Suami Misterius - Bab 829 Sejenis Pisah Rumah

Rudy menatap Clara dengan tatapan lembut, lalu menunjuk ke arah lantai atas dan berkata, “Tidak mau lihat ke atas ya ?”

Clara mengangguk dan berdiri, lalu menginjak tangga kayu untuk naik ke lantai atas.

Meskipun Rudy telah berusaha untuk memulihkan semua keadaannya agar sama persis dengan apartemen di jalan Gatot Subroto, namun bagaimanapun unit bangunan ini tidak mungkin sama persis, di lantai dua masih ada kelebihan sebuah ruangan seluas lima meter persegi, kebetulan berdempetan dengan ruangan kamar Wilson, sehingga arsitek langsung merancang tempat tersebut menjadi area bermain untuk anak kecil.

Dalam waktu dekat ini, Wilson ketagihan dengan bermain lego, sehingga Rudy juga membelikan lego yang memenuhi satu ruangannya, kesannya memang sayang sekali dengan anaknya.

Wilson duduk di samping meja kecil dan sedang asyik bermain, setelah melihat kedatangan Rudy dan Clara, dia langsung melambaikan tangan dan mengajak mereka berdua untuk main bersamanya.

Sekeluarga duduk bertiga untuk menyusun lego, suasananya sangat harmonis.

Mungkin saja dikarenakan lelah bermain, Wilson terus mengelus matanya dengan tangan kecilnya, setelah itu kepalanya menyandar pada pundak Clara.

“Aku bawa dia tidur siang dulu.”

Rudy memeluk Wilson ke dalam kamarnya.

Perlengkapan di dalam kamarnya sudah lengkap sekali, seluruh perlengkapan kasur juga baru dibeli, selimutnya masih ada wangi harum dari sinar matahari.

Setelah kepala kecil Wilson melekat di atas bantal dan membalik badannya, ternyata dia telah tertidur dengan manis.

Rudy melepaskan sendal di kakinya dengan perhatian, setelah itu juga merapikan selimutnya dan menjaga di sisi kasur, akhirnya dia duduk termenung sambil menatap wajah manis anaknya yang sedang tidur nyenyak.

Clara berdiri dan menyandar di ambang pintu, diam-diam menatap ayah dan anak di hadapannya, tidak tahu apa yang sedang dipikirkan.

Rudy menoleh dengan tanpa sadar, kedua tatapan tersebut bertemu seketika.

“Malam ini tidur di sini saja, sebentar lagi aku ke rumah paman untuk mengemas barang kalian.”

Rudy berkata dengan nada lembut, mungkin saja merasa khawatir apabila Clara tidak menyetujuinya, sehingga lanjut berkata, “Kamu bawa anak ini tinggal terus di rumah paman, cepat atau lambat paman pasti akan merasa curiga.

Kondisi kesehatan paman baru saja membaik, seandainya mengetahui bahwa kita sedang bertengkar, takutnya akan mempengaruhi kesehatannya.”

Clara terus mengerut bibir, setelah keheningan sejenak, dia baru berkata lagi :”Nenek mereka tidak akan setuju kalau kita pindah dari rumah itu.”

“Aku yang mengurus mereka, dua hari lagi, barang di rumah Sunarya akan dipindahkan ke sini, kamu tinggal saja dengan tenang hati.

Terus mengenai Wilson, dia tidak boleh tinggal terus di dalam rumah, tetap harus ke TK juga.

Aku sudah memilih beberapa TK di dekat ini, kalau ada waktu, kamu sama Sus Rani coba perhatikan sendiri, kalau sudah ada pilihan, baru memasukkan Wilson ke sana saja.”

Clara mengangguk setelah mendengarnya, reaksinya mengisyaratkan setuju.

Namun dia juga mengeluarkan sebuah syarat permintaannya.

“Aku sama Wilson saja yang tinggal di sini, kamu boleh datang menjenguk, tetapi tidak boleh menginap di sini.”

Rudy terdiam sejenak setelah mendengarnya, wajahnya tidak bereaksi apapun.

“Mau pisah rumah ya ?”

Dalam nada bicara Rudy yang serak dan rendah, membawa sedikit jejak senyuman pahit.

“Iya, begitulah.”

Clara menjawab dengan jujur.

Rudy menatapnya dengan tatapan dalam, wajah kecil Clara sedikit pucat, dan sepertinya menjadi semakin kurus.

Rudy mengeluh nafas, akhirnya hanya menjawab satu kata, “Baik.”

Sepertinya Wilson telah lelah bermain, sehingga dia tertidur dari siang hingga sore hari.

Rudy masak sendirian di dalam dapur, dia memasak beberapa makanan kesukaan Wilson, lalu meninggalkan rumahnya setelah makan malam bersama istri dan anaknya.

Bagaimanapun Wilson masih kecil, sehingga dia tidak menyadari permasalahan antara kedua orang tuanya, ketika melihat Rudy yang akan keluar rumah, dia buru-buru memeluk pahanya dan tidak mau membiarkan ayahnya pergi dari rumah ini.

Rudy mengelus kepala anaknya dan terus menghibur, akhirnya berhasil mengelabui Wilson dengan alasan menangkap penjahat.

Mobil Rudy berkendara meninggalkan area tersebut, dia menatap gedung apartemen yang menjadi kecil dari kaca spion, dalam hatinya sedikit tidak tenang.

Pada malam kesunyian ini, hanya ada sinar lampu jalan yang menembus jendela mobil, wajah tampan Rudy menjadi sedikit kabur di bawah lampu cahaya tersebut.

Akhirnya mobil Rudy berhenti di depan villa keluarga Sunarya, waktunya tepat jam tujuh lewat tiga puluh, masih belum terlalu malam.

Orang keluarga Sunarya masih belum tidur, suami istri Bahron sedang menemani nyonya tua Sunarya untuk nonton televisi di ruang tamu.

Pada umur nyonya tua Sunarya di saat ini, dia cenderung suka dengan keramaian, sehingga lebih suka menonton veriety show.

Di dalam televisi, penyanyi pria sedang membawakan lagu Matahariku,langkah kaki Rudy menginjak ke dalam rumah mengiringi suara nyanyian tersebut.

“Rudy sudah pulang.”

Nyonya tua Sunarya mengecilkan suara televisi, lalu tersenyum dan menatap cucunya.

“Nenek, ayah, ibu.”

Rudy menyapa dengan nada ringan.

Dia melepaskan jaketnya dan menyerahkan kepada pembantu, namun tubuhnya masih membawa udara kesejukan yang berasal dari luar, seluruh auranya terkesan dingin.

Nyonya tua Sunarya menyuruh pembantu di rumah menuangkan teh hangat untuk cucunya.

Rudy duduk di hadapan mereka dan meneguk teh hangat, lalu menoleh ke arah pembantu di sampingnya dan bertanya :”Di mana Sus Rani ?”’

“Sus Rani di lantai atas, aku langsung panggil dia.”

Pembantu ini sangat lincah dalam bekerja, sehingga tidak lama kemudian, Sus Rani langsung muncul di hadapan Rudy.

“Dua hari ini kalau tidak ada urusan, tolong mengemas semua baju Clara dan Wilson, setelah selesai mengemas, suruh Simang yang datang memindahkan barang.”

Rudy memerintahnya.

Simang adalah salah satu pengawal Rudy, orangnya sangat cerdik.

Sus Rani jelasnya juga terbengong sejenak, namun dia tidak banyak bertanya dan hanya mengangguk.

Setelah Sus Rani pergi dari ruang tamu, reaksi wajah nyonya tua Sunarya jelasnya langsung berubah, cucunya memerintah pembantu untuk mengemas barang, jelasnya akan pindah dari rumah ini.

“Istrimu sengaja membawa anaknya tinggal di rumah keluarganya, ternyata sedang meributkan untuk tinggal di luar ya ?

Apa salahnya keluarga Sunarya terhadap dia ?

Malahan kita sudah hampir memuja dirinya lagi.”

Sebenarnya nyonya tua Sunarya bukan orang yang ganas, namun cucu kesayangannya malah ingin pindah keluar hanya karena seorang wanita, tindakan ini bagaikan pisau yang sedang mengiris hatinya.

Sebenarnya cucunya sudah sangat sibuk, apabila pindah keluar dari rumah ini, dirinya akan menjadi semakin jarang untuk bertemu dengan cucunya, saat ini nyonya tua Sunarya merasa sangat sakit hati, sehingga dia tidak akan setuju dengan tindakan Rudy pada hari ini.

“Wilson terjadi kecelakaan di TK, jadi tidak mungkin sekolah lagi di TK itu lagi.

TK yang baru agak jauh dari sini, sehingga aku membeli satu unit rumah di dekat TK sana.”

Rudy menjelaskannya dengan nada datar.

“Di sini juga bukan hanya sekedar satu TK, bahkan ada belasan TK lagi, apanya yang tidak bisa menampung anakmu ! Meskipun tidak suka dengan TK di dekat sini, juga boleh antar jemput dengan mobil, tidak mesti pindah keluar.”

Nyonya tua merasa sangat emosi dan langsung membentaknya.

Reaksi wajah Bahron juga tidak senang, dia berkata dengan sedikit emosi, “Ibu masih belum mengerti juga ya, dia hari ini bukan pulang untuk diskusi, malahan untuk memberitahukan keputusannya kepada kita bahwa dia akan pindah bersama istri dan anaknya.”

Nyonya tua Sunarya terdiam sejenak setelah mendengarnya, namun tubuhnya tetap saja gemetaran karena emosi, tekanan darahnya juga melonjak tinggi.

Punggung Rudy yang tegap sedang menyandar pada sofa, sepasang kaki panjangnya sedang duduk berlipat, namun wajah tampannya tidak ada reaksi apapun, nada bicaranya juga sangat datar, “Hanya Clara dan Wilson saja yang pindah, seandainya tidak ada tugas di pasukan, aku tetap akan menginap di sini.”

“Hanya Clara dan Wilson yang pindah ?

Apa yang terjadi pula ?”

Nyonya tua Sunarya sangat bingung.

Dia beranggapan kalau Clara yang sedang ribut untuk pindah keluar, jelasnya tidak ingin tinggal dengan mereka lagi.

Namun pada saat ini, Rudy masih tinggal di dalam rumah, malahan Clara dan Wilson yang akan pindah keluar, kenapa suami istri ini malahan pisah rumah pula ! “Rudy, kamu sama Clara pisah rumah ya ?”

Ardian Sutedja yang tidak berbicara sejak tadi tiba-tiba membuka mulut.

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu