Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 760 Menunggu Permainan

Jessi telah pergi, aku berdiri di pinggir ujung aliran tak berujung itu, melihat armada yang berbondong-bondong, membawa wanita di pikiranku ini pergi ditengah-tengah lautan manusia, hatiku seperti pipa yang tersumbat, sewaktu-waktu mungkin bisa meledak.

Aku menyalakan rokok, menghisapnya perlahan, di waktu ini tidak ada orang yang menggangguku, terlihat seperti siapapun tidak berani melangkah masuk kedalam duniaku.

Tidak tahu sejak kapan hujan rintik-rintik turun, aku menghela napas dalam-dalam, memadamkan rokok, lalu memutar badanku, melihat sekumpulan orang penuh sesak berdiri di belakangku, saudara-saudaraku, kaki tangan Joko Chu, semua orang, berdiri seperti senapan, tegak lurus, sangat rapi.

Setiap orang menatapku diam, sepertinya menungguku untuk berbicara. Tatapanku menyapu setiap wajah mereka, selain beberapa orang yang terluka, yang lainnya tidak terluka sama sekali.

Aku memberikan bungkukan hormat yang dalam pada mereka, dan berkata: "Saudara-saudaraku, terimakasih."

Joko Chu merasa sedikit bersalah dan berkata: "Saudaraku yang baik, aku tidak membantu apapun."

Aku tersenyum dan berkata: "Tidak masalah, kak Joko, kamu datang dengan tidak memedulikan apapun, itu saja sudah membuatku tersentuh, untungnya kamu juga tidak ada masalah, jika kamu terkena masalah, aku khawatir akan menyesal seumur hidup."

Joko Chu berjalan kearahku, memberiku sebuah pelukan dan berkata: "Sejak kamu memanggilku 'kakak', kamu tidak perlu sungkan lagi, kakak dari awal memang mempunyai tanggung jawab untuk melindungi adiknya."

Aku menganggukkan kepalaku, melihat Cecilia dalam pelukan Nody, saat ini dia masih tertidur, aku menatapnya, karena perasaan sedih dari perpisahan ini akhirnya mendapatkan sebuah kelegaan, aku mengambil Cecilia dari pelukan Nody, mencubit-cubit wajahnya, berkata dengan lembut: "Ayo pergi, kita akan mencari ibumu."

Joko Chu sedikit terkejut dan bertanya: "Ini...... adalah anak perempuanmu?"

Aku menganggukkan kepalaku, dia tersenyum dan berkata: "Bagus sekali adikku, aku benar-benar tidak mau menurutimu, lihatlah, punya pacar secantik itu, lalu punya gadis secantik ini, benar-benar membuatku iri."

Aku terkekeh dan berkata: "Jika kamu adalah aku, aku kira kamu tidak akan bisa tersenyum, melainkan menangis, baiklah, aku sudah harus pulang, ibunya pasti sudah siuman, jika saat siuman dia masih belum bisa melihat anaknya, pasti dia akan sangat panik."

Joko Chu menganggukkan kepala, dia berkata: "Aku juga harus mengantarkan orang pulang, jika suatu saat kamu punya masalah yang membutuhkan dukungan, kamu harus segera memberitahuku, mengerti? Aku berharap kamu tidak menganggapku sebagai orang asing lagi, JokoChu juga bukan orang yang takut mati! Sejak memutuskan untuk terikat dalam satu tali denganmu, maka mulai sekarang, satu kejayaan untuk semua, satu kesakitan untuk semua, aku tidak takut akan pengorbanan."

Mendengar perkataan ini, aku merasakan hangat dalam rongga hatiku, aku menatapnya dan tersenyum sambil berkata: "Kak Joko, terimakasih, setelah ini aku tidak akan sungkan lagi padamu."

Joko Chu tersenyum dan berkata: "Baguslah, segeralah bawa anakmu pergi, sudah mulai turun hujan, cuaca juga mulai dingin, jangan sampai anakmu kedinginan."

"Baiklah."

Beginilah, perpisahanku dan Joko Chu, aku pergi ke hotel dengan mobil, saat aku pulang, Aiko belum juga siuman, aku meletakkan Cecilia dalam selimutnya, tidak tahu apakah Cecilia sudah sangat mengenali baunya, dia segera masuk kedalam pelukan Aiko, melihat wajah ibu dan anak yang sedang tidur terlelap ini, aku duduk disana dan aku merasa sangat puas.

Jikalau bisa, aku sangat menginginkan saat ini waktu berjalan lambat, membiarkan ibu dan anak ini istirahat lebih lama.

Aku merapikan selimut Aiko kemudian berjalan keluar kamar, saat baru saja berjalan keluar, Nody menghampiri dan menahan bahuku sambil berkata: "Sudah lapar kan? Dapur di lantai bawah sedang menyiapkan makanan, ayo, bagaimana kalau kita minum?"

Aku tidak mengatakan sepatah kata pun, hanya menatapnya, dia melihat tatapanku ini kemudian berdeham dan bertanya: "Kenapa kamu menatapku seperti itu? Kamu tidak mungkin jatuh cinta padaku kan?"

Aku berkata: " Aku ingin tahu, apakah kamu menyembunyikan sesuatu dariku? Jika hari ini Jessi tidak datang, bagaimana caranya kamu membantuku?"

Tatapan Nody menjadi bingung seketika, dia langsung mendesah dan berkata: "Bagaimana aku bisa membantumu? Aku ingin menunggumu untuk benar-benar masuk penjara, aku akan menghabiskan uang untuk menyewa pembunuh terbaik di dunia untuk merampoknya, toh, aku tidak kehilangan uang."

Aku tetap memandang Nody, aku tahu dia sedang berbohong, tapi aku tidak ingin membongkarnya, justru aku tersenyum dan berkata: "Itu berarti Jessi datang secara tidak sengaja? Kalau tidak kamu pasti akan melakukan hal bodoh."

Nody tersenyum dan berkata: "Benar sekali, maka dikatakan bahwa kemunculan nona Jessi dangatlah tepat waktu, dan juga, dia juga terlihat sangat keren saat mengarahkan pistol ke Vicky Hu, aku beritahu kamu, aku hampir saja menjadi idolanya......"

Dia berbicara tiada henti, aku diam mendengarkannya, teringat Jessi yang tidak memedulikan segalanya demi aku, mulutku tiba-tiba tersenyum, saat aku mengembalikan fokusku, aku baru menyadari bahwa topik pembicataan telah dialihkan oleh Nody.

Aku menghela napas dalam hati, aku tahu dia takut kalau aku menanyakan masalah itu lagi, tapi aku tidak bisa, karena aku tahu, dia masih tidak ingin mengatakannya, mungkin dia tidak ingin menghadapinya, mungkin karena kesempatannya belum matang, entah apapun alasannya, aku tetap menghormatinya, karena dia adalah saudaraku.

Setelah turun, Sulistio dan Samuel menjabat tanganku dan menyuruhku duduk semeja dengan mereka, aku menghampirinya, aku melihat keranjang sampai yang ada di lantai, ada banyak sekali sobekan kertas, Sulistio terkekeh dan berkata: "Ini adalah perjanjian transfer saham sebelumnya, lagipula sudah tidak ada gunanya lagi, ini meninggalkan nasib buruk, maka kami merobeknya semua."

Aku tersenyum dengan penuh perasaan dan berkata: "Awalnya aku berpikir kali ini aku pasti menemui jalan buntu, tidak kusangka bahwa aku dapat menemukan keberuntungan."

Selesai berbicara, aku menuangkan sendiri bir dalam gelasku, berdiri, mengangkat bir, semua orang juga segere berdiri, aku berkata dengan sungguh-sungguh: "Masalah kali ini, aku sangat berterimakasih pada kalian semua, aku tidak akan banyak bicara lagi, setelah kembali ke Nanjin, aku akan menyuruh Samuel untuk memberikan setiap kalian angpao yang besar."

Mendengar perkataan ini, semua orang merasa sangat bahagia dan meneriakkan: "Berjayalah kak Alwi."

"Mari, aku bersulang untuk kalian semua!" Aku berkata sambil tersenyum, aku bisa merasakan, melwati masalah kali ini, anak buahku semua telah berada di level yang sama."

Mereka semua mengangkat gelas, satu suara mengatakan: "Untuk kak Alwi!"

Aku tertawa dan berkata: "Nah, gelas pertama ini untuk menghormati kalian semua."

Selesai berkata, aku langsung meminum bir itu dalam satu tegukan, mereka juga melakukan hal yang sama, selanjutnya, kami semua makan dan minum, krisis sudah terselesaikan, suasana hati setiap orang sangat baik, kami tidak perlu mati, menurut kami ini adalah sebuah anugerah yang besar.

Setelah setengah perjalanan makan, aku mengeluarkan ponselku mencari-cari berita, aku baru mengetahui bahwa ayah Larry telah ditangkap, dia juga dilaporkan oleh biro keamanan publik, sesuai dengan riwayat kriminalnya, kuperkirakan dia dijatuhi hukuman mati.

Aku tahu, keluarga Yang demi menenangkan berita ini, memilih ayah Larry untuk memikul kesalahan ini, ini adalah satu-satunya keputusan keluarga Yang yang dapat dilakukan, karena masalah ini sangat besar, jika keluarga Yang menunjuk seseorang dengan derajat rendah untuk dijadikan kambing hitam, atasan sudah pasti tidak percaya, makapilihat satu-satunya adalah ayah dari Larry.

Agaknya Larry sangat membenciku, dan lagi adik laki-lakinya sudah meninggal, ayahnya adalah keluarga yang paling dekat dengannya, juga adalah tulang punggung yang sangat diandalkan, setelah ayahnya pergi, ketika pemilik keluarga ini beralih ke generasi mereka, aku khawatir dia tidak bisa mewarisinya.

Aku berpikir bahwa ini lebih menyakitkan daripada membunuh Larry.

Selain berita ini, semua laman internet berisi analisis apa alasan ayah keluarga Yang dipenjara, dan keluarga Yang menyatukan biro, menyalahgunakan hukuman mati tanpa pengadilan dan perihal membunuh Galvin.

Ada juga orang yang mengirimkan petisi rakyat, meminta atasan untuk menyelidiki biro ini dengan serius, berkomunikasi dengan rakyat awam, aku melihatnya sekilas, meskipun hanya lewat setengah hari, tapi petisi rakyat itu sudah ditandatangani oleh rakyat awam.

Dan kali ini diatasnya juga tidak ada tindakan untuk menghapus berita tersebut atau memblokir pesannya, tapi melewati akun resmi Weibo, dikatakan bahwa mereka sedang dalam proses penyelidikan, melihat pemberitahuan ini, aku tahu bahwa biro itu sudah tamat, kali ini, keluarga Hu juga tidak berani bertindak lagi.

Sulistio juga sedang melihat-lihat berita, dia tertawa dan berkata: "Ini adalah dorongan nyata dari rakyat, keluarga Yang bisa dibilang sudah tamat, tapi siapa yang bisa memikirkan metode memalukan ini, bagaimana tahu bahwa dia menghasut orang-orang untuk menulis petisi dan memaksanya untuk menyelidiki masalah ini?"

Aku terbatuk dan meminum setegak bir, Samuel menunjukku, dengan serius berkata: "Bisa tepikirkan ide kotor seperti ini, selain kak Alwi...... Ya, sudah tidak ada lagi orang lainnya."

Sulistio menatapku, teringat perkataannya sendiri barusan, seketika terbatuk canggung dan berkata: "Kak Alwi, cara ini sangat bagus, cara ini benar-benar sangat jenius, kau melakukannya dengan baik!"

Aku terkikik dan berkata: “Kenapa? Tidak merasa bahwa caraku ini memberi efek negatifkah?"

Sulistio segera membenarkan ucapannya dan berkata: "Efek negatif apa? Cara ini sama sekali tidak memberikan efek negatif, kak Alwi kamu sedang membunuh orang-orang, sangat bagus!"

Melihatnya berkata seperti itu, semua orang tertawa, aku berkata: "Baiklah, jangan membicarakannya lagi, kali ini keluarga Yang kehilangan istrinya dan mati, lagipula...... Ada keluarga Hu yang membantunya, mereka mengira juga tidak akan jatuh.

Sulistio marah dan berkata: "Keluarga Hu masih berani membantu keluarga Yang?"

AKu tersenyum dan berkata datar: "Bukan masalah berani tidak berani, tapi masalahnya adalah keharusan untuk membantu."

Sampai disini, aku mengirim pesan singkat pada Larry, Sulistio mengintip dari sampingku: "Tuan muda Larry, aku dengar bahwa ayahmu telah ditangkap, mungkin juga akan dijatuhi hukuman mati, aku turut berempati padamu, aku juga menyarankan padamu untuk sedikit bijaksana menjual perusahaan keluarga Yang padaku, kalau tidak, pembukuan hari ini, aku bisa terus melanjutkan perhitungan denganmu."

Mengetik beberapa kalimat ini, aku kembali berpikir, lalu menambahkan satu kalimat lagi: "Oh ya, kamu pasti ingin keluarga Hu membantumu kan, atau Hensen Hu tidak akan puas terhadapmu, aku rasa kamu tidak perlu berharap terlalu banyak, mereka tidak mungkin membantumu, lagipula kamu hanyalah pasukan tidak berguna bagi mereka."

Kemudian, tanpa keraguan sedikit pun aku langsung menekan tombol kirim.

Sulistio bertanya dengan penasaran: "Kak Alwi, apa gunanya kamu mengirimkan pesan singkat itu?"

Aku memainkan alisku dan berkata: "Secara alamiah menambahkan rasa krisis pada keluarga Yang, membiarkannya tahu, jika tidak menggunakan sedikit trik, keluarga Hu tidak akan memedulikan mereka lagi, aku berpikir, berdasarkan sifat Larry, mustahil baginya untuk melepaskan bantuan ini."

"Maksudmu adalah, demi meminta bantuan keluarga Hu, mungkin dia akan mengancam keluarga Hu? Tapi, apa ancaman yang akan diberikan pada keluarga Hu?" Sulistio bertanya dengan agak terkejut, dia tidak berada di sisiku, banyak hal yang tidak diketahuinya, pastinya juga tidak tahu perihal kaki tangan Hensen Hu dan Larry terhadapku.

Aku tidak berkata apapun, Nody menjelaskan dengan sabar kepadanya, setelah dia mendengarkannya, dia langsung tersneyum dan berkata: "Kak Alwi, hebat! Berdasarkan sifat ayah dan anak keluarga Hu, kalau mereka diancam, mereka pasti akan sangat ketakutan."

"Kenapa harus ketakutan? Mereka tidak berani tidak membantu Larry, kita tinggal menunggu permainannya saja." Aku tersenyum dingin sambil berkata, seperti sudah terbayang akan kejatuhan Hensen Hu.

Novel Terkait

Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu