Suami Misterius - Bab 85 Hanya Bisa Sok Pintar

“Apa hubungannya dengan Marco.” Yanto tiba-tiba jadi kesal.

“Marco awalnya kan pacar Clara, lalu dia sekarang pacaran dan bersama dengan Elaine. Meskipun dalam percintaan tidak ada yang namanya benar atau salah. Tapi Clara mungkin tidak berpikir seperti ini, dia pasti sangat membenci Elaine. Kamu coba pikir ya, sejak Clara kembali, di antara dia dan Elaine sudah banyak sekali masalah terjadi dan sudah berapa banyak air mata yang ditumpahkan oleh Elaine.

Yanto, Meskipun aku juga tidak ingin berpikiran buruk terhadap Clara tapi perhal wawancara itu. Jika memang Clara yang sengaja melakukannya, apa kamu akan membiarkannya begitu saja.”

Semua ucapan Rina ini didasari demi kebaikan Yanto.

Ekspesi wajah Yanto berubah jadi buruk, ada kecurigaan yang sulit tidak muncul dalam benaknya. Tapi tetap saja dia tidak mengakuinya di bibir.

“Kamu terlalu mengkhawatirkan masalah lain. Baik-baiklah urusi anakmu. Orang lain melakukan hal buruk kamu malah mengikutinya, pikiranmu sudah terlalu penuh trik buruk untuk orang lain. Memalukan saja.”

Yanto berbaring dan membalikkan tubuhnya, memunggungi Rina.

Rina memandangi punggung Yanto yang dingin, matanya pun memerah.

Tapi dia tidak berani menangis karena takut nanti malah membuat Yanto semakin tidak suka. Terpaksa dia menyerah dengan gerakannya lalu berbalik di sisi lainnya. Setelah menunggu Yanto yang ada di sampingnya tidur terlelap, barulah dia memelankan gerakannya untuk turun dari ranjang lalu keluar berjalan dari kamar utama.

Tengah malam, seluruh bangunan vila dalam kondisi hening. Hanya kamar Yunita yang lampunya masih terang.

Rina mendorong pintunya kemudian masuk lalu melihat Yunita yang mengenakan piyama duduk di depan jendela memandangi kegelapan di luar jendela.

Yunita terlihat sangat lesu dan lemas beberapa hari ini, dia judah semakin kurus dan pipinya sekarang juga tampak cekung.

Rina tidak bisa menahan diri untuk menghela nafas lalu berjalan menghampiri Yunita dengan rasa sedih lalu memberi Yunita sebuah mantel dan meletakkannya di pundak Yunita. “Malam begitu dingin, kamu duduk di depan jendela menikmati angin berhembus, hati-hati nanti masuk angin.”

Yunita mengulurkan tangan ke mantel yang ada di pundaknya lalu menatap Rina, “Kamu kenapa masih belum tidur?”

Rina duduk di sofa samping Yunita, tatapan matanya tajam, “Ya biasa kalau bukan karena wanita murahan si Clara itu yang membuatku marah sehingga tidak bisa tidur. Benar-benar aku telah meremehkannya. Dia bisa-bisanya mengungkapkan identitas pewarisnya di depan orang banyak. Jika kita mencoba merebut perusahaan lagi maka kita pasti akan kena kritikan publik. Sekarang pamanmu saja juga ikut tertarik dalam masalah ini, siapapun tahu kalau dia adalah kerabat keluargaku. Sekarang dia menjabat sebagai CEO Tianxing media, itu akan mudah dikritik orang.”

Yunita mendengarkan keluhan marah Rina, dia malah tersenyum dingin dan berkata dengan sedikit sarkasme, “Aku dari awal sudah pernah bilang, Clara adalah singa yang sedang tertidur lelap. Awalnya tidak mengancam untuk kita, tapi kamu dan Elaine yang dengan bodohnya malah membangunkan singa itu. Clara sekarang tanpa bersuara dan mengatakan apapun langsung menggigit daging ayah. Selanjutnya, tinggal tunggu siapa yang akan digigitnya sampai mati.”

“Di saat seperti ini kamu tidak usah mengucapkan kata-kata yang tidak bertanggung jawab. Kamu sekarang lebih baik carilah cara untuk menghentikannya.” Ketika Rina sudah tidak punya rencana lagi, dia selalu bergantung dengan Yunita, wanita yang sangat pandai ini.

Tapi sikap Yunita malah tampak tidak terlalu mempedulikan. Bahkan meskipun kematian Evi telah terjadi, ada Elaine yang di depan. Api sementara ini belum sampai membakar dirinya jadi Yunita malas sekali untuk memadamkan api itu.

“Aku sekarang juga sulit melindungi diriku sendiri. Mana bisa memedulikan bagaimana menghentikannya.” Jawab Yunita santai.

Rina saat ini baru ingat kalau Yunita juga sedang mengalami beberapa kekacauan. Rina tidak bisa menahan diri menghela nafas dingin lagi.

“Masalahmu juga benar-benar membuatku khawatir saja. Waktu bersamamu dengan tuan muda Nalan juga tidak pendek, Apa sebenarnya rencana selanjutnya keluarga Nalan Qi? Yang pasti tidak mungkin tidak ada keinginan untuk menikahimu kan.

Yunita, ibu tahu kalau kamu punya pemikiran sendiri. Tapi seorang wanita juga jangan sampai terbutakan oleh cinta. Jangan sampai kamu sepertiku, yang mengira kalau sudah mengalahkan yang resmi si Evi itu maka akan jadi pemenangnya. Ayahmu sampai sekarang dalam lubuk hatinya tidak menganggapku sama sekali.”

Begitu Rina teringat dengan ucapan Yanto, mata Rina memerah dan meneteslah air mata dari matanya, “Yunita, sekarang opini publik sangat tidak baik untukmu. Jika kamu terus saja menerima makian dan disebut-sebut 'orang ketiga', karirmu sudah pasti akan hancur seluruhnya.”

Yunita mengerutkan keningnya, lalu mengambil beberapa tisu dari meja riasnya dan memberikannya ke Rina, “Masalahku, aku sudah memikirkannya baik-baik. Kamu tidak perlu terlalu khawatir.”

Masalah kali ini karena Lauren. Yunita cukup dengan menyingkirkan Lauren maka dengan begitu tidak akan ada yang berani mengatainya sebagai orang ketiga lagi.

Yunita dari awal sudah punya rencana di benaknya.

*

Malam yang sama heningnya, lampu-lampu di lantai teratas gedung perkantoran Sutedja Group masih terang, cahayanya bagaikan siang hari.

Di kantor presdir, Rudy bersandar di bangku presdirnya yang nyaman, punggungnya begitu tegap tapi posenya terlihat sangat tidak teratur.

Raymond duduk sambil menyilangkan kakinya di sofa kulit hitam di samping.

Sebuah TV proyeksi belakang yang tergantung di satu sisi dinding sedang menyiarkan kembali berita entertainment untuk hari itu, persis kebetulan adegan dimana reporter sedang mewawancarai Clara dan Handy.

Satu tangan Raymond menyanggang dagunya, satu tangannya lagi bermain dengan ** lalu tertawa sambil berkata, “Wanitamu ini cukup pintar ya, sepertinya semua orang sudah tahu sekarang kalau Yanto mengincar bisnis keluarga Sutedja, hanya tidak mengatakannya dengan jelas saja di depan. Wanitamu itu termasuk sabar dan hebat juga bisa langsung mengatakan hal yang mendekati kebenaran lalu mengumumkan begitu saja ke semua kalau bisnis keluarga Sutedja adalah miliknya. Jika Yanto sekali lagi ingin merebutnya maka dia sudah pasti akan ditenggelamkan sampai mati dalam cibiran dan ludahan masyarakat.”

Tangan kiri Rudy memegang rokok, asap rokok menyebul di sekitarnya menyamarkan senyum di sudut bibirnya, “Hanya bisa sok pintar saja.”

“Clara sejak masuk ke dunia entertainment sudah mulai menyiapkan cerita ini, dari dulu dia sudah menahan diri sampai saat ini dan barulah dia mengeluarkan jaringnya. Punya rencana di balik semua dan juga punya kesabaran ini, itu sudah sangat langka dimiliki oleh wanita muda berumur dua puluh tahunan. Jika Mirah punya setengah dari otak Clara itu, maka tidak mungkin dia sampai masuk ke dalam jebakan Revaldo. Nama baik Mirah jadi buruk, dan yang ada malah mempermalukan dirimu saja.”

Raymond teringat dengan semua masalah kacau dulu sehingga tidak bisa menahan diri untuk bergumam.

Jari panjang Rudy disandarkan di samping asbak kristal lalu dia menjentikkan puntung rokoknya. Mengenai masalah Mirah, dia tidak membahasnya sama sekali.

Di kantor presdir yang besar dan luas, dia memasuki keheningan sesaat.

Kemudian, Rudy mengangkat pandangan matanya melihat ke arah Raymond lalu berkata, “Perihal yang aku perintahkan kepadamu, apa sudah ada kabar?”

Raymond mengangguk, “Tepat aku juga mau membahas hal ini denganmu. Para bajingan mesum itu diperintah dan dibayar oleh seseorang. Orang yang membayar mereka bernama Pengki. Bos kecil dari perusahaan game digital. Aku menyuruh orang menyelidiki dengan seksama, dan menemukan kalau Pengki ini berkerabat dengan keluarga Nalan.”

“Keluarga Nalan yang melakukan ini?” Alis Rudy terangkat. Kerutan yang dalam tampak jadi sangat dingin, memberikan perasaan yang tidak bisa ditebak oleh orang lain.

Rudy pergi ke biro untuk menyelamatkan Clara, lalu ketika melihat para pria bajingan mesum itu, muncul kecurigaan dalam benaknya. Orang-rang itu tidak ada keuntungan dan jarang ada konflik besar terhadap seseorang. Hanya Clara saja wanita yang tidak mengenal baik dunia yang mengira kalau masalah kali itu hanya sebuah kecelakaan biasa.

“Miko adalah putra pengasuh Clara. Nalan jika bisa menangkap Miko maka akan dengan mudah menyelidiki dan terpikirkan ke diri Clara. Apa perlu aku memerintahkan orang untuk melindunginya?” Tanya Raymond lagi.

“Carilah beberapa yang bela dirinya bagus dan perintahkan untuk melindunginya diam-diam. Jangan sampai mempengaruhi aktifitas sehari-hari Clara.” Perintah Rudy.

Raymond mengangguk mengisyaratkan kalau dia mengerti. Lalu dia tidak bisa menahan diri untuk berkata, “Setiap kali dia ada masalah. Kamu yang membereskan masalah itu, lelah tidak sih kamu begini!”

Rudy seolah tidak mendengar ucapan Raymond barusan. Tubuh tinggi besar Rudy perlahan condong ke depan lalu jemarinya menekan puntung rokok ke asbak untuk mematikan rokoknya. Kemudian, pandangan matanya tertuju ke kegelapan malam yang hening di luar jendela, seolah sedang tenggalam dalam pikirannya.

Diam cukup lama, barulah dia melontarkan satu kalimat, “Sudah malam, ayo pulang.”

Novel Terkait

My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu