Suami Misterius - Bab 774 Kamu Salah Mencintai Orang, Dia Tidak Layak

Pada saat ini, Nenek Sunarya akhirnya berkata.

“Menantu kedua, kamu sudah berumur.

Harus menyelesaikan masalah dengan tenang.

Tidak bisa menyelesaikan masalah dengan menangis dan membuat keributan.

Meskipun Melanie adalah asisten Clara, tapi aku percaya Clara pasti tidak memiliki hubungan dengan masalah ini.”

Nenek adalah orang yang paling berwibawa dalam keluarga Sunarya, dia telah mengatakan seperti ini, orang lain tentu tidak bisa membantah.

Hanya dengan satu kalimat, Nenek langsung mengeluarkan Clara dari dalam masalah.

Meskipun Nyonya kedua tahu dia memihak Clara, dia juga hanya bisa menahannya.

Nenek berwajah penuh wibawa, dan terus berkata: “Masalah ini tidak bisa dilakukan sepihak, Ahmed, kamu adalah pria, tanggung jawabmu lebih besar.

Kamu memiliki istri dan anak, masih saja berdekatan dengan gadis kecil, kamu tidak hanya menyakiti gadis kecil, juga menyakiti istrimu.”

“Nenek, apa yang kamu katakan benar, masalah ini salahku, aku pasti akan segera memperbaiki diri.”

Sikap Ahmed di depan Nenek sangat sopan.

Nenek mengangguk dan menatap ke arah Melanie.

“Kamu juga salah.

Kamu tahu pihak lain memiliki istri dan anak, kamu masih saja bersikeras, bagaimana mungkin akan mendapat hasil yang baik.

Kamu lihat bisakah seperti begini, Keluarga Sunarya memiliki sebuah apartemen kecil di Sanhuan, kamu berasal dari kota lain, kalau memiliki rumah di sini, kamu bisa menetap di Beijing, mencari seorang pria muda di masa depan, lalu menikah dan melahirkan anak."

Meskipun nada suaranya sedang berdiskusi, namun perkataannya sangat tegas.

Hasil seperti ini sangat menyenangkan.

Tapi Nyonya kedua dan Altria sepertinya tidak puas.

Nyonya kedua merasa semuanya salah Melanie, dia tidak tahu malu dan menggodai putranya, sekarang tidak hanya melepaskan pelakor yang tidak tahu malu, bahkan memberikan sebuah rumah sebagai kompensasi, ini benar-benar keterlaluan.

Tapi meskipun tidak puas, Nyonya kedua juga tidak berani membantah Nenek secara terang-terangan.

Namun Melanie tidak mengerti tentang ini, dia membantah dengan acuh tak acuh: “Kalian bukan siapanya aku, tidak boleh mengambilkan keputusan untukku.”

Kata-kata Melanie benar-benar menyebalkan.

Nenek jelas memihak padanya, tapi dia malah mengeluh Nenek terlalu kepo.

Meskipun Nenek Sunarya tidak menunjukkan emosi di wajahnya, tapi tatapan di matanya agak dingin.

Nyonya kedua menatap ke arah Clara, matanya terlihat tatapan ironis yang jelas.

Alis Clara berkerut, dia menahan diri untuk tidak bergegas maju menampar Melanie.

Melanie begitu tidak pengertian, tapi Clara tidak boleh seperti dia.

Dia mengulurkan tangannya, merangkul lengan Nenek, "Garam yang Nenek makan lebih banyak daripada beras yang kami makan, kami semua mendengar apa yang kamu katakan, masalah ini diputuskan seperti begini."

"Kamu paling pandai bicara."

Tatapan Nenek terlihat hangat dan mengulurkan tangan menyodok dahi Clara.

Clara menyandarkan kepalanya di bahu Nenek, centil dan imut.

Beberapa jejak kelelahan muncul di wajah Nenek, dia mengulurkan tangan memijat dahinya, berkata, "Aku sudah tua, berbicara terlalu lama membuatku kelelahan, Clara, memapahku kembali ke kamar dan istirahat."

Nenek mengusir tamu dengan sopan, Nyonya kedua, Ahmed dan Talia sangat pengertian, mereka langsung berpamitan.

Clara memapah Nenek kembali ke kamar dan kembali ke aula di lantai pertama, Melanie masih duduk melamun di tempat.

Clara menghela napas, berjalan ke sana, dan duduk di hadapannya.

Melanie mengangkat kepala menatapnya, dan berkata dengan ironis: "Sekarang kamu puas, kan!"

Clara mengerutkan kening menatapnya, menahan amarah dan berkata, "Apa yang membuatku puas?"

"Aku dan Ahmed putus, akhirnya kamu senang.

Clara, apakah kamu kesal melihatku bahagia?"

"Kalau aku tidak turun tangan, apakah kamu bisa baik-baik saja?"

Clara menggelengkan kepala dan tersenyum tak berdaya.

"Kamu bahagia menjadi selingkuhan Ahmed, atau bahagia ditarik keluar dari hotel oleh ibunya dengan tubuh telanjang?"

Wajah Melanie menjadi pucat dan menggigit bibirnya dengan erat, tidak dapat mengatakan sepatah katapun.

Keduanya terdiam sesaat, Clara memandang wajah Melanie yang pucat, dia merasa kesal dan kasihan.

"Melanie, kamu tidak bodoh. Pikirkan baik-baik, bagaimana menanganinya akan lebih baik bagimu.

Kamu boleh terus membuat keributan, membesar-besarkan masalah, begitu kamu melewati batas keluarga Sunarya, mereka akan langsung bertindak.

Mereka memiliki banyak cara untuk merusak reputasimu dan membuatmu malu untuk hidup.

Sedangkan Ahmed, kalau kamu tidak buta, kamu seharusnya dapat melihat dia sama sekali tidak mencintaimu, dia membiarkan Nyonya kedua menarikmu keluar dari dalam kamar hotel dengan tubuh telanjang, tentu juga akan membiarkan Keluarga Sunarya menentangmu.

Kamu hanyalah sebuah mainan baginya, begitu mempengaruhi keuntungannya, dia tidak akan mempedulikanmu sama sekali."

"Tapi, aku benar-benar mencintainya."

Tubuh Melanie sangat tegang, dan bergumam.

"Kamu salah mencintai orang, dia tidak layak."

Clara menghela napas dan lanjut berkata: "Melanie, aku akan memesankan tiket untukmu kembali ke kota A, kamu kembali dan menemani Bibi Wulan, setelah suasana hatimu tenang kembali, baru datang lagi ke Beijing."

Melanie menundukkan kepala, dia tidak setuju dan juga tidak membantah.

Clara menganggapnya setuju.

.......Dan di sisi lain.

Mobil Ahmed sedang berjalan di jalan datar.

Nyonya kedua tidak duduk satu mobil dengannya, dalam mobil hanya ada Ahmed dan Talia pasangan suami istri.

Ahmed menyetir, Talia duduk di sampingnya, wajahnya terlihat buruk.

"Tidak ada yang ingin kamu katakan padaku?"

Ahmed memegang setir dengan satu tangan, dan bertanya dengan santai.

Talia mengerutkan kening, melirik ke samping, dan menjawab: "Merencanakan terlalu banyak jebakan, hati-hati dirimu sendiri terjebak ke dalam."

Setelah mendengar, Ahmed tidak marah, tetapi malah mendengus dan tersenyum.

"Apakah ini merupakan peringatan?"

"Itu saran."

Talia berkata.

"Aku tidak mengerti."

Ahmed menjawab dengan santai.

Ekspresi Talia terlihat serius, dan sedikit khawatir.

Selama ini, dia tahu pria ini memiliki ambisi dan pikiran.

Tetapi pikirannya terlalu banyak.

Cepat atau lambat dia akan terbunuh oleh ambisinya sendiri.

"Meskipun kamu ingin mencari wanita, ada begitu banyak wanita, kamu malah menyentuh asisten Clara, kalau bilang kamu tidak sengaja, aku benar-benar tidak percaya.

Dan hari ini, kamu bermesraan dengan Melanie di hotel, mengapa begitu kebetulan ditemui aku dan ibu, ini seharusnya kamu yang mengaturnya.

Kamu ingin mempermalukan Clara, dengan demikian dapat mempermalukan Rendi.

Kamu merencanakan begitu banyak hal, kamu menyangka tidak ada yang mengetahuinya?

Jangan memperlakukan orang lain sebagai orang bodoh."

Ahmed tersenyum, memegang erat sterling di tangannya dan menatap wanita di sampingnya.

"Pernahkah orang memberitahumu, wanita yang terlalu pintar tidak menyenangkan."

"Terlalu bodoh juga tidak bagus."

Talia menjawab dengan dingin.

Ahmed mendengus, memegang sterling mobil di satu tangan dan mengulurkan tangannya yang satu lagi memeluk Talia.

Tapi malah didorong Talia dengan tidak sabar.

"Jangan menyentuhku, kamu terlalu menjijikkan."

"Kamu merasa aku menjijikkan, mengapa masih menikah denganku."

Nada suara Ahmed menjadi suram.

Talia tidak berkata, tetapi seluruh tubuhnya memancarkan kedinginan.

Ahmed merasa kesal, memutar sterling mobil, langsung menghentikan mobil di bawah naungan pinggir jalan.

Novel Terkait

My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu