Suami Misterius - Bab 946 Tidak Dapat Dikendalikan

Selama ini, keluarga Sunarya telah membesarkan banyak anak-anak yang bermasalah. Setiap kali membuat kekacauan, maka orang-orang ini akan bergegas mencari Nenek Sunarya dan menangis. Ujung-ujungnya, Bahron juga yang harus membereskan semua kekacauannya.

Bahron selalu menjaga perkataannya. Pada saat ini, tidak ada yang berani membantah.

Paman Kedua Sunarya dan Astrid ingin menghadapinya, tetapi tidak berani memimpin, jika membuat Bahron marah, maka konsenkuensinya akan sangat serius.

"Sudah, jika tidak ada hal yang lain, semuanya kembalilah. Kalian datang terlalu tiba-tiba dan di rumah tidak mempersiapkan jamuan, jadi tidak meminta kalian untuk menetap dan makan di sini." Bahron memberi perintah untuk memulangkan tamu dengan tatapan tajam.

Semua anggota dan saudara dari keluarga Sunarya ini saling memandang, kemudian melihat situasi ini, pada akhirnya mereka pergi.

Setelah mengantar pergi para kerabat ini, Bahron merasa agak lelah, bagaimanapun juga, dirinya tidak muda lagi.

Bahron berencana kembali ke kamar untuk beristirahat sebentar. Baru saja berjalan ke kamar tidur, Bahron melihat sebuah koper terbuka di lantai dan Ardian sedang berkemas.

"Perjalanan bisnis?" Bahron bertanya dengan bingung.

Ardian tidak berbicara, tangannya terus bergerak dan melemparkan beberapa barang berharga ke dalam koper.

Bahron seketika langsung mengerti bahwa Ardian berencana melarikan diri dari rumah.

"Sudah, saling mengerti, kamu jangan menambah kekacauan lagi," Bahron berkata dengan nada yang agak tak berdaya sambil berjalan mendekat dan menggulurkan tangannya, lalu menarik lengan Ardian.

Ardian melepaskan tangan Bahron dengan ekspresi sinis, "Rudy akan segera diusir dari rumah, jika aku masih tidak pergi, maka benar-benar tidak tahu diri."

Melihat Ardian yang seperti ini, Bahron merasa sakit kepala.

Semua yang terjadi di aula tadi, entah bagaimana tampak seperti mengulang beberapa adegan waktu dulu.

Waktu itu, saat ayah mengalami kecelakaan, keluarga Sae mengusulkan pernikahan, para kerabat ini juga berkumpul dan memaksa Bahron untuk memutuskan hubunganya dengan Ardian, lalu menikahi Nona dari keluarga Yang.

Perbedaannya, terakhir kali itu Bahron melakukan kompromi dan kali ini, dia tidak melakukannya.

Bahron mengulurkan tangannya dan memegang bahu Ardian.

Ardian berusaha melepaskan diri beberapa kali, tetapi pada akhirnya kalah dengan kekuatan tangan Bahron, kemudian dibawa olehnya. Keduanya duduk bersama di tepi tempat tidur.

"Tidak peduli seberapa hebat mereka menciptakan kekacauan, mereka juga tidak akan bisa membuat keputusan atas keluarga Sunarya. Aku belum linglung dan aku masih bisa membedakan antara kerabat jauh dan kerabat dekat," Bahron berkata dengan sungguh-sungguh.

Ardian hanya tersenyum dingin setelah mendengarkannya, "Bagaimana mungkin kamu linglung, Bahron, tidak ada yang lebih pintar dari kamu. Kamu selalu tahu apa yang kamu inginkan. Kamu terus mengatakan bahwa kamu mencintaiku, tetapi pada kenyataannya, orang yang paling kamu cintai hanya dirimu sendiri. Terkadang, aku merasa yang kamu butuhkan bukanlah aku dan anak, tetapi seorang pewaris yang cocok. "

"Seorang putra kandung dengan seorang putra angkat mana bisa disamakan? Garis keturunan itu tidak tergantikan," Bahron berkata dengan sungguh-sungguh sambil menatapnya.

Jangankan manusia, bahkan di alam, untuk memperjuangkan hak untuk kawin, hewan jantan mempertaruhkan nyawanya dalam pertarungan untuk menjaga keturunan mereka sendiri.

Waktu dulu, setelah bercerai dengan Veve, Bahron merasa malu untuk kembali mencari Ardian untuk berdamai, tetapi dia juga tidak ingin mencari seorang wanita secara sembarangan, jadi waktunya terbuang sia-sia. Saat masih muda, Bahron hanya fokus pada karirnya dan tidak merasakan apa-apa. Setelah semakin berusia, menyaksikan orang lain menikmati kebahagiaan dalam berkeluarga, tiba-tiba mulai menyadari bahwa dirinya seperti kehilangan sesuatu.

Untungnya, Tuhan baik padanya, wanita dan putranya yang tercinta kembali ke sisinya untuk menebus rasa kehilangan ini.

"Kamu masih belum menyadarinya, orang-orang ini hanya ingin membuat kekacauan. Mereka semua sudah merencanakannya dengan baik, begitu keluarga Sunarya kacau, mereka bisa mendapatkan kesenangan yang mereka inginkan," Bahron berkata dengan dingin.

Masalah penculikan Clara dan juga video yang diunggah di Internet jelas-jelas ada orang yang memanipulasi. Pihak militer sudah mengklarifikasinya, tetapi masalah ini masih menjadi keributan di kalangan kelas atas, sangat jelas bahwa ada provokator di balik semua ini. Dan para kerabat yang datang kemari pasti sudah dihasut oleh seseorang.

Selain itu, Bahron bisa menebak orang-orang yang bekerja di balik semua ini.

Selama ini, Bahron terlalu toleran, sehingga mengakibatkan mereka semakin berani dan semakin besar hati.

Bahron menghela nafas berat, dengan perasaan tidak berdaya yang mendalam, "Waktu dulu, saat ayahku mengalami kecelakaan, keluarga Sunarya saling membantu dan bersama-sama mengatasi masalah, aku selalu merindukan hubungan keluarga seperti itu."

“Saling membantu?" Ardian mengangkat alisnya. "Kedengarannya sangat indah. Faktanya, mereka semua hanyalah orang yang bermarga Sunarya. Mereka terikat di sebuah perahu. Jika perahu itu tenggelam, maka semua orang akan mati. Itulah sebabnya mereka harus tetap bersama. Ketika badai sudah berlalu dan sudah turun dari perahu, masing-masing mereka memiliki kepentingannya sendiri. Jika kamu masih menginginkan semuanya bersatu hati, maka itu hanya menipu diri sendiri dan orang lain. "

Kata-kata Ardian begitu tajam membuat Bahron mengerutkan kening.

"Kamu tidak perlu menatapku, aku mengatakan hal yang sebenarnya dan kebenaran itu tidak enak di dengar" Ardian berkata lagi.

Bahron menggelengkan kepalanya dan tersenyum sedih, "Kamu benar, bagi keluarga Sunarya, orang-orang ini sudah seperti belatung pemakan tulang yang tidak dapat dikendalikan. Rendi memang benar, orang-orang ini harus segera ditangani, kalau tidak, cepat atau lambat, keluarga Sunarya akan hancur ditangan mereka. "

Setelah itu, Bahron memberi perintah kepada sekretaris.

Para kerabat keluarga Sunarya ini bergantung pada keluarga Sunarya untuk bertahan hidup. Kekacauan yang mereka ciptakan semuanya diselesaikan oleh Bahron, hal ini sama seperti memberitahu kelemahan mereka kepada Bahron. Oleh karena itu, bukan hal yang sulit jika Bahron ingin menangani mereka.

...

Pada saat yang sama, keluarga paman kedua Sunarya masih belum menyadari keseriusan masalah ini.

Setelah meninggalkan rumah Sunarya, paman kedua Sunarya masih berkata dengan marah saat mengemudi: "Sekarang begitu banyak orang yang menentang, Bahron masih tetap pada pendiriannya sendiri. Dia benar-benar mengira dirinya bisa menutupi langit dengan satu tangan."

Ahmed sedikit tersenyum, "Sudah diduga. Rendi adalah putra satu-satunya paman pertama. Dia pasti akan melindungi putra kandungnya sendiri."

Bagaimana bisa menyamakan anak kandung dengan anak orang lain. Pada awalnya, mereka jelas-jelas terfokus pada pemikiran untuk mengadopsi, begitu Rendi muncul, bukankah semuanya telah berubah.

"Hanya seorang anak haram, Bahron mengganggapnya seperti harta." Paman kedua Sunarya mendengus dengan tidak senang, "Sekarang, semua orang berdiri di pihak kita. Aku ingin melihat berapa lama Bahron bisa bertahan."

Ahmed tersenyum sedikit, pandangan matanya dingin.

Mobil itu melaju ke depan dan di dalam ruang mobil yang terbatas, tiba-tiba terdengar ponsel berdering.

Ahmed mengerutkan alis dan menjawab telepon, di ujung telepon terdengar suara Talia yang bertanya dengan panik: "Ahmed, apakah kamu meminta seseorang untuk menjemput Yaya?"

"Tidak." Ahmed menjawab, nada suaranya sangat lugas: "Aku tidak punya waktu santai seperti itu, bukankah kamu yang selalu menjaganya?"

Setelah mendengarkannya, hati Talia seketika tenggelam ke dasar. Tangan yang sedang memegang ponsel gemetar dan suaranya juga gemetar tak terkendali, "Ahmed, Yaya hilang."

Anak menghilang jelas bukan masalah sepele. Ahmed segera bergegas pulang dan tidak peduli lagi dengan yang lain.

Setelah membuka pintu rumah, Ahmed melihat Talia duduk sendirian di sofa ruang tamu, kedua tangannya memegang kepala, tampak sangat menderita.

Ahmed melangkah ke sisinya dan bertanya dengan tegas, "Apa yang terjadi? Bagaimana mungkin anak itu tiba-tiba menghilang!"

Talia mendongak dan menatapnya dengan berlinang air mata, tubuhnya bergetar tak terkendali dan giginya juga tidak berhenti bergetar, gemetaran hingga tidak bisa berbicara.

Kerapuhan seperti ini jarang diperlihatkan oleh Talia.

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu