Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 186 Bantuan Claura

Ketika aku memotong leher Fuiz dengan belati, dia melototiku dengan heran, matanya penuh dengan keterkejutan, tubuhnya mengejang dua kali, otot-otot wajahnya bergerak dengan kaku, dan setelah beberapa detik, dia benar-benar tidak bernapas napas lagi, dan matanya penuh dengan ketidakpuasan.

Siapa yang mengira, master seperti Fuiz akan mati di tanganku yang masih pemula? Tidak ada yang dapat mengiranya, jadi Fuiz mati dengan tidak puas.

Aku meletakkan puntung rokokku di mulut Fuiz dan berkata: "Pergi dengan baik."

Suasananya sangat sunyi.

Aku menarik napas dalam-dalam, melirik ke tanganku yang gemetaran, lalu memusatkan pandanganku pada belati yang berdarah itu, menyeka darah di pisau itu dengan tenang pada tubuh Fuiz, lalu terduduk di lantai, aku menelan ludah, mencoba menenangkan diriku sendiri.

Sebenarnya, aku selalu menghormati nyawa setiap orang, jadi aku mengalami mimpi buruk selama beberapa hari setelah aku 'membunuh' Nickhun. Aku selalu berpikir bahwa aku tidak akan membunuh orang untuk kedua kalinya, tetapi aku jelas meremehkan kemampuan beradaptasi dalam masyarakat yang kejam ini, aku meremehkan kemampuan bertahanku. Kali ini aku membunuh Fuiz, selain gugup, aku tidak merasakan sesuatu hal lainnya lagi.

Melihat mayat yang tergeletak di atas kakiku, aku menyalakan sebatang rokok lagi, berpikir, apakah aku menyesal? Jawabannya adalah tidak menyesal. Orang tua ini selalu ingin membunuhku, dan yang lebih penting lagi adalah lengan Aiko tidak bisa memegang parangnya lagi karena dia, itu akan sakit ketika hujan dan pada hari berawan, ini membuatku sangat tidak nyaman, tidak membunuhnya, bagaimana aku bisa rela? Bagaimana aku membalaskan dendam Aiko?

Jadi, membunuh orang tua ini, walaupun sedikit tergesa-gesa, tetapi aku tidak menyesalinya.

Nody berjalan datang dan bertanya kepadaku bagaimana keadaanku? Aku bilang aku sangat baik-baik, memintanya untuk menelpon Sulistio untuk membersihkan mayatnya. Setelah mengatakannya, aku berdiri dan berjalan perlahan menuju ke Claura dan Sergio.

Pada saat ini, ekspresi wajah Sergio sangat kesakitan. Ketika dia melihat aku berjalan kesana, dia panik dan bergumam: "Tolong lepaskan aku, aku tidak akan pernah memprovokasimu lagi."

Aku memandangnya dengan sombong dan berkata: "Jika aku membiarkanmu pergi, apa yang akan kamu lakukan? Menghubungi polisi? Membiarkanku dipenjara karena telah membunuh orang dan ditembak?"

Sergio menggelengkan kepalanya, ia bergegas mengatakan bahwa dia tidak akan melakukan itu, tetapi bagaimana bisa orang yang licik dan berbahaya sepertinya akan menepati janjinya? Hanya saja jika membunuhnya, ini adalah restorannya, takutnya nanti akan meninggalkan petunjuk. Selain itu, Aiko baru saja masuk dari lobi, video pengawasan pasti telah merekamnya.

Memikirkan hal ini, aku takut akan kesulitan. Pada saat ini, pundakku dipukul dengan kuat, aku memalingkan wajahku dan melihat Guvy berdiri di sampingku, ia berkata: "Jika kamu memiliki masalah, katakan saja padaku, aku akan membantumu menyelesaikannya."

Aku sedikit terkejut, dan bertanya kepada Guvy apakah maksudnya ia ingin memberiku surat izin membunuh?

Dia mengerutkan keningnya, sepertinya dia tidak suka dengan pernyataan ini. Bagaimanapun, ia berprofesi di bidang ini, tetapi dia mengatakan bahwa selama aku tidak terlalu mengubar-ngubarnya, dia bisa membantuku menyelesaikannya.

Meskipun aku tidak tahu apa latar belakang keluarga Su, siapa sebenarnya Guvy, tetapi ketika aku melihat Nody mengedipkan matanya padaku, aku tahu dia tidak akan berbohong kepadaku. Dengan begitu, aku merasa lega sekejap, menatap Claura, bertanya kepadanya apakah aku yang harus melakukannya atau dia yang melakukannya?

Sebelum aku selesai mengatakannya, dia mengeluarkan belati di dada Sergio, Sergio merasa kesakitan, ia menggelengkan kepalanya padaku, memohon belas kasihan padaku, Claura dengan tanpa ragu-ragu memotong lehernya, dan kata-katanya langsung terhenti seketika .

Mata Sergio melotot, tangannya yang melayang di udara langsung tergeletak ke bawah.

Claura mengendurkan tangannya yang memegang belati itu, bersandar di sofa dan terengah-engah. Dia tampak menyedihkan pada saat ini, tetapi sayangnya karena aku tahu betapa menakutkannya wanita ini, jadi bahkan jika dia menunjukkan penampilannya yang menyedihkan ini, aku sama sekali tidak merasa sedih, tetapi bertanya dengan dingin: "Apakah kamu baik-baik saja?"

Claura mengangkat matanya dan menatapku, mengeluarkan sebungkus rokok wanita dari sakunya, menyalakan rokoknya, menghisapnya, dan bertanya: "Katakanlah, ada masalah apa?"

Tampaknya dia masih sadar diri, tahu bahwa aku bertanya padanya bukan memperhatikannya, aku berkata: "Fuiz adalah pengawalmu. Untuk melindungimu, ia berkelahi dengan Sergio. Dan pada akhirnya, keduanya meninggal, dan kamu juga dilukai oleh Sergio. Bagaimana dengan cerita ini? "

Ketika aku mengatakan ini, Nody sudah mengambil kain dan menyeka pisau di tubuh Sergio, kemudian, dia dan Guvy memindahkan mayat Fuzi, memegang tangannya dan mengoleskan jejak darah Sergio padanya, lalu meletakkan tangannya di belati yang membunuh nyawa Sergio itu.

Setelah semua itu dilakukan, Nody mengeluarkan belati dan menggunakan metode yang sama untuk membuat Sergio memegang belati, ia meletakkannya di leher Fuzi, kemudian dia dan Guvy membersihkan kamar itu, membersihkan semua jejak yang kami tinggalkan. Setelah menyelesaikan semuanya, dia berkata: "Kak Alwi, ayo pergi."

Aku mengangguk, melirik Claura sejenak, dan berbalik untuk pergi, dia berteriak padaku dan berkata: "Ayo kita mengobrol sebentar."

Secara naluriah aku ingin menolaknya, tetapi kalimat berikutnya membuatku mengubah pikiranku, karena dia mengatakan bahwa dia memiliki apa yang aku inginkan di tangannya.

Aku berbalik dan melihat Claura, tampangnya yang duduk di lantai seperti itu, sangat menyedihkan, tetapi ia masih mengangkat dagunya dengan sombong, seperti ayam jantan yang sombong. Empat mata bertatapan, dalam matanya tertulis penuh dengan kegigihan. Aku mengangguk dan berkata: "Kalian semua keluar dan tunggu aku."

Felicia berkata dengan khawatir: "Aku akan di sini bersamamu."

Claura menatap Felicia dengan ambigu, dan berkata dengan aneh: "Apa yang kamu takutkan? Apakah kamu takut aku akan merebut priamu?"

Wajah Felicia tiba-tiba memerah, ia mengatakan ia tidak bermaksud begitu, aku datang ke kursi dan duduk, aku berkata: "Dia memang tidak perlu khawatir tentang hal itu. Bahkan jika wanita di seluruh dunia sudah mati. Hanya kamu yang tersisa, aku juga tidak akan memilihmu. "

Claura tersenyum, ia bangun dengan perlahan-lahan dan duduk di seberangku, ia berkata dengan datar: "Jika hanya ada satu wanita yang tersisa di dunia, apakah kamu pikir aku akan membiarkanmu memilihku?"

Nody tertawa keras dan berkata benar juga, aku memelototinya, dia mengeluarkan lidahnya, berbalik dan lari. Setelah dia pergi, Felicia juga meninggalkan ruangan. Aku menatap Claura, dan dia terus menatapku begitu lama, tatapan matanya yang acuh tak acuh membuatku merasa sangat tidak nyaman. Aku berbicara terlebih dulu dan bertanya barang apa yang dia miliki?

Claura tidak menjawab pertanyaan itu, ia berkata: "Tidak disangka kamu akan datang untuk menyelamatkanku malam ini. Aku pikir kamu sangat ingin membunuhku."

Aku mengerutkan keningku, dan berkata: "Aku memang benar-benar ingin kamu mati, tetapi kamu sudah berjanji untuk membantuku menyingkirkan keluarga Yang. Jika kamu mati sekarang, siapa yang akan aku cari untuk membantuku menyingkirkan keluarga Yang?"

Claura tidak berbicara, terlihat kekecewaan di matanya, aku juga tidak berbicara, aku hanya melihat dua mayat di lantai dan merenung, berpikir apakah kami telah melalaikan sesuatu. Ketika aku sedang berpikir, Claura memberikanku sebuah buku. Aku melihat buku itu dengan penasaran dan bertanya kepadanya apa itu? Dia memintaku untuk membukanya. Aku membukanya untuk melihatnya, aku tiba-tiba tertegun, karena dalam buku itu ternyata tertulis semua tagihan. Di tagihan ini tertulis uang yang dikorupsi oleh pemimpin keluarga Yang, Dery dan pejabat pemerintah lainnya. Banyak orang yang terlibat dalam tagihan ini, catatan mengenai Sandy paling banyak.

Ternyata keluarga Song dan keluarga Yang bekerja sama. Tidak heran Sonny menolak untuk membantuku dan membuat masalah dengan keluarga Yang. Dapat dibayangkan jika aku membantu mereka untuk menjatuhkan Johan dan Yesen, bagaimana dia akan "membalas" ku, mungkin pada saat itu tiba, itu sudah waktunya bagi dia dan keluarga Yang untuk menyingkirkanku!

Sayangnya, aku tidak akan memberikan Sonny kesempatan untuk ini.

Dengan adanya barang ini, kedua hal yang akan aku lakukan bisa terselesaikan. Aku memandangi Claura dan bertanya Apakah Sergio yang memberikan itu padanya?

Claura sedikit mengerutkan keningnya dan berkata: "Iya, itu sebabnya aku datang ke sini hari ini."

Aku memandangi Claura, hatiku merasakan sesuatu yang tidak bisa diungkapkan, aku tahu jika bukan karena ia ingin membantuku, dia tidak akan bertemu dengan Sergio, dan dia tidak akan berada dalam bahaya, tidak peduli betapa menjengkelkannya dia dan berapa banyak dia berutang kepadaku, kali ini untung ada dia, memikirkan ini, aku berkata: "Terima kasih."

Claura mencibir dan berkata: "Kamu tidak perlu berpura-pura berterima kasih padaku, pergilah sana."

Aku mengangguk, berdiri dan bersiap untuk pergi. Setelah memikirkannya, aku berkata: "Tetapi hanya berdasarkan buku ini saja, apa bisa berguna?"

Claura menatapku dengan pandangan mencemooh, ia memintaku untuk mengidentifikasi tulisan tangan pada buku itu. Apakah itu tulisan tangan Dony atau bukan? Dia juga mengatakan bahwa ada catatan Dony disitu, mengenai catatan orang-orang di departemen pemerintah, itu pasti juga tercatat disana. Misalnya, real estat yang dibagikannya, mobil-mobil terkenal, lihat milik siapa itu, kemudian verifikasi lagi itu, itu pasti dapat diselidiki, tidak hanya begitu, dia juga dapat memberiku saksi.

Setelah mendengarkan perkataan Claura, aku agak terkejut, ada sebuah perasaan bahwa dia sepertinya sangat bersungguh-sungguh membantuku.

Aku menatap Claura, dan ingin mengatakan sesuatu, tetapi aku merasa kami berdua benar-benar tidak ada sesuatu untuk dikatakan, jadi aku langsung berbalik dan pergi.

Aku pergi dari jendela yang pecah, saat ini Guvy dan yang lainnya sedang menungguku di tepi jalan. Aku menyalakan sebatang rokok dan berjalan kesana, aku melihat ke sekeliling, sekarang Aiko sudah pergi, aku merasa kecewa seketika. Setelah meninggalkan Sanny club, aku tidak pernah bertemu dengannya lagi. Bukan aku tidak ingin bertemu dengannya, hanya saja setelah mendengarkan perkataannya, aku ingin meninggalkannya, menenangkan diri sejenak, menghilangkan perasaanku padanya, karena aku merasa mencintainya adalah penghinaan untuknya.

Aku berjalan kesana dengan penuh masalah dihatiku. Felicia datang dan bertanya apa yang aku lakuakan. Aku bilang tidak apa-apa. Kemudian aku mengusulkan untuk makan di tempat lain, bertanya ke mana dia ingin pergi. Ia mengatakan ia ingin pergi ke restoran Cina, lalu kami pergi ke sana. Setelah memesan makanan, kami mengobrol di sana. Setelah memesan, aku menuangkan segelas bir untuk Guvy, bersulang untuknya terlebih dahulu, dan kemudian bertanya: "Kakak, aku ingin bertanya padamu, siapa yang mengajarimu Tieshankao? "

Guvy berkata: "Aku belajar dari seorang pria tua yang bermarga Chen."

Bermarga Chen?

Aku sedikit kecewa seketika, aku pikir dia mengenal Paman Ergi, tetapi dia tidak bermarga Chen, aku juga bermarga Chen, apakah ada hal yang begitu kebetulan di dunia ini.

Guvy bertanya kepadaku bagaimana aku bisa tahu bahwa dia menggunakan Tieshankao? Lalu aku bercerita tentang Paman Ergi padanya.

Setelah aku selesai mengatakannya, Guvy terlihat aneh dan bertanya Ergi mana?

Aku berkata: "Ergi."

Setelah aku mengatakan itu, aku tertegun di sana, memandang Guvy dan berkata: "Jangan-jangan Paman Ergi ..."

Sebelum aku selesai berbicara, Nody tiba-tiba batuk, seolah-olah tenggorokannya kepedasan karena ikan asam pedas, air matanya pun keluar, setelah minum beberapa teguk air ia baru agak mendingan. Ketika dia membaik, aku bertanya kepada Guvy apakah Tuan Chen itu bisa ilmu medis?

Guvy menggelengkan kepalanya dan berkata tidak, aku berkata'oh'. Aku masih ingin mengatakan sesuatu, ponselku tiba-tiba berdering. Aku menekan tombol jawab dan mendengar suara Sulistio dari sisi lain telepon. Dia berkata: "Kak Alwi, Yesen akan bertemu dengan Yasmin di klub pribadi malam ini. Apakah kamu ingin datang? "

Novel Terkait

See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu