunawan seketika menjadi sangat buruk, dia mengatakan kalau aku berbicara asal. Tetapi sebentar saja ia pun menutup mulut dengan sendirinya, dan dengan terkejut mengatakan,”Wanita misterius pemilik Jingle Club.”

Aku menatap wajahnya yang terkejut dan mengatakan,”Benar, yang kukatakan adalah dia. Sebenarnya aku bukan musuhnya, melainkan putranya.”

Setelah perkataan ini terucap, Gunawan seketika langsung terbengong. Dia memandangku dengan tampang tidak percaya dan bertanya apa yang sedang aku katakan? Aku membuatnya untuk berpikir lebih teliti orang yang memanfaatkannya. Rencananya dari awal sampai akhir, apakah benar banyak hal yang dilakukan terlalu berlebihan? Dan mengapa dia harus melakukan lebih?

Gunawan tidak bodoh, malah dapat dikatakan bahwa dia sangat pintar. Dia sama sekali tidak terpikir sampai hal ini, karena dia tidak pernah melihatku dengan baik. Dia selalu menganggap kalau aku adalah anak sembarangan. Ini juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkannya, karena aku sendiri pun menganggap diriku seperti itu. Sekarang karena dia telah mengetahui identitasku, dia baru bisa mengerti apa maksudku.

Di saat ini, pandangan matanya yang menatapku berubah. Pandangan membawa sedikit rasa bahagia dan terharu. Sejujurnya aku sedikit curiga, apakah yang berdiri di depanku adalah dia.

Gunawan berpikir aku akan meperlakukannya sama seperti yang ia lakukan padaku, aku pun berkata,” Kita berdua sudah seperti monyet yang dipermainkan orang lain, tidak bisa tidak dikatakan bahwa cara yang dilakukan orang itu sangat berhasil. Gunawan, meskipun tahu bahwa kamu adalah sahabat dari ayah kandungku, tapi aku akan tetap membunuhmu. Kamu telah melewati batas kesabaranu, kamu menyentuh adikku, ibuku dan para sobatku. Aku perlu meminta sebuah keadilan bagi mereka.”

Setelah aku selesai berkata, aku bersiap untuk memulai aksiku. Claura dengan satu kakinya menyeret hingga dapat mencapaiku dan medorong jauh tanganku. Dia melindungi Gunawan dan berkata,” Alwi, kamu dengar aku, jangan bertindak gegabah. Jika kamu membunuh ayahku, bukankah berarti kamu memberikan kesenangan untuk orang yang membuat masalah di antara kita? Apakah kamu yakin ingin membuatnya merasa puas melihat kalian saling membunuh? Daripada itu, kamu sekarang harus mengumpulkan kekuatan. Karena ternyata ayahku dan ayahmu adalah sahabat yang baik, maka bolehkan kamu sudahi semuanya? Dengan begitu kalian berdua sama-sama menambah seorang teman. Dengan bantuan ayahku, rencanamu untuk melawan Johan bukankah menjadi lebih mulus?”

Melihat Claura, aku terdiam dan berkata,”Claura, kau adalah wanita yang pintar. Kamu seharusnya tahu apa pilihanku.”

“Akan tetapi, dia adalah ayahku. Dia juga sahabat baik ayahmu, orang yang sangat mengagumi ayahmu”, kata Claura sambil mengigit bibirnya yang kemudian lanjut,”Kamu begitu yakin ya, kalau ayahmu masih hidup, ia tidak akan memaafkan ayahku?”

Aku tidak berkata apapun, karena aku juga tidak bisa memastikan apakah ayahku akan memaafkan dia jikalau ayahku berdiri disini. Tapi, aku bukanlah dia. Aku tidak bisa memaafkannya, ini satu hal yang sangat pasti.

Seolah mengetahui apa keputusanku, Claura tampak sedikit lesu dan berkata,”Jika ayahku mau membunuhku, aku akan keluar untuk melindungimu. Jika kamu mau membunuh ayahku, aku juga akan berbuat demikian padanya. Karena kamu sudah melakukan keputusan, maka datanglah!”

Setelah mengatakan itu, Claura menutup matanya. Gunawan tiba-tiba tertawa sambil berteriak,”Claura..” yang kemudian lanjut berkata,”Anak si kakak sekarang berdiri di depan mata, aku malah tertipu oleh orang lain dan hampir melukaimu. Alwi, kamu bunuh sajalah aku. Jika kamu membunuhku, aku baru ada muka untuk bertemu dengan si kakak di alam bawah sana.”

Raut wajah Gunawan yang berubah menjadi tertawa itu membuatku sedikit tidak terbiasa. Aku menatapnya diam sambil mendengar dia berkata,”Nyawaku ini diberikan oleh Kakak. Sekarang aku telah melanggar kesalahan besar dengan melukaimu, hanya bisa di ganti dengan nyawa.”

Aku merasa dia sekarang sedang berakting, karena aku tipikal orang yang mudah melunakkan hati. Tapi entah mengapa aku sama sekali tidak terharu dengannya dan malah berkata,”Oh ya? Kalau begitu aku tidak akan menghabiskan energiku lagi, aku akan mengakhiri hidupmu saat ini juga.”

Awalnya mengira Gunawan akan menampakkan rupa aslinya, tapi dia malah dengan tegas menundukkan kepalanya dan berkata,” Baiklah. Tapi sebelumnya, aku sepertinya mempunyai kewajiban untuk memberitahu keberadaanmu kepada para sobat Kakak. Dengan adanya bantuan mereka, kamu akan dengan cepat sampai ke puncak. Maka yang namanya Johan ataupun Yesen pun tidak perlu kamu pikirkan lagi. Ini terhitung sebagai caraku untuk menutupi kesalahanku yang telah kuperbuat kepadamu. Alwi, bagaimana pendapatmu?”

Aku dengan tertawa berkata,”Baru pertama kali aku mendengar permintaan orang yang sedang memohon. Gunawan, hilangkanlah keinginan kamu itu karena aku tidak berencana memberitahukan pada orang lain tentang identitasku, tidak berencana menggunakan kekuasaan ayahku dan juga tidak berencana untuk melepaskanmu.”

Setelah mengatakan itu, aku memutar melewati Claura dan menarik Gunawan. Gunawan membiarkanku untuk menariknya dan dia sama sekali tidak melakukan perlawanan. Dia pun berteriak,”Kalau begitu, kau bunuh saja aku!”

Aku mengayunkan belatiku ke arah jantungnya. Tapi pada saat belatiku sudah masuk kedam bajunya, dia masih saja terlihat tidak ragu sama sekali. Aku seketika memberhentikan tindakanku dan mundur beberapa langkah ke belakang.

Claura yang sedari tadi berdiri di dinding sana, seketika terduduk ke lantai. Kurasa dia merasa cukup lega, tetapi Gunawan malah tertawa dan bertanya mengapa aku tidak membunuhnya? Aku pun menjawabnya dengan berkata,”Aku berikan waktu satu minggu padamu untuk memanggil para sobat ayahku ke Nanjin. Kalau kamu berani menipuku, akan aku ambil nyawa rendahmu itu.”

Gunawan tersenyum dan mengangguk, dia mengatakan bahwa dia pasti akan melaksanakan hal itu dengan baik.

Aku kemudian menggendong adikku. Meskipun Gunawan sekarang sudah tidak mempunyai rasa untuk membunuhku, tapi aku masih tidak ingin merasa lega. Aku menggendong adikku keluar dari kamar rawat. Sewaktu berjalan keluar, ada dua orang yang tergeletak di lantai, aku pun menatap Sulistio yang sedang merokok dan berkata,”Ayoklah pergi! Para sobat juga bubarlah, yang terluka cepat pergi berobat. Besok pergi ke Sulistio sana untuk mengambil uang berobat hari ini.”

Sulistio menatap sekilas ke kamar rawat dan melihat Gunawan yang masih bisa melompat-lompat ke sana kemari di depan pintu kamar. Sulistio mungkin merasa sedikit kecewa dan mengira bahwa aku melepaskan Gunawan karena aku masih memikirkan Claura.

Aku juga tidak menjelaskan padanya, karena sejujurnya ini bukan tempat yang cocok untuk mengatakan ini.

Aku menggendong adikku ke dalam mobil dan membiarkan Sulistio mengantarkan kami ke Splendid. Di perjalanan, aku baru menceritakan apa yang terjadi di rumah sakit. Setelah mendengar habis, Sulistio dengan tidak setuju berkata,” Kak Alwi, bagaimana bisa kamu mengatakan identitasmu kepada si Gunawan itu? Dari peristiwa yang terjadi selama ini, musuh ayahmu pasti lebih banyak daripada temannya. Bagaimana kalau Gunawan menggunakan kesempatan ini untuk membocorkannya kepada khalayak umum? Saat itu tiba, kamu akan kesulitan untuk bergerak.”

Aku dengan pelan berkata,”kamu kira dengan aku yang tidak berkata apapun, mereka tidak akan tahu? Dan juga meskipun Gunawan menipuku, dia hanya memandangkanku secara transparan. Dia hanya ingin membuatku menambah banyak musuh. Begitu informasi ini tersebar keluar, orang yang setia pada ayahku tidak akan terduduk diam. Pada saat itu tiba, meskipun musuhku banyak, tetapi diwaktu yang sama aku juga memiliki banyak bala bantuan.”

Sulistio menghela napas dan berkata,”Tapi berharap Gunawan tidak menipumu. Kalau berdasarkan yang kamu ceritakan, dia sepertinya memang sangat menyesal, dan mungkin saja dia memang memiliki hati untuk menghilangkan kesalahan yang telah dia perbuat padamu.”

Aku tertawa dingin dan berkata,” Aku merasa kemungkinan ini tidak besar.”

Sulistio terbengong sebentar dan bertanya apa maksud dari perkataanku. Aku menjawab,”Tidak ada bermaksud apapun, hanya saja berpendapat. Instingku selalu benar, aku merasa kalau Gunawan tidak akan benar-benar menyesal. Dia memiliki beberapa kesamaan dengan diriku, misalkan di bagian Permusuhan ini. Apalagi jika ia benar memanggil semua sobat ayahku, para sobat ayahku jika tahu bagaimana ia memperlakukanku pasti tidak akan dengan mudah melepaskannya. Jadi…”

Belum selesai aku berkata, Sulistio memotong pembicaraanku dengan menjawab,”Jadi untuk bertahan hidup dan juga agar berita ini tidak tersebar, kamu harus cepat pergi untuk mati.”

Aku mengangguk, berkata inilah maksudku. Lagipula saat ia menghubungiku, sudah pasti sekaligus memikirkan cara menyelesaikanku.

Sulistio berkata,”Gunawan demi bertahan hidup bisa juga bertindak sedemikian mempermalukan dirinya.”

Aku dengan pelan berkata,”Jika aku adalah dia, aku akan lebih mempermalukan diri, karena tidak ada orang yang tidak ingin bertahan hidup.”

Baru saja aku selesai berbicara, ponselku sudah berdering. Chick yang meneleponku dan aku dengan cepat menekan tombol menerima dan sedikit gugup bertanya,”Chick, bagaimana keadaan kalian disana? Dimana? Aku akan pergi mencari kalian.”

Chick terdiam sejenak dan berkata,” Kak, ibu angkat dibawa pergi oleh orang Beijing itu.”

Novel Terkait

My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu