Suami Misterius - Bab 92 Pria Liar

Kopi di hadapan Clara sudah benar-benar dingin, Marco tergesa-gesa memanggil seorang pelayan untuk menggantinya.

“Tidak perlu, minta bill nya.” Clara berkata kepada pelayan dan mengeluarkan dompetnya, lalu mengambil dua lembar uang kertas bewarna merah dan diletakkan di atas meja.

Clara bangkit berdiri, Marco yang melihatnya ingin pergi, buru-buru menarik lengan Clara dan menghentikannya. Seperti teringat sesuatu, lalu ia lepaskan lagi pegangannya.

“Clara, jika kamu tidak percaya padaku, kamu bisa mencari seorang profesional untuk mengevaluasi, ini benar-benar proyek yang menjanjikan. Dalam negosiasi bisnis, aku tidak akan membiarkanmu membantuku tanpa keuntungan, aku bisa menggadaikan perusahaanku sebagai jaminan, kuharap kamu bisa mempertimbangkannya lagi.”

Marco sudah berbicara sampai seperti ini, Clara tidak bisa lagi mengabaikannya. Sekarang hanya Marco yang memohon padanya, ia bisa mengabaikannya. Tapi jika menunggu sampai Yani membuka mulut, ia tidak bisa lagi menolak.

Bagaimanapun juga, Yani adalah sesepuh yang menyaksikannya tumbuh dewasa. Keduanya masih memiliki hubungan, Marco memang pernah mengkhianati dirinya, tapi Yani tidak pernah melakukan kesalahan apapun padanya.

Clara kembali duduk di tempatnya, ia mengambil proposalnya dan membacanya dengan serius.

Namun, ia tidak menyadari bahwa adegannya dengan Marco menarik perhatian banyak orang.

Raymond sedang menemani kekasihnya berbelanja, kebetulan melewati kafe dan melihat adegan tersebut.

Raut mukanya langsung berubah tidak senang, sudah bersama dengan Sutedja, tapi masih berhubungan dengan kekasih lamanya, jangan-jangan Sutedja akan dikhianati oleh wanita ini, tidak bisa begini, ia harus mencegahnya sebelum bertambah parah.

“Aku masih ada urusan, kamu kembali saja duluan.” Katanya kepada kekasihnya.

“Bukannya kamu mengatakan kalau kamu akan menemaniku seharian, masih ada beberapa toko yang belum dikunjungi.” Kekasihnya menarik lengannya dan tampak tidak puas.

Raymond mengeluarkan dompetnya dengan tidak sabar, ia mengambil kartu dan melemparkannya padanya, “Pergilah berbelanja dengan saudarimu, belilah apapun yang kamu suka, jangan beririt-irit.”

Kekasihnya mengambil kartunya, lalu pergi dengan gembira.

Raymond berdiri di sudut jalan seberang kafe, ia mengambil ponselnya dan menelepon.

“Pergi dan periksalah apa yang dilakukan Clara dan Marco, dan juga, cari seorang anonim untuk memberitahukan calon istri Marco, biar dia datang melihatnya berselingkuh.” Raymond menginstruksikan ke bawahannya.

….

Ketika Elaine bergegas ke kafe, Clara sudah pergi.

Marco terkejut melihatnya. “Elaine, kenapa kamu ada di sini?”

“Jika aku tidak datang, apakah kamu berencana untuk memperlakukanku seperti orang bodoh selamanya! Di mana dia?” Elaine bertanya dengan nada tajam.

“Siapa yang kamu bicarakan?” Marco menatapnya sambil mengerutkan kening.

Elaine melirik ke arah meja dan meraih dua cangkir kopi di atasnya. “Dua cangkir, Marco, kamu tidak akan mengatakan bahwa kamu sendirian di sini kan!”

Rasa lelah Marco seperti semakin bertambah, ia menghela nafas dan berkata, “Aku memang membuat janji dengan Clara, tapi tidak seperti yang kamu bayangkan, aku hanya membicarakan bisnis dengannya.”

“Membicarakan bisnis?Marco, kamu benar-benar memperlakukanku sebagai orang bodoh rupanya. Masalah bisnis apa yang bisa kamu bicarakan dengan Clara!” Elaine berteriak.

Suaranya yang tajam dan kasar menarik perhatian orang lain. Pelayan datang dan berkata dengan sopan kepada mereka: “Tuan, Nyonya, harap tenang, jangan sampai mengganggu tamu lain.”

“Maaf.” Marco merasa malu sekali, ia meraih tangan Elaine dan menariknya keluar dari kafe.

Di depan kafe.

Elaine mengibas tangannya dengan marah, dan terus bertanya, “Marco, jelaskan padaku, kalau tidak, aku dan kamu tidak akan selesai sampai di sini.”

Raut wajah Marco sangat tidak bagus, kesabarannya hampir habis oleh Elaine. Ada banyak kekacauan di perusahaannya yang menunggunya untuk diselesaikan, ia benar-benar tidak memiliki waktu dan energi untuk menghadapi Elaine.

“Elaine, Clara adalah adik perempuanmu, dan aku adalah calon suamimu, apa yang bisa terjadi antara aku dengannya. Kita sebentar lagi akan segera menikah, apa tidak ada sedikitpun rasa percaya dalam dirimu padaku?”

“Clara selalu menatapku dengan pandangan tidak enak, dan ingin sekali merebutmu. Aku ingin mempercayaimu, kamu juga harus berhati-hati dalam bertindak. Dulu kamu masih merupakan calon suami Clara, jika bukan karena tidur, denganku!” Elaine berteriak keras.

Ketika dia marah, ia sering berbicara tanpa berpikir, dan masih merasa dirinya sangat masuk akal.

Raut wajah Marco sangat dingin dan tidak bagus. Ia memandangnya dengan tenang, tiba-tiba ia merasa bahwa wanita di depannya begitu asing. Wanita yang histeris dan agresif ini, apakah benar-benar calon istrinya yang lembut dan bijaksana!

Wajah dan mulutnya menjadi semakin jelek di matanya.

“Memang aku brengsek, jadi bisa bersama-sama denganmu mengkhianati Clara.” Marco mencibir pada dirinya sendiri.

“Kamu menyesal bukan?” Elaine memelototinya dengan marah.

“Benar, aku menyesal. Apakah kamu punya obat penyesalan.” Marco memalingkan muka, ia menatap kosong pada lalu lintas di depan.

Dia berbuat seperti ini, apalagi kalau bukan untuknya. Dia selalu mengeluh rumah setelah menikah nanti tidak cukup besar, mobil tidak cukup mewah, pernikahannya tidak cukup mewah dan membuat saudarinya menertawakannya.

Sebagai seorang pria, tentu saja aku ingin memberikan yang terbaik untuk wanita yang kucintai. Dia tidak berpikir jernih, jadi ia menghamburkan banyak uang untuk investasi, akhirnya kehilangan segalanya.

Bukan hanya tidak mendapat pengertian dan dukungan darinya, tetapi malah dicurigai dan disalahkan.

“Kukatakan sekali lagi, aku menemui Clara untuk alasan bisnis, terserah kamu mau percaya atau tidak.” Setelah melemparkan kata-kata itu, Marco langsung pergi.

Elaine yang ditinggalkan di tempat langsung melonjak emosi.

Ketika ia kembali ke rumah, ia langsung menerobos masuk ke dalam kamar Clara.

Clara tidak ada di tempat, Elaine melampiaskan emosinya melalui barang-barang di kamar Clara, ia membuat kamar Clara hancur berantakan.

Elaine melihat kamarnya berantakan, hatinya merasa sangat lega. Boneka kesukaan Clara diinjak-injak oleh Elaine, seolah-olah Elaine sedang menginjak wajah Clara.

Ketika ia bersiap akan pergi, ia berbalik dan menyadari Clara sedang berdiri di pintu sambil menatapnya dengan dingin.

“Makhluk liar yang tak tahu malu, kamu masih berani kembali!” Elaine berjalan ke arahnya dengan marah, tapi sebelum menunggunya bergerak, Clara sudah mengangkat tangannya dan menampar wajah Elaine.

Elaine merasakan sakit yang berapi-api pada wajahnya, ia membuka matanya lebar-lebar dan menatap Clara, lalu berteriak, “Kamu berani memukulku!”

Kekuatan yang dipakai Clara tidak kecil, tangannya sampai mati rasa. Ia mengibas-ngibaskan tangannya dan bersandar dengan bangga, “Kenapa tidak berani. Aku selalu menoleransi dirimu, karena aku malas meladenimu, bukan karena aku takut padamu.”

Kemarahan Elaine semakin menjadi-jadi, ia bersiap akan melawan Clara. Namun, di belakang Clara ada Wulan dan Vivi yang mengikuti, keduanya segera maju dan memegang lengan kiri dan kanan Elaine.

“Nona Elaine, jangan emosi dulu, bicarakan baik-baik.” Vivi berpura-pura membujuknya.

“Kalian lepaskan aku!” Elaine berteriak histeris, “Clara, dasar kamu makhluk liar tidak tahu malu, aku tidak akan melepaskanmu.”

Clara mencibir, melihatnya gila dan tidak tahu malu, “Aku makhluk liar, lalu ayah apa, pria liar?”

Elaine tersedak dan kehilangan kata-kata untuk sejenak. Lalu, terdengar suara amarah dari balik pintu.

Novel Terkait

Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu