Suami Misterius - Bab 983 Tiba-Tiba Bersikap Baik, Pasti Ada Maunya

Astrid bergetar karena marah, tapi sayangnya dia tidak bisa melakukan apa-apa. Dia sekarang duduk di kursi roda, bahkan kemampuan untuk keluar sendiri saja tidak ada. Dia hanya bisa menatap punggung Rudy yang perlahan menghilang. Punggung Rudy begitu dingin, kuat tapi kesepian.

Nenek Sunarya menghela napas lagi, melambaikan tangan tak berdaya, “Kalian pulang saja. Kedepannya tidak akan ada orang yang akan menyulitkan kalian jika kalian mengurangi hal yang tidak seharunya kalian lakukan. “

“Nenek, apa anda benar-benar tidak mau mengurusi masalah ini?”

Tanya bibi sepupu masih tidak menyerah.

“Apa kamu benar-benar mau aku mengurusinya?”

Alis Nenek Sunarya naik, tampak jelas kerutan di antara alisnya yang sangat tajam.

“Cucumu menggunakan seekor kelinci mati untuk menakuti istri cucuku.

Apalagi, istri cucuku sedang hamil. Bahayanya yang akan dialaminya jika ditakuti adalah keguguran.

Sekarang aku sudah tua, kekuasaan dan caraku bertindak tidak sehebat dulu. Jika dengan temperamenku yang dulu, aku bisa membuat cucumu mendekap di penjara selamanya karena hal buruk dan tidak wajar dilakukan oleh cucumu. “

Bibi sepupu terdiam melihat nenek Sunarya. Air mata di wajahnya juga berhenti, tidak tahu bagaimana harus merespon ini.

Pada akhirnya, tetap saja anaknya yang berjalan menghampiri, lalu menarik bibi sepupu itu keluar.

Drama keributan yang diawali dengan kekonyolan yang tidak jelas, akhirnya berakhir dengan tidak terbaca.

***

Clara sama sekali tidak tahu semua ini. Dia hanya melanjutkan menjalani hidup di keluarga Qin dengan sangat baik. Setelah makan tidur, setelah tidur makan, menjalani hidup seperti seekor babi.

Ezra masih saja tidak mengijinkan dia pulang. Setiap kali dia membahas mengenai keinginan untuk pulang, Ezra pasti akan menunjukkan wajah tidak senangnya.

Clara menggunakan segala cara dan trik yang terpikir olehnya, mulai dari berkata kalau dia merindukan anaknya. Yang ada Ezra malah menyuruh Tamtam untuk menjemput Wilson dari TK-nya untuk menginap disini beberapa hari.

Melihat cara ini juga tidak berguna, Clara pun berkata dengan tidak malunya, “Kalau begitu, aku juga merindukan suamiku, bagaimana dong.”

“Merindukan bagaimana pun juga tidak berguna. Tunggu saja, kapan dia menyelesaikan dengan baik semua masalah tidak karuan dari keluarga Sunarya, maka saat itu juga kamu baru boleh pulang.”

Kata Ezra dengan wajah muramnya. Lalu dia pun kembali naik ke atas.

Clara cemberut, dia pun duduk di sofa ruang tamu sambil mengeluh dengan sedihnya.

Tamtam sedang duduk dengan menyilangkan kakinya dengan santai di hadapannya. Dia berkata dengan begitu santainya, “Apanya yang perlu dirindukan. Sekarang perutmu sudah besar begitu, memang apa yang bisa kalian lakukan kalau bersama....”

Begitu ucapan ini keluar, Clara meremas beberapa koran di atas meja teh, lalu memukulkannya ke kepala Tamtam, “Tamtam, otakmu ini isinya hal-hal mesum dan aneh-aneh deh!”

“Percintaan antara wanita dan pria itu adalah hal aneh-aneh menurutmu?

Ucapanmu ini Seolah-olah kamu dan Rudy tidak penuh kasih sayang.”

Kata Tamtam dengan tidak setujunya.

“Tutup mulutmu, kalau kamu bicara lagi, aku akan mengabaikanmu.”

Kata Clara memelototinya untuk memperingatinya.

Tamtam mengangkat bahunya lalu tidak mengatakan apapun lagi.

Dia mengeluarkan ponselnya, lalu bermain dengan ponselnya.

Clara sekarang sudah tidak begitu sering bermain ponsel karena dia khawatir sinar radiasi dari layar ponselnya akan berdampak buruk pada bayi. Dia mengulurkan tangan dan mengambil sebuah jeruk di atas piring buah di meja teh. Lalu, mengupas kulitnya pelan-pelan.

Setelah dia mengupas kulit jeruk itu, dia tidak memakannya tapi malah memberikan jeruk yang telah dikupas itu kepada Tamtam.

Tamtam mengedipkan mata menatap jeruk itu tanpa berani untuk menerimanya.

“Kamu tidak mau makan ?”

Tanya Clara.

“Tiba-tiba bersiap baik seperti ini pasti ada maunya.”

Kata Tamtam dengan serius.

Clara memutar bola matanya, lalu memasukkan jeruk yang ada di tangannya ke dalam mulut Tamtam.

Tamtam pun memakan jeruknya, yang dimakan kebetulan manis.

Clara menompang pipinya dengan tangannya, bertanya sambil tersenyum, “Tamtam, enakkah?

Maniskah?”

“Lumayan.”

Jawab Tamtam.

“Tamtam, apa kamu pernah mendengar, kalau sudah mengambil barang orang harus bersikap baik dan membantu orang itu.”

Setelah mendengar ini, hampir saja jeruk yang belum selesai dikunyahnya itu membuatnya tersedak.

Dia mengangkat pandangan matanya ke Clara, hanya melihat sepasang mata Clara yang jernih. Tapi juga terlihat kelicikan di matanya itu.

“Clara, apa lagi trik licik yang mau kamu lakukan?”

Clara masih menyeringai, lalu berkata, “Sebenarnya, bukan hal yang besar kok.

Paman bukannya memintamu menyelidiki Keluarga Sunarya. Kamu cukup hanya mengingat untuk mengatakan apa yang boleh dikatakan dan jangan mengatakan apa yang tidak seharusnya dikatakan, sudah begitu saja.”

“Apa yang tidak seharusnya dikatakan?”

Kata Tamtam menekankan ucapan ini

Clara tahu dia tahu apa maksud Clara tapi masih saja bertanya. Clara pun kesal, mengulurkan tangan lalu memukul kepalanya.

“Apa otakmu ini ada leher yang gunanya makan saja hah. Apa yang harus dikatakan dan tidak harus dikatakan, apa kamu tidak bisa membedakannya dengan jelas?

Yaitu semua hal yang setelah kamu katakan ke Paman, malah membuatku tidak bisa dan tidak boleh pulang maka jangan sampai mengatakannya.”

“Oh, iya aku paham.”

Tamtam mengangguk, kemudian membuka telapak tangannya menengadahkan tangannya ke depan Clara.

“Apa maksudnya?”

Tanya Clara tidak mengerti.

“Suapan.

Kamu menyuruhku tutup mulut, masa tidak memberiku uang tutup mulut sih?”

Tamtam melengkungkan tangannya, berniat untuk mengambil uang suap yang cukup besar darinya.

Clara mengulurkan tangan lalu memukul tangan Tamtam. Setelah itu, melihatnya dengan ekspresi yang sangat bodoh, “Bukannya jeruknya sudah masuk ke perutmu ya.

Aku biasanya jarang sekali mengupaskan jeruk untuk orang lain loh, bagaimana apa merasa sangat bahagia?”

Tamtam, “....”

Clara menarik beberapa tisu dari kotak tisu, lalu menyeka air jeruk yang tersisa di jemari tangannya. Lalu, dia mengambil ponselnya menelepon Honey.

Clara benar-benar sangat bosan. Dia berniat mengajak Honey berbelanja dan jalan-jalan. Tapi tidak disangka, Honey sedang tidak ada di kota ini.

***

Pada saat ini, Honey dan Aldio baru saja turun dari pesawat.

Aldio jarang sekali bisa meluangkan waktunya, akhirnya sekarang dia meluangkan waktu dua hari untuk menemani Honey menghabiskan liburannya.

Karena liburan dua hari itu terlalu pendek, jika menghabiskan liburan di eropa hanya akan habis di perjalanan turun dan naik pesawat, kalau di habiskan di negara sendiri yang ada malah menarik perhatian dan pasti akan difoto oleh paparazzi. Jadi Honey lebih memilih untuk pergi ke Hongkong.

Honey mengenakan mantel merah, sepatu bot hitam, tubuhnya tinggi dan kurus dengan kacamata hitam besar di wajahnya, merangkul lengan Aldio dan keduanya berjalan keluar dari bandara bersama-sama.

Mobil sudah menunggu di luar bandara dan Aldio dengan sangat sopan menarik pintu mobil untuknya.

Mereka berdua pun masuk ke mobil. Mobil perlahan melaju pergi dari bandara.

Di mobil, Honey melepas kacamata hitamnya dan bersandar di pundak Aldio, dia tampak lesu.

"Pulang dulu ke hotel saja untuk istirahat semalaman. Besok, baru pergi jalan-jalan dan berbelanja.”

Kata Aldio dengan lembut, sentuhan bibir tipisnya terasa di rambutnya.

"Em."

Honey memejamkan mata dan mengiyakan dengan lembut, bibir merahnya memanyun lalu dia bergumam dengan tidak senangnya, “Semua ini salahmu, kemarin malam tetap saja terus membuatku menderita.”

“Kenapa bisa itu salahku, kamu bukannya juga senang ya, menjerit dengan begitu bersemangatnya.”

Aldio merangkul pinggang Honey, lalu mencubit dengan pelan pinggangnya yang lembut itu.

“Kamu menyebalkan sekali deh.”

Honey mengepalkan telapak tangannya lalu memukulkannya dengan manja di dada Aldio.

Aldio tidak kesal, dia malah meraih tangan Honey yang memukulnya, lalu meletakkan tangan itu di bibirnya dan kemudian mengecupnya.

Dalam perjalanan dari bandara ke hotel, Honey terus tidur. Pada akhirnya, Aldio yang akhirnya menggendongnya sampai ke kamar hotel.

Honey tidak terlalu bisa tidur kemarin malam, ketika dia berniat mau tidur lagi, tidur dengan lelapnya. Aldio malah dengan tidak malunya datang.

“Tidak mau, aku belum mandi...” Honey masih memejamkan matanya lalu mendorong dadanya.

“Kebetulan sekali, aku juga Aku juga belum mandi, ayo mandi bersama-sama.”

Selesai bicara, dia merangkul Honey ke dekapannya, lalu menggendongnya dan masuk bersama ke dalam bak mandi.

Setelah selesai beberapa kali peluapan hasrat, cuaca di luar jendela sudah menunjukkan awan-awan putihnya.

Honey hanya merasakan kaki dan tangannya yang lemas, dia yang saat ini sedang berbaring di ranjang tidak bisa bangun. Begitu tidur dia tidur sampai besok siang harinya.

Setelah makan siang, mereka hanya menyisakan waktu setengah hari untuk shopping.

Namun, Honey membeli sesuatu tidak ribet dan tidak lama. Cukup dia melihat barang itu dan langsung suka, maka dia akan langsung menyuruh pelayan toko membungkus barang itu untuknya.

Wanita dari dulu memang suka sekali dengan barang mewah dan bermerek. Honey juga termasuk di dalamnya.

Ayah Honey adalah budak dari anak perempuannya. Dulu, Honey sama sekali tidak ringan tangan dalam menghabiskan uang ayahnya untuk membeli barang-barang mahal, mewah dan bermerek.

Kemudian, dia pun masuk ke lingkaran dunia entertainment. Pemasukannya cukup besar, dia juga tidak pernah merasa kasihan ketika membeli sesuatu untuk dirinya.

Novel Terkait

Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu