Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 793 Kehangatan Sebuah Rumah

Malam ini aku berbicara untuk waktu yang lama dan hujan juga turun dalam waktu yang panjang, kami berbicara sampai lumayan malam dan semua orang mulai merasa mengantuk dan aku berkata akan mengantarkan ibuku pulang ke rumah keluarga Wei.

Aku menyerahkan Cecilia yang tertidur di pelukanku kepada Aiko, aku dan ibuku bangun dan berjalan keluar.

Karena ibuku dan keluarga Wei masih memainkan peran “ketidakharmonisan” di permukaan maka aku menyamar sebagai sopir ibuku dan mengantarnya pulang.

Mungkin karena menyebut tentang ayahku, jadi suasana hati ibuku tidak terlalu bagus, dia tidak banyak berbicara denganku, melihat kesedihan di wajahnya, aku merasa sedih dan membenci diriku sendiri karena tidak bisa membuatnya tersenyum bahagia.

Ketika mobil sampai di gerbang rumah keluarga Wei, pintu besi besar perlahan-lahan terbuka, aku menarik napas dalam-dalam dan perlahan-lahan masuk ke dalam. Rumah keluarga Wei terlihat sangat megah, bagian dalamnya sangat mewah, aku sedikit terkejut dan berkata:”Bu, siapa yang mendesain rumah ini? Mengapa berlebihan sekali?”

Aku tidak akan merasa aneh jika rumah ini milik orang lain, tetapi ibuku adalah orang yang sederhana dan rendah hati dan kakekku mungkin juga seperti itu, jadi aku merasa terkejut melihat desain rumah mereka.

Ibuku berkata dengan sedikit rasa bersalah terpancar di matanya:”Sebenarnya kakekmu tidak menyukai desain ini, tetapi untuk membuat semua orang berpikir bahwa keluarga Wei kita adalah orang yang menjunjung ketenaran dan kekayaan jadi rumah ini dibuat menjadi rumah yang megah, sehingga semua orang berpikir bahwa kakekmu demi menjaga status dan kekayaan keluarga adalah normal untuk memilih memutuskan hubungannya denganku.”

Ternyata seperti itu.

Aku menghela napas, selama beberapa tahun ini, kakek pasti sangat menderita, dia jelas mencintai putrinya tetapi demi menutupinya dari semua orang, dia bersikap dingin kepada putrinya, perasaan ini pasti lebih sakit daripada membunuhnya.

Untungnya semua sudah berakhir sekarang, meskipun aku tidak bisa datang ke rumah keluarga Wei secara terang-terangan tetapi setidaknya kakek dan ibuku sudah berkumpul bersama.

Aku mengemudikan mobilnya ke garasi, aku dan ibuku turun dari mobil, begitu aku baru berjalan ke pintu masuk aula Villa, sebuah mobil limousine merah datang, ibuku berkata sambil tersenyum:”Itu adalah mobil kakekmu.”

Aku segera berhenti dan berdiri tegak.

Mobil berhenti di depanku, jendela mobilnya bergerak turun, terlihat sesosok wajah tua dan lelah dari dalam dan itu adalah kakekku! Aku tersenyum, aku memanggil kakekku dengan bersemangat.

Ibuku melangkah maju dan membukakan pintu untuk kakekku, kakekku perlahan keluar dari mobil, berjalan ke depanku dan mengamatiku dari atas sampai bawah, terpancar rasa tidak tega dan kasih sayang di matanya yang sudah tidak bening lagi, dia berkata:”Cucuku, kamu sudah banyak menderita selama beberapa tahun ini.”

Hatiku bergetar dan berkata:”Tidak, aku yang tidak berbakti karena selama beberapa tahun ini, aku tidak memiliki kesempatan untuk berbakti untukmu.”

Setelah aku mengatakan itu, aku akan melutut, kakekku memegangku, ibuku menghentikannya dan berkata:”Ayah, biarkan Alwi bersujud dan memberimu hormat, kalau tidak, dia mungkin akan merasa gelisah di hatinya.”

Aku mengangguk sambil tersenyum, aku berlutut dan berkata:”Cucumu tidak berbakti dan membiarkanmu mengkhawatirkanku dan bekerja keras, aku di sini bersujud padamu untuk semua itu.”

“Kamu ini, ibumu mengatakan bahwa kamu mirip dengan ayahmu, sepertinya memang benar-benar mirip, ayo cepat bangun, bangun, bagaimana mungkin Kakek akan menyalahkanmu? Kakek yang tidak bisa melindungi kamu dan ibumu dengan baik, aku sudah merasa senang karena kamu tidak menyalahkanku.”

Aku menggelengkan kepala ketika aku mendengar ini, kakek memapahku bangun dan berkata:”Cucuku, merepotkanmu untuk sementara waktu lagi.”

Aku menggelengkan kepalaku dengan segera dan berkata:”Tidak merepotkan, Kakek, kamu tidak perlu khawatir dengan urusanku, Anda tenang saja, aku orang yang tidak mudah dikalahkan.”

“Anak yang baik, punya keberanian, sama seperti ayahmu, benar-benar sama persis.” Kakek tertawa dan berkata sambil menarikku masuk ke aula.

Terdengar dari kata-kata kakekku bahwa dia sangat menyukai ayahku, yang membuatku lebih merasa berterima kasih kepadanya, aku pikir jika Mark juga bisa menyukaiku seperti kakekku menyukai ayahku maka dia tidak akan memaksa Jessi untuk menikah dengan pria lain.

Setelah masuk ke aula, kakekku menyuruh ibuku menyeduhkan teh untuk kami, lalu mengajukan banyak pertanyaan tentangku, aku menjawabnya satu per satu, kami berbicara sampai malam, aku takut kakekku akan kelelahan dan menyuruhnya untuk istirahat, tetapi dia tidak bermaksud untuk beristirahat dan berkata:”Kita berbicara sebentar lagi, kakek tahu kamu akan pergi besok pagi, tidak ada banyak waktu untuk menemaniku, malam ini kamu milikku sehingga si tua Chen itu tidak memiliki kesempatan untuk bertemu denganmu.”

Ibuku yang berada di samping tertawa tak berdaya dan berkata:”Ayah, sudah waktunya untuk tidur, dan, berdasarkan sifat Alwi, meskipun dia menemanimu sampai besok pagi, dia baru akan pergi setelah dia menemui mertuaku dulu, apakah Anda tega membiarkannya kelelahan?”

Aku segera berkata:”Aku tidak lelah, kakek ingin aku menemaninya, maka aku akan menemaninya lebih lama.”

Kakekku melirik ke arah ibuku dengan bangga, lirikkan itu sepertinya berkata:”Apakah kamu melihatnya? Ini adalah cucuku yang berbakti.”

Ibuku menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya, tetapi aku tidak menduga bahwa akhirnya kakekku tetap mendengarkan kata ibuku dan berkata:”Alwi, mana mungkin Kakek tega melihatmu kelelahan, Kakek hanya bercanda, sebenarnya aku juga sudah capek dan sudah waktunya tidur. Anak baik, kamu cepat pergi menemui kakek tua itu lebih awal dan lalu istirahatlah.”

Hatiku merasa senang, aku tahu, kakek sayang padaku dan aku juga khawatir dengan kesehatannya, jadi aku berkata:”Kalau begitu, aku akan pergi dulu, oh iya, Kakek, aku membawakan hadiah untukmu.”

Kakekku sedikit terkejut, matanya penuh senyum, jenggotnya bergerak-gerak, tetapi dia berkata:”Hadiah apaan, Kakek sudah sangat bahagia melihatmu bisa datang, masih membawakan hadiah, anak ini ... ...”

Aku menelepon Samuel, setelah beberapa saat, Samuel datang membawa sebuah kotak yang mewah, kakekku bertanya penuh rasa ingin tahu:”Kotak ini berisi pusaka apa ya?”

“Kakek, benda ini tidak bisa menandingi pegangan giok kakekku (dari pihak ayah), tetapi, lebih sulit beberapa kali lipat untuk mendapatkan benda ini, ini awalnya adalah barang milik kolektor, dia sangat menyayangi barang ini dan selalu menyimpan barang ini bersamanya dan dia tidak bersedia menjualkannya padaku, aku butuh banyak usaha untuk bisa mendapatkannya.” Aku berkata sambil mengeluarkan dua botol anggur Maotai.

Mata kakek berbinar ketika dia melihat anggur Maotai, aku tahu bahwa dia sangat suka minum, dia memegang botol anggurnya sebentar dan berkata:”Ini ... ... anggur Maotai ini sangat mahal, kamu mengeluarkan begitu banyak uang untuk membeli dua botol anggur Maotai hanya demi membuatku senang ya?”

Dia berkata sampai di sini dan berpura-pura marah:”Cucuku, tidak mudah bagimu untuk menghasilkan uang, jangan terlalu boros, Kakek juga akan senang meskipun kamu membawakan kakek dua botol anggur Maotai biasa.”

Setelah berbicara, dia menghela napas dan berkata:”Aku tidak mau sama dengan orang tua yang sombong itu, setelah dia mendapatkan sebuah cincin, dia segera kemari memamerkannya di depanku, haha, barang seperti itu dapat dibeli dengan uang, mana bisa menandingi barang yang diberikan cucuku yang didapatkan dengan susah payah ini.”

Aku tahu kakek (kakek dari pihak ibu) bertengkar dengan kakekku (kakek dari pihak ayah) karena cemburu, aku tertawa dengan tidak berdaya, memandang bocah tua nakal ini dan berkata:”Benar apa yang Kakek katakan, barang yang diberikan Alwi kepada Kakek didapatkan dengan susah payah, besok Anda bisa memamerkannya kepada kakek tua itu, pasti dia akan marah sekali.”

Kakekku tertawa dan berkata:”Anggur ini pasti kualitas terbaik, anggur ini sangat langka, kalau diminum akan habis jadi aku lebih baik menyimpannya untuk dilihat saja.”

“Semua barang yang diproduksi di dunia ini adalah untuk dipakai oleh manusia, jadi keberadaan dua botol anggur Maotai ini adalah untuk diminum oleh orang, jika tidak ada yang meminumnya maka sepertinya keberadaannya sama sekali tidak ada artinya.”

Aku berkata sambil tersenyum, melihat ekspresi kakekku yang ingin mencoba anggurnya dan melanjutkan perkataanku:”Kakek, supaya keberadaan anggur ini menjadi ada artinya, jadi cobalah.”

Kakekku tertawa terbahak-bahak dan berkata:”Kamu ini, sangat bisa membuatku senang, jika seperti itu, mari kita minum?’

“Baiklah, mari kita minum.” Aku berkata sambil tersenyum.

Ibuku yang berada di samping ingin membujuk, kakekku memelototinya dan berkata:”Aku tahu kamu khawatirkan putramu, kamu tenang saja, aku akan membiarkan Alwi pergi setelah meminum segelas anggur ini, aku pasti tidak akan menunda waktu Alwi.”

Apa yang dipikirkan ibuku tertebak oleh kakek, ibuku menggeleng dan berkata:”Ayah, yang aku khawatirkan adalah kesehatanmu.”

Kakek mendengus, mulutnya mencibir dan tampak tidak percaya dengan ucapan ibuku. Aku tidak bisa menahan tawa ketika melihat sifatnya yang seperti anak kecil itu.

Ibuku berkata:”Minum dengan perut kosong di malam hari akan merusak lambung kalian, tunggu sebentar, aku akan masak beberapa lauk untuk kalian.”

Aku sangat gembira ketika aku mendengar ibuku akanmemasak untuk kami, karena sepertinya aku tidak pernah memakan masakan ibuku dan ibuku sepertinya juga memikirkan hal yang sama, dia melirikku dengan perasaan bersalah, kakekku mungkin takut kami akan merasa sedih dan dia berkata:”Masakan ibumu sangat tidak enak, jika kamu memakannya maka aku jamin kamu tidak akan bisa minum anggurnya lagi.”

Begitu ibuku mendengarnya, ibuku berkata dengan kesal:”Siapa yang mengatakan setelah memakan masakanku maka tidak ingin pergi makan di luar lagi, Ayah, Anda tidak berkata jujur.”

Wajah kakekku menjadi merah setelah mendengarnya, ibuku berkata sambil tersenyum:”Kalian tunggu sebentar.”

Kakekku melihat ibuku sudah pergi dan berkata:”Kita sudah banyak berbicara, Alwi, Bagaimana kalau kita bermain catur? Apakah kamu bisa bermain catur?”

Aku menyentuh hidungku dengan canggung dan berkata:”Kakek, aku tidak bisa memainkan permainan sulit seperti itu, tetapi jika kamu tidak keberatan, aku bisa bermain catur gomoku denganmu.”

“Catur gomoku?” wajah kakekku mencibir, aku tahu bahwa orang seperti dia tidak akan suka bermain permainan kekanak-kanakan seperti itu, jadi aku hanya bercanda dengannya, siapa yang tahu bahwa dia segera berkata:”Aku pernah bermain catur gomoku dengan pamanmu, aku kasih tahu kamu, aku tidak pernah kalah sekalipun juga, aku menyerang dari semua penjuru sehingga membuat pamanmu menangis.”

Aku sedikit terkejut dan bertanya:”Ini benar atau bohong? Kakek, kamu tidak sedang membual kan?”

Kakekku mencibir dan bertanya:”Tidak percaya?”

Aku menggelengkan kepalaku dan berkata:”Aku tidak percaya sama sekali.”

“Bocah tengik, aku akan mengaalahkanmu, pengurus rumah, bawa catur gomoku ke sini.”

“Baik.” Pengurus rumah lari sambil tersenyum.

……

Setelah sekitar sepuluh menit, hanya terdengar suara keluhan kakekku di seluruh ruang tamu ini.

“Ha? Kamu sudah menang? Kamu kelinci kecil, mengapa kamu bisa menang?”

Aku berkata dengan rendah hati:”Aku hanya beruntung saja.”

Kakekku segera berkata:”Iya, aku juga berpikir seperti itu, ayo, mari kita main lagi.”

Memenangkan satu pertandingan, memenangkan dua pertandingan ... ... sampai ibuku keluar membawakan makanan, aku masih memenangkan pertandingan untuk kesepuluh kalinya tanpa terkalahkan.

Ibuku berkata:”Makanannya sudah siap, Ayah, jangan main lagi, minum anggurmu, lalu biarkan Alwi pergi lebih awal.”

Kakekku berkata dengan geram karena kalah:”Dia menang lagi, putriku, kamu lihat putramu, dia memenangkan sepuluh pertandingan berturut-turut! Dia benar-benar tidak bisa menghormati orang tua, aku sia-sia menyayangimu.”

Setelah mendengar ini, ibuku tidak bisa menahan tawa dan berkata:”Ini karena teknikmu tidak sebaik dia.”

Kakekku berkata dengan frustasi:”Bocah tengik, aku akan mencari pamanmu untuk berlatih denganku, jika lain kali kamu datang, aku akan bertarung denganmu lagi dan aku akan mengalahkanmu.”

Aku tersenyum dan berkata:”Kakek, maafkan aku untuk berkata jujur, standarmu yang buruk seperti ini masih bisa menang melawan pamanku, aku pikir pasti paman sengaja membiarkan dirinya kalah, dia membuatmu hidup dalam kebohongan palsu dan membuat permainan gomokumu tidak berkembang, Anda harus memberinya pelajaran.”

Begitu kakek mendengarnya, dia menyentuh dagunya dan berkata:”Sepertinya begitu, Putriku, besok kamu bawa anak tidak berbakti itu ke sini, aku kan menghukumnya dengan hukuman keluarga.”

Ibuku:” ... ...”

Dia berkata dengan tidak berdaya:”Masalah sebesar apa ini, sehingga mau menggunakan hukuman keluarga, cepatlah makan, kalau tidak makanannya akan menjadi dingin.”

Aku menaruh catur gomoku, mencuci tanganku dan segera makan, aroma harum tercium di meja makan, aku dan kakekku duduk di meja makan, aku menepuk kursi di sampingku dan berkata:”Ibu, kamu juga duduklah.”

Ibuku duduk sambil tersenyum padaku, akan mengambilkan makanan untuk kakekku, kakekku makan dengan lahap, ibuku juga mengambilkan makanan untukku dan berkata:”Kamu belum pernah mencicipi makanan ibu selama ini, cepat makan, apakah enak?”

Aku menganggukkan kepala dan melihat potongan ayam di mangkokku, ada perasaan ingin menangis. Aku menarik napas dalam-dalam, aku memegang sumpitnya dan memasukkan potong ayam itu ke mulutku dan berkata:”Enak sekali.”

Setelah berbicara, aku merasa mataku menjadi panas dan aku tidak menyangka aku akan menangis.

Tangisanku bukan apa-apa, ibuku juka ikut menangis, aku segera berkata:”Ibu, Anda jangan menangis, aku menangis karena gembira dan tidak bisa menahannya, jika Anda juga menangis maka aku akan merasa terlalu bersalah.”

Ibuku tersenyum dan berkata:’Aku juga gembira, lain kali ketika kamu datang ke Beijing maka ibu akan memasak untukmu setiap hari.”

Aku tersenyum, kakek juga mengambilkan makanan untukku dan berkata:”Makan yang banyak.”

Aku berkata “iya”, tidak ada yang tahu seberapa bahagianya aku saat ini, dulu aku berpikir bahwa aku tidak punya apa-apa, terutama setelah aku kehilangan adikku, aku merasa aku tidak punya keluarga lagi, tapi sekarang aku punya segalanya, aku punya kakek (dari pihak ayah), aku ada ibu dan kakek (pihak ibu), dan juga paman yang sangat menyayangiku, aku benar-benar merasa diriku sangat bahagia!

Ini adalah perasaan “rumah”, itu adalah sesuatu yang aku perjuangkan dengan bersusah payah dulu tetapi itu sesuatu yang susah dicapai olehku, pada saat ini, aku berharap waktu dapat diperlambat, sehingga malam ini menjadi satu tahun, maka aku punya waktu yang cukup untuk menikmati kehangatan keluarga.

Novel Terkait

My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu