Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 210 Identitas terbongkar

“Gadis, tolong tunjukkan jalan yang jelas kepadaku.”

Disaat ini, leher wanita kucintai telah di pegang olehku. Aku dapat mencium aromanya, yaitu bau sabun yang suka dia pakai saat kami masih tinggal bersama. Aku dapat merasakan tubuhnya akan melemah ketika aku meninggalkan sisinya. Dia dengan badan rampingnya berdiri di depan hadapanku, tapi aku masih tidak dapat mengenalinya. Aku hanya dapat bergantung dengan aktingku yang payah ini untuk mengancam dia, mengancam orang ini yang setiap malam memikirkan wanitaku.

Felicia pun dengan gelisah menegakkan tubuhnya dan bertanya siapakah diriku?

Aku berkata: “Siapakah diriku itu tidak penting, yang terpenting adalah nyawamu sekarang berada di tanganku. Jika kamu tidak ingin mati, atau tidak ingin kehilangan sesuatu, kamu dengan patuh membawa aku keluar.”

Aku mesti meninggalkan tempat ini secepat mungkin. Jika tidak, aku akan langsung tetangkap ditempat.

Felicia mengerutkan alisnya dan berkata: “Baiklah, aku akan membawamu keluar. Tapi saat ini, kamu harus menjawab satu pertanyaanku, yaitu apa yang sedang kamu lakukan disini? Jika kamu datang untuk melukai kedua orangtuaku, aku sampai mati pun tidak akan membawamu keluar.”

Aku berkata: “Aku telah dituduh oleh kakak-kakakku dan dimasukkan ke dalam penjara. Aku tidak memiliki cara lain untuk meminta bantuan dari sang gadis. Si gadis tenanglah, tubuhku yang sebesar ini dari dulu tidak pernah melukai satu orang pun. Salah satu hal yang aku sayangkan adalah diam-diam mencintai wanita yang kusayangi.”

Saat berbicara hingga disini, aku melihat dirinya. Karena aku takut ketahuan, aku hanya dapat melihat bagian belakang kepalanya dan tidak berani melihat dirinya, walaupun aku benar-benar ingin melakukannya.

Setelah dengar perkataan tersebut, badannya Felicia pun sedikit gemetar. Dia pun tiba-tiba bergumam: “Begitu kah, kamu dan dia benar-benar sama ya. Baiklah, aku akan membawamu pergi. Aku tahu disekitar sini terdapat pintu kecil, kamu ikutilah aku.”

Hatiku pun tergerak olehnya. Sebelum aku mengatakannya, aku pun tahu bahwa setelah dia mendengarkan jawabanku, dia pasti akan membantuku, karena perkataan ini dapat membuatnya mengingat kembali ke ‘aku’ yang telah meninggal dunia. Sebenarnya bukan seperti demikian, wanita bodoh ini, hanya karena dari pengalamanku dapat melihat bayangan ‘diriku’, dia akan langsung membantuku kah? Tidak terpikirkan olehnya, jika aku adalah si penipu itu, apa yang akan dia perbuat?

Aku hanya ingin mengatakan beberapa kata lagi. Saat aku mendengar ada orang sedang berbicara kemari, aku pun tahu bahwa aku tidak dapat menunda lebih lama lagi. Aku dengan terburu-buru meminta Felicia untuk membawa jalan. Aku tahu bahwa dia adalah wanita yang pintar, makannya aku khawatir dia akan menipuku. Jadi aku memperingati dia sambil berkata: “Aku sangat akrab dengan alamat rumah kamu, jadi jika kamu ingin membawaku ke tempat banyak orang, aku pun tidak akan sungkan terhadapmu.”

Felicia dengan ringan berkata: “Jangan khawatir, aku kan sudah bilang bahwa aku akan membantumu, dan aku pasti akan membantumu.”

Setelah dia selesai berbicara, dia pun tidak melanjutkan pembicaraan dan aku pun juga ikut terdiam. Malah aku dengan canggungnya mengulurkan tangan dan memegang pinggangnya. Badannya tetap saja terasa lembut, sangat nyaman untuk dipeluk, sehingga membuatku ingin tertidur pulas.

Felicia terlihat ingin melawanku. Namun dia tidak mengatakan sesuatu untuk menghentikanku dan malah berkata: “Kamu terluka?”

Aku mengangguk kepalaku untuk mengartikan betul, dia pun tidak lanjut berkata lagi. Dia diam-diam membimbingku ke pintu kecil pada bagian belakang. Aku pun merobek bagian ujung roknya dan dia pun tercengang dan tidak berani bergerak. Aku pun berkata: “Jangan cemas.”

Setelah selesai mengatakannya, aku menggunakan kain yang aku sobek untuk menutupi matanya Felicia dan berkata: “Jangan berbalik dan melihatku karena wajahku sangat buruk. Satu lagi, hari ini sungguh berterima kasih. Kamu adalah gadis yang baik dan kamu pasti akan mendapat kebahagiaan.”

Felicia pun dengan taatnya berdiri disana. Aku untuk ke-terakhir kalinya sekilas melihat dia. Aku memutar badan dan ingin pergi, tapi dia tiba-tiba memanggil aku. Aku pun dengan hati-hati bertanya kepadanya ada apa? Dia pun melepaskan kalung yang digantung di lehernya yang putih dan berkata: “Jika kamu ingin uang, ini pasti dapat membantumu.”

Aku pun terkejut dan memandang dia yang sedang mengulurkan tangannya. Dia pun agak memutarkan wajahnya. karena matanya tertutup, makannya aku tidak perlu khwatir bahwa dia dapat melihatku, makannya aku dapat dengan berani memandangnya. Mataku pun jatuh menatapi alis matanya yang menawan hingga ke ujung hidungnya yang anggun, dan pada akhirnya jatuh ke bagian bibir tipisnya yang lembab itu, melihat bibir merahnya terbuka-tertutup saat berbicara.

Melihat aku tidak membalasnya, dia pun berkata: “Jika kamu tidak memerlukannya juga tidak masalah.”

Felicia bilang bahwa dia akan mengambil kembali kalung tersebut. Aku pun dengan cepat memegang kalung itu sambil berkata: “Aku memerlukannya.”

Felicia pun mengasih kalung itu kepadaku. Aku pun bertanya kepadanya: “Mengapa kamu memperlakukanku dengan baik?”

Dia tersenyum tipis dan berkata: “Orang yang kucintai telah meninggalkan dunia ini 154 hari yang lalu. Aku dengar-dengar bahwa melakukan hal yang baik di dunia ini dapat membuat dia yang berada di dunia sana merasa tenang. Aku pun tidak perlu menderita terlalu banyak lagi, makannya aku selalu bertahan untuk melakukan kebajikan setiap hari. Hari ini, aku tidak memiliki kesempatan untuk melakukan hal baik dan kebetulan sekali kamu tiba. Terima kasih karena kamu telah memberiku kesempatan ini.”

Setelah mendengarkan perkataan ini, mataku pun tiba-tiba terlihat buram. Aku tidak menyangka bahwa Felicia akan diam-diam melakukan hal tersebut bahkan setelah aku ‘meninggal’ dunia. Walaupun terlihat agak takhyul, dan bahkan di mata orang-orang terlihat tidak berguna, namun kebaikkan hatinya seluas lautan dan aku pun tidak tahu bagaimana cara membalasnya.

Disaat ini, aku pun tidak dapat menahan gerakan hatiku. Aku mengambil tangannya dan dengan pelan menciumi dia sambil berkata: “ Kamu adalah gadis yang baik, kamu pastinya akan bahagia.”

Felicia pun tiba-tiba menangis, air matanya pun mengalir dan menodai kainnya. Aku melepaskan tangannya, menutup pintu, dengan tegas membalikkan badan dan meninggalkan tempat tersebut.

Angin-angin tersebut menghembuskan wajahku, wajahku pun terasa dingin. Aku menghapus air mataku dan tanganku pun terasa basah. Aku berpikir bahwa angin pada malam ini terasa agak kencang dan air mataku pun bahkan ditiup keluar.

Aku menghembus napas sedalam-dalamnya. Aku merusakkan ponselku yang terdapat di dalam kantong baju. Setelah itu, aku menaruh kembali kalung tersebut ke dalam kantong dan melihat ke sekeliling.

Disini adalah gunung yang kecil dan terdapat jalan yang sempit. Aku pun selama setengah jam berjalan mengikuti jalur tersebut. Aku baru menemukan telepon umum dan mengambil keluar kartus bus. Ini adalah kartu yang diberi Jessi sebelumnya dan kemungkinan dapat berguna di suatu tempat. Aku pun tetap menyimpaninya. Aku ingat bahwa kartus bus tersebut juga dapat digunakan di telepon umum.

Saat itu masih tengah malam, makannya tidak terdapat banyak orang di jalur tersebut. Setelah beberapa saat, aku akhirnya menghubungi nomor ponselnya Jessi. Saat aku ingin mengatakan sesuatu, dia pun mendahuluiku dan berkata: “Alwi, dimanakah kamu sekarang?”

Nadanya Jessi sangat datar, tapi aku dapat mendengarkan betapa gugup dirinya dari sana. Aku tahu dia pasti sudah mendengar kabar tersebut, dan sedang menunggu telepon dariku. Hatiku terasa sangat hangat, tapi tubuhku sudah tidak memiliki tenaga sedikit pun. Aku bahkan sudah mulai merasakan bayangan buram di mataku dan tidak memiliki tenaga untuk berbicara lagi. Aku pun menyandarkan diri di tiang telepon umum, memberikan sebuah alamat dan kemudian dalam kekacauan jatuh de bawah tanah.

Lewat beberapa hari kemudian, aku merasa bahwa tubuhku sedang digendong oleh seseorang. Aku pun berusaha untuk membuka kelopak mataku. Sekarang, aku berada di belakang punggungnya pengawal Jessi. Sedangkan Jessi dengan raut serius sedang berdiri di depan mobil. Melihat aku sedang menatapnya, dia pun dengan nada datarnya mengatakan: “Tidak apa-apa.”

Aku pun tersenyum menghadapnya dan pelan-pelan memejamkan mataku. Aku merasa sangat lelah, seakan-akan seperti sedang tidur. Awalnya berpikiran demikian, namun kemudian aku pun tertidur.

Saat aku terbangun, aku melihat langit-langit atap berwarna putih. Aku pun melihat sekelilingku. Sekarang adalah kamar dengan dekorasi yang elegan. Kosmetik yang tertera di atas meja menunjukkan bahwa pemilik kamar tersebut adalah seorang wanita. Di sini… … mungkinkah adalah kamarnya Jessi?

Saat memikirkannya, pintunya pun terbuka. Jessi masuk kemari dan bertanya: “Kamu sudah sadar?”

Aku pun mengangguk kepalaku dan bertanya kepadanya kondisi yang sedang terjadi diluar sana.

Jessi berkata: “ Tidak beda dengan apa yang kamu telah tebak.”

Perasaanku yang awalnya kecewa telah dipermainkan olehnya. Aku pun bertanya kepadanya bahwa aku sendiri tidak tahu apa yang sedang kupikirkan tapi dia sendiri dapat tahu apa yang kupikirkan kah? Dia pun menganggukkan kepalanya, tertawa dan berkata: “Aku sangat mengenalmu.”

Aku berkata: “Biasanya seorang wanita yang terlalu memperhatikan seseoang, barulah dapat dengan keras ingin memahami orang tersebut, apalagi jika orang tersebut adalah seorang pria.”

Jessi pun mengangkat alisnya dan berkata: “Alwi, aku dari dulu sampai sekarang tidak pernah ke ibu kota. Nyalimu sungguh besar, dan kamu telah berulang-kali berkomentar dan mempermainkan aku. Kelihatannya makanan di ibu kota dapat mempelihara keberanian orang-orang.”

Walaupun melihat dia berkata demikian, sedikit pun tidak merasa marah. Aku pun dengan terus terang berkata: “ Kamu lah yang mengatakannya. Jika kamu tidak berani untuk mengatakannya, bagaimana bisa kamu melawan para wanita-wanita?”

Jessi pun dengan jarangnya terbatuk oleh omonganku. Dia pun dengan menjelaskan: “Baiklah, jangan bercanda lagi dan katakanlah pendapatmu mengenai masalah ini dan sekaligus solusinya.”

Aku pun berkata: “Jimmy Su lah yang merencanakan kita bertiga untuk pergi bersama-sama. Aku rasa si John dan Maria pasti dihasut olehnya untuk melakukan hal demikian. Aku bahkan tidak menyangka bahwa Maria demi membunuhku, dia rela berkata bahwa dia bersalah.”

Malam itu, aku jelas-jelas melihat Maria telah dianiayai. Jika itu hanya sebuah jebakan, dia dengan John hanya perlu berpura-pura saja sudah cukup. Mengapa mereka harus melakukan hal sedemikian?

Jessi dengan pelan berkata: “Kamu merasakan bahwa wanita itu tidak pantas melakukannya kah? Perasaan kasihanmu sungguh sangat luas. Namun, nasib wanita pada hari ini itu sangat pantas dia dapatkan. Dia menyalah kira bahwa kamu adalah Jimmy Su. Aku merasa dia hingga sekarang pun tidak mengetahui alasan mengapa John ikut berpura-pura dengannya itu karena perintahnya Jimmy Su.”

Aku pun dengan terkejut memandangnya dan berkata: “Jadi maksudmu awalnya mereka hanya berpura-pura saja, tapi si John berada di bawah perintahnya Jimmy Su, beneran memperkosa Maria? Mengapa dia melakukan demikian? Apa keuntungan Maria ingin membalas dendam ke Jimmy Su, apa keuntungannya bagi Jimmy Su?”

“Karena tidak suka, seperti saat ingin mengusir para lalat keluar.” Jawaban dari Jessi pun membuatku terkejut, tapi perkataannya membuatku semakin tertegun. Dia pun berkata: “ Dan apakah kamu tidak merasa bahwa jika Maria telah dinodai, Jimmy su pun tetap tidak melepaskannya, malah berhutang budi kepadanya, bukankah itu akan membuat boneka ini semakin putus-asa? Dan juga, karena boneka ini merasa dirinya kotor, dia pun tidak akan memiliki niat untuk memanjat lebih tinggi. Dia hanya dapat sepenuhnya menjadi anak buahnya dan juga kapan saja dapat dibuangkan.”

Aku pun tidak dapat berkata terlalu lama, tapi hanya dapat merasa bahwa Jimmy Su sangat buruk dan kejam telah mempermainkan hatinya manusia.

Aku berkata: “Aku ingat bahwa kamu sebelumnya pernah berkata bahwa tunanganmu adalah orang yang hebat.”

Jessi pun berbalik bertanya: “Apakah kamu merasa dia kurang hebat? Percaya atau tidak, walaupun kamu keluar dan mengatakan bahwa kamu telah dijebak, tidak ada seorang pun yang akan mempercayaimu. Pertama, kamu tidak memiliki bukti. Kedua, dia sangat hebat dalam berpura-pura. Semua orang pun telah tertipu oleh tampangnya yang lembut itu. Walaupun orang seperti ini adalah munafik, tapi kamu harus mengakui bahwa dia memiliki kemampuan untul menggunakan hati orang-orang. Kemampuan seperti ini pun tidak semua orang dapat melakukannya.”

Aku bertanya apakah Jessi sedang memujinya. Dia pun menggelengkan kepalanya dan berkata: “Bukan, aku sedang mengejek dirinya.”

Aku tidak dapat menahankan diri untuk ketawa. Luka di tubuhku pun sejenak terasa sangat sakit. Aku pun berhenti ketawa dan dengan sedih berkata: “Kapten dari unit elit pun, tidak kusangka dapat menggunakan cara yang licik seperti ini untuk menghadapi aku, tidak terlalu memalukan kah?”

Jessi pun menaikkan sudut bibirnya, dengan penuh ejekan berkata: “ Kamu mengharapkan orang jahat untuk mempertimbangkan apakah yang dilakukannya itu mulia atau keji saat dia sedamh membunuh para musuhnya?”

Aku pun memegang hidungku dan berkata: “Dapat juga dikatakan demikian.”

Nada Jessi pun berubah dan dia berkata: “Tapi, sungguh mustahil bagi dia untul bertindak dengan cepat dengan kepribadiannya demikian. Kemungkinan ada seseorang yang menyuruhnya untuk bertindak.”

“ Si ‘Bos’ yang adopsi Felicia telah mengangkat sekelompok anak yatim piatu, dan salah satunya adalah Jimmy Su. Namun, berbeda dengan Felicia, dia pada umur sepuluh telah mengenali leluhur-leluhurnya. Tapi aku masih curiga bahwa dia telah membantu si ‘Bos’ selama beberapa tahun ini.”

Jessi pun berkata hingga di sini. Dia menghadap ke arahku, dan dengan raut wajah serius yang jarang dia tunjukan berkata: “ Alwi, Kamu telah membongkarnya. Permainan baru kucing mengejar tikus akan segera dimulai.”

Novel Terkait

Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu