Suami Misterius - Bab 82 Aku Tidak Suka Berkelahi

Miko dulunya pernah di kemiliteran, Dia fasih dalam seni bela diri, tetapi harimau ganas tidak mampu hadapi segerombolan serigala. Tubuhnya sudah terluka, Terlebih lagi, dia tidak hanya harus memikirkan dirinya sendiri, tetapi juga Melanie, Dalam hal ini, Melanie tidak hanya tidak berguna, tetapi juga hambatan.

Ketika Clara tiba, beberapa pria dari berbagai ukuran menekan Melanie di lantai, merobek pakaiannya, Melanie berjuang keras, dan suara teriakan dan tangisan terdengar melengking.

Dan Miko ditekan di dinding oleh seorang pria botak, berjuang mati-matian. Tapi lehernya tercekik, hampir kehabisan nafas dan wajahnya sudah berubah warna.

Clara melihat pemandangan ini, matanya langsung merah, baginya, Miko dan Melanie sudah dianggap seperti saudaranya.

Clara tanpa pikir panjang langsung menerjang, dengan tangan meraih sebuah botol bir dari bar.

Dia menendang pergi orang-orang yang menekan Melanie terlebih dahulu, lalu bergegas ke sisi Miko, mengangkat botol di tangannya, dan memukul bagian belakang kepala botak pria tersebut dengan keras dan terarah.

Sesudah itu, darah merah mengalir keluar setelah terdengar suara pecahan botol bir.

Ada kesunyian singkat di bar yang bising tadi, Kemudian, suara sirene melengking datang dari luar, dan beberapa polisi berseragam menyerbu masuk.

Mungkin karena terjadi keributan di bar, ada yang menelepon polisi.

Miko dan Melanie terluka dan kemudian dibawa ke rumah sakit, Clara digiring ke kantor polisi bersama dengan para bajingan dan preman itu.

Clara untuk pertama kalinya digelandang masuk ke kantor polisi, Dia ditahan di ruang terpisah, Gelap, tidak punya jendela, hanya ada satu lampu hemat energi di atas kepalanya. Udara di sekitarnya sangat pengap sehingga membuatnya sangat susah bernapas.

Clara sudah tidak begitu emosi lagi, Dia duduk di kursi dan menunggu untuk dipanggil.

Dia juga tidak buta hukum, Berkelahi bisa saja menjadi hal besar atau kecil. Selama tidak ada yang cedera serius atau mati, polisi juga tidak mau memperpanjang masalah, Umumnya, mereka menyarankan kedua belah pihak untuk berdamai.

Tidak disangka, dia dipanggil keluar untuk interogasi dan pemeriksaan setelah ditahan hampir sepanjang hari.

Bajingan dan preman yang ikut ditahan ternyata mempunyai pemikiran yang sama dengannya. Mereka semua juga mengatakan itu adalah konflik dan gesekan kecil saja, dan mereka tidak ingin membuat masalah menjadi besar.

Clara juga tidak mau ditahan lebih lama. Meskipun Miko dan Melanie terluka, dia juga melukai para preman itu, jadi dia juga tidak merasa rugi.

Jadi Clara menyetujui penyelesaian secara damai.

Polisi memintanya untuk menandatangani surat pernyataan. "Aku akan menandatanganinya sesudah aku membacanya."

Clara mengambil pena, melihat isi surat pernyataan, dan menandatangani nama dan menulis tanggal di bawahnya. Ketika dia menundukkan kepalanya dan menandatangani, dia juga mendengar polisi itu bergumam, "Seorang gadis muda yang baik bukannya belajar dengan baik, malah berkelahi dengan sekelompok preman."

Clara bisa mendengarnya, tidak berdaya. Clara hanya bisa berpura-pura tidak mendengar itu. Sesudah menyerahkan surat pernyataan yang ditandatangani, Clara dengan senyum di wajah dan bertanya dengan ramah, "Pak polisi, bisakah aku pergi sekarang?"

"Telpon keluargamu dan minta mereka membawamu pulang." Polisi sambil menerima dan memeriksa surat pernyataan yang sudah ditandatangani, sambil mengatakannya kepada Clara.

"Apakah harus keluarga aku yang datang jemput? Pak polisi, Tidak udah repot-repot seperti itu." Clara sambil memegang dagunya dengan kedua tangannya, memandangi polisi dengan muka sedih.

Tapi polisi tidak begitu gampang dibujuk, Dia mengatakan kepadanya dengan wajah serius, "ini sudah prosesnya, kamu cepat telepon dan meminta kerabat atau teman baik untuk datang, kamu sudah tahu ini memalukan, lainkali tolong ingat baik-baik dan jaga kelakuan, Jangan sampai datang lagi."

Clara tertegun, dia tidak takut malu, dia memang tidak ada orang yang bisa dihubungi.

Miko dan Melanie masih berbaring di rumah sakit. Yanto pasti tidak akan datang ke kantor polisi untuk menjemputnya. Jika menelepon Ezra, paling-paling hanya akan dimarahi oleh pamannya saja.

Clara pikir lama, dan akhirnya terpikir Rudy.

….....

Rudy sedang duduk di ruang konferensi multimedia ketika dia menerima panggilan telepon dari Clara.

Di sekelilingnya gelap, Satu-satunya sumber cahaya berasal dari layar lebar di depan. Layar penuh dengan analisis data. Direktur perencanaan berdiri di atas panggung menjelaskan detailnya.

Getaran ponsel Rudy tidak banyak menarik perhatian. Dia melirik nama yang berkedip di layar ponsel, lalu mengangkat telepon untuk menjawabnya.

Raymond duduk di sampingnya sepanjang waktu dan sedikit terkejut ketika dia melihat tindakan Rudy yang menjawab telepon. Ini pertama kalinya Raymond melihatnya menjawab telepon di dalam sebuah rapat, karena Rudy biasanya memisahkan antara urusan pekerjaan dan urusan pribadi.

Yang lebih mengejutkan Raymond adalah Rudy langsung berdiri setelah menutup telepon. "Pertemuan kita sampai disini dulu hari ini."

Setelah itu, Rudy mengambil dokumen di atas meja dan berjalan keluar dari ruang rapat.

Lampu-lampu di ruang konferensi multimedia kemudian menyala, dan wajah semua eksekutif terlihat bingung. Direktur perencanaan yang berdiri di atas platform bahkan lebih terkejut.

"Ayo bubar, Ayo pergi, Rapat akan dijadwal ulang, surat edaran rapat akan dikirim lagi nanti." Raymond mengangkat tangannya dan mengusir semua orang.

Direktur bagian perencanaan adalah orang terakhir yang pergi. Sebelum pergi, dia bertanya kepada Raymond dengan hati-hati, "Wakil PresidenDirektur Raymond, apakah buku perencanaan aku ada yang salah?"

"Tidak ada masalah besar, Hati Boss baru-baru ini tidak tenang, buku

perencanaan kamu kalah menarik dibanding wanita cantik di luar, Kembalilah bekerja dan jangan mikir yang aneh-aneh." Raymond akhirnya bisa membujuk direktur perencanaan untuk pergi dari ruang rapat.

Pada saat yang sama, Rudy telah menandatangani dokumen, dan membawa Clara keluar dari kantor polisi.

Meskipun Rudy sudah membawanya keluar, Rudy tetap bersikap dingin, Dia tidak memberi Clara wajah yang enak dilihat.

"Rudy, kok kayaknya aku berutang padamu delapan juta." Clara tidak tahan dengan wajah dinginnya, dan mulai mengeluh.

Rudy menuruni tangga dengan kaki panjangnya, berhenti setelah mendengar kata-kata Clara, menyipitkan matanya, tatapan matanya dingin dan menakutkan. "Terima kasih, karena kamu, aku untuk pertama kalinya dalam hidupku, datang ke kantor polisi untuk menjamin orang."

Clara mengangkat bahu dengan jijik. "Halah, ini bukan hal yang sangat besar, emangnya kamu belum pernah berkelahi saat kamu masih muda!"

Rudy mengerutkan kening, Ketika dia masih muda? Apakah dia sudah sangat tua sekarang!

Wajah Rudy berubah suram, berkata dengan dingin, "Aku tidak suka berkelahi."

Suasana berubah menjadi agak dingin.

Clara terdiam sejenak dan memanfaatkan waktu singkat ini untuk merenung dalam-dalam. Clara pikir tidak perlu berdebat lagi dengan Rudy. Tanpa dia, dia masih ditahan di kantor polisi.

"Aku juga tidak suka berkelahi, kali ini karena situasi khusus. Tidak akan terjadi

lagi lain kali."

"Lain kali, kamu akan tetap di dalam." Rudy memperingatkan.

Clara tersenyum, Kemudian, dia mengangkat ponselnya dan menghubungi Miko.

Ketika telepon terhubung, dia langsung bertanya tentang cedera Melanie dan Miko. Ketika dia mendengar bahwa mereka semua cedera ringan, dia baru merasa lega.

Hanya saja mengapa Miko bisa mendapat masalah dengan para bajingan dan preman itu. Bahkan Miko sendiri juga tidak tahu.

Setelah menutup telepon, Clara menatap Rudy dan bertanya, "Apakah kamu punya acara lain hari ini? Aku ingin traktir kamu minum, sebagai ucapan terima kasih karena kamu telah datang ke kantor polisi untuk menjemputku."

Sebagai Presiden Direktur perusahaan Sutedja Group, dia pastinya akan sangat sibuk dalam pekerjaannya, tetapi Clara jelas tidak berpikir begitu. Dalam kesannya, seorang pengganguran pasti memiliki banyak waktu kosong.

Clara membawa Rudy ke sebuah toko 24 jam terdekat dan keluar dengan sekantong bir kaleng.

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu