Suami Misterius - Bab 876 Sungguh Hebat Dalam Menuduh Orang

Clara tidak pernah menanyakan pekerjaan Rudy, tetapi itu tidak berarti bahwa Rudy juga tidak memedulikan pekerjaan Clara.

Rudy mengetahui semua film, peran, serta kegiatan apa saja yang diambil peran oleh Clara. Dia tahu, tetapi tidak pernah ikut campur. Dia menjaganya, tetapi tidak pernah mengganggunya.

"Apakah kamu benar-benar tidak mau mempertimbangkannya?"

Clara mengedipkan sepasang mata yang indah, tampak berpikir dengan sangat serius untuk sementara waktu.

"Jika tempat syuting tidak jauh dari kota dan waktu syuting tidak lama, aku akan mempertimbangkannya dengan serius. Mengikuti kegiatan di luar agar tidak menjadi wanita tua yang berkeriputan, sekaligus bisa mendapatkan sedikit uang tambahan, tampaknya bukan hal yang buruk.”

Clara berkata dengan santai.

Rudy tersenyum, mengulurkan jari untuk menggosok ujung hidung Clara, pemanjaan memenuhi area di antara alisnya.

"Pergi mandi dan beristirahatlah lebih awal."

“Baiklah.” Clara mengangguk, lalu pun pergi ke atas untuk mandi.

Rudy melihatnya memasuki kamar mandi, kemudian pergi ke ruang kerja untuk mengurus beberapa dokumen.

Ketika dia kembali dari ruang kerja, dia melihat Clara sudah selesai mandi dan sedang berjongkok di depan meja rias untuk mencari sesuatu dengan rambut panjang yang basah dan bertebaran tak terurus.

“Apa yang kamu cari?” Tanya Rudy.

“Kotak perhiasan.” Clara menjawab, “Kalung turmalin yang diberi ibuku mau kukenakan untuk menghadiri kegiatan akhir pekan ini.”

Clara berdiri setelah selesai berbicara, kepalan tinju menumbuk dahi dengan ringan sambil menghela nafas, "Sepertinya aku meletakkan kalung itu di Rumah Sunarya. Aku akan mengambilnya besok."

Ketika mereka pindah kemari dari apartemen, beberapa pakaian dan perhiasan ditinggal di Rumah Sunarya dan tidak dibawa kemari karena ada terlalu banyak barang. Barang-barang yang ditinggal itu merupakan barang yang tidak sering digunakan, jadi Clara hanya mengingatnya ketika dia membutuhkannya.

"Aku akan menemanimu besok. Kamu selalu ceroboh, selalu tidak ingat di mana kamu menyimpan barang-barangmu.” Ujar Rudy.

Clara mengangkat alis, menjawab dengan lugas, "Aku amnesia!"

“Amnesia.” Rudy memperpanjang nadanya, wajah memasang senyuman ringan, nada penuh pemanjaan. Dia kemudian mengambil handuk di sampingnya dan menyeka rambut Clara yang masih meneteskan air.

Dia jelas membantu Clara untuk menyeka rambut, tapi beberapa saat kemudian bibir mereka berdua malah saling menempel.

Rudy memeluk Clara dan jatuh bersamanya ke ranjang yang lembut dan empuk, menciumnya dengan penuh kasih sayang.

Mata Clara terpejam, bulu matanya yang tebal dan panjang agak bergetar. Pada awalnya Clara masih menuruti setiap gerakan Rudy, tidak lama kemudian, Rudy mendengar napas Clara menjadi stabil dan mata tertutup rapat, nyatanya ... Clara bahkan bisa tertidur saat berciuman.

Rudy merasa frutrasi dan lucu, dia lalu mengulurkan tangan untuk menarik selimut dan menyelimuti Clara, telapak tangan menyentuh pipinya dengan lembut.

Wajah putih Clara terlihat lelah. Menghadapi Keluarga Sunarya membuarnya merasa sangat kelelahan.

“Selamat malam, mimpi yang indah, Clara.” Rudy menundukkan kepala, lalu mengecup sudut bibir Clara dengan lembut, kemudian berbaring miring di sampingnya.

Mereka tidur nyenyak semalaman. Clara bersandar di dada Rudy yang hangat sampai sinar matahari berpancaran pada keesokan harinya.

Dia membuka matanya, apa yang tertangkap retinanya adalah wajah Rudy yang berjarak dekat.

Bulu mata Clara yang panjang dan tebal berkedip lembut, sinar halus mengitari matanya yang mengandung senyuman lembut.

“Suamiku, selamat pagi.” Mungkin karena baru saja bangun sehingga suara Clara terdengar lembut, begitu lembut seakan bisa melumaskan tulang-tulang orang yang mendengarnya.

Dia mengulurkan tangan, merangkul leher Rudy dengan manja, menggosokkan kepala kecilnya di dalam pelukan Rudy.

Pada malam hari, Rudy mengucapkan selamat malam pada Clara. Pada pagi hari, Clara tersenyum dan mengucapkan selamat pagi pada Rudy. Perasaan ini sangat menyenangkan.

Rudy tidak bisa menahan diri untuk memeluk pinggang Clara, berguling dan menindihnya di bawah, bibir langsung menciumnya.

Keduanya berciuman di tempat tidur untuk beberapa saat. Alih-alih membiarkan api hasrat menjalar ke mana-mana menyebar, mereka mengontol diri, bangun, mandi, dan berganti pakaian, kemudian pergi ke bawah untuk makan sarapan bersama.

Wilson juga sudah bangun, jadwal si kecil ini selalu sangat teratur.

Karena hari ini ada kelas kebugaran fisik, Sus Rani mengenakan Wilson pakaian olahraga putih. Si kecil tampak segar, riang, dan ceria.

“Aduh, siapa orang tua dari bocah cilik yang tampan ini?” Clara berjongkok di depan Wilson dan bertanya sambil tersenyum.

"Kamu." Jawab Wilson dengan serius, kemudian mencondongkan tubuh dan mencium pipi Clara, "Ibu, kamu juga sangat cantik."

Clara dan Sus Rani dibuat tertawa.

Pandangan Rudy fokus pada pasangan ibu dan anak itu, sudut bibir perlahan terangkat.

Mereka sekeluarga duduk bersama untuk sarapan. Kemudian, Rudy mengemudi, mengantar Clara dan Wilson.

Mereka mengantar Wilson ke sekolah. Wilson sepertinya sangat populer di sekolah, dua anak berinisiatif untuk menarik tangannya dan berjalan berdampingan ke sekolah dengan gembira.

Setelah mengantarkan anak, Rudy dan Clara pergi ke Rumah Sunarya.

Pagi di Keluarga Sunarya sangat sunyi.

Bahron dan Ardian tidak ada di rumah, mereka berdua memiliki karier masing-masing. Nenek Sunarya sering mengeluh bahwa mereka menganggap rumah sebagai hotel.

Sinar matahari pagi hari sangat bagus, Nenek Sunarya sedang berjemur di halaman, mobil Rudy perlahan-lahan melaju masuk.

"Tuan muda dan Nyonya muda datang." Ucap Bibi Liu sambil tersenyum.

Nenek Sunarya malah sedikit mengernyit, lalu berkata dengan tak berdaya, "Kenapa datang pada jam segini, jangan sampai terjadi masalah lagi."

Nada suara Nenek Sunarya mengandung ketidakberdayaan dan kelelahan.

Dia berpikir bahwa dia mungkin sudah tua dan tidak punya energi untuk mengelola keluarga ini lagi.

Range Rover hitam berhenti di depan vila.

Rudy dan Clara turun dari mobil, bersama-sama berjalan ke villa.

“Aku naik ke atas untuk mengambil barang, kamu tunggu sebentar.” Tutur Clara.

Keduanya tidak berencana untuk tinggal lama di Rumah Sunarya. Rudy jarang mempunyai waktu luang, mereka ingin menghabiskan hari berduaan.

Rudy mengangguk, tersenyum sambil memandanginya menaiki tangga.

Clara berjalan ke depan kamar tidur di lantai tiga, lalu mengulurkan tangan untuk mendorong pintu. Pada saat dia berjalan masuk, sesosok tubuh keluar dari kamar mandi.

Clara langsung mengenalinya dalam pandangan sekilas, dia adalah Petty yang baru saja pulang ke rumah kemarin. Tubuh Petty hanya dibungkus handuk mandi besar, satu handuk lain membungkus rambutnya yang basah. Ketika dia melihat Clara yang tiba-tiba masuk, dia secara naluriah berteriak kaget.

“Ahh!”

Begitu dia teriak, Conan langsung datang. Conan segera mengambil mantel dan membungkuskannya pada tubuh Petty.

Clara merasa mantel itu terlihat familiar, dia lalu tiba-tiba teringat bahwa mantel ini adalah mantel yang dibawa kemari oleh toko atas perintah Rudy pada saat pergantian musim.

Dia lumayan menyukai mantel ini, tetapi mantel ini sedikit lebih longgar dan kebesaran untuknya, jadi dia hanya menyimpannya di lemari, bahkan label pun belum dilepaskannya.

Sekarang mantel ini malah terlihat pas di tubuh Petty, Clara berpikir dengan sinis.

“Hei, kamu sangat tidak sopan, apakah kamu tidak tahu kamu harus mengetuk pintu sebelum memasuki kamar orang!” Petty berteriak dengan marah sambil mengenakan mantel.

Clara mengerutkan kening padanya, lalu menyeringai. Sepupu ras campuran ini sungguh hebat dalam menuduh orang.

Terjadi perselisihan di lantai tiga, teriakan Petty dengan cepat membawa kemari semua orang.

Nenek Sunarya dan Astrid bergegas kemari. Astrid segera mendekati putrinya dan bertanya dengan gelisah, "Ada apa? Apakah kamu terluka?"

“Ibu, dia tiba-tiba masuk, aku terkejut!” Kata Petty sambil menunjuk Clara.

Rudy adalah orang yang terakhir datang. Saat melihat situasi di depannya, tatapannya agak dingin, mengerutkan kening dan bertanya, "Apa yang terjadi?"

Novel Terkait

You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu