Suami Misterius - Bab 737 Pemintaan Maaf Dari Nenek Xie

Markal mengulurkan tangan menerimanya, wajah tampan penuh senyuman lembut.

“Aku belum pernah minum minuman semacam ini, apakah enak?”

“Kamu cicipi saja?”

Clara melihatnya, mata yang baru saja dicuci oleh air mata, mengkilap sekali, seolah-olah bisa bersinar.

Markal memegang teh susu, meminum seteguk dengan menggunakan sedotan.

Seorang pria dewasa, masih seorang tentara, menggunakan sedotan minum teh susu, tampangnya terlihat lucu, tapi tetap tampan.

“Bagaimana rasanya?”

“Sangat manis.”

Markal sambil tersenyum menjawabnya.

Dia mendongak melihat langit, hujan juga sudah tidak sederas tadi.

“Hujan sudah hampir reda, jika kamu sudah selesai cari angin, aku antar kamu pulang ke rumah.”

Dia berkata lagi.

Clara selesai mendengarnya, mengambil nafas dalam-dalam, lalu menghembuskan nafas lagi.

Kemudian, memiringkan kepala melihat ke arah Markal, tersenyum mengatakan: “Baiklah, sudah boleh pulang.”

Markal menggeleng dan tertawa lepas, mata menyiratkan rasa sayang, ada sesaat, dia sangat ingin mengulurkan tangan membelai kepalanya, tapi pada akhirnya dia tetap menahan dirinya.

Mobil Markal parkir di tepi jalan, dia membuka payungnya lagi, melindunginya naik ke mobil.

Di perjalanan, dalam mobil sangat sunyi sekali.

Clara memegang dagu dengan satu tangan, memalingkan wajah melihat pemandangan yang terus mundur di luar jendela.

Mata indahnya berkedip-kedip, bersih dan murni.

Gadis kecil yang baru berusia dua puluhan, Markal sungguh tidak bisa menghubungkan dia bersama dengan ibu yang memiliki anak berusia empat tahun.

Empat tahun yang lalu, Clara masih seorang gadis kecil berusia sembilan belas tahun, Markal sama sekali tidak mengerti, bagaimana Rudy tega melakukannya, masih membuatnya hamil lagi.

Gadis kecil berusia sembilan belas tahun, dia sendiri masih seorang anak kecil, tapi sudah melahirkan anak untuk Rudy.

Mobil perlahan berhenti di depan gerbang besi hitam keluarga Sunarya.

Hujan sudah berhenti, angin malam berhembus sepoi-sepoi.

Lampu di kedua sisi jalan lembut dan hangat.

Di bawah lampu jalanan yang remang-remang, sesosok tubuh berdiri tegak dengan tangan di belakang.

Meskipun cahaya sangat redup, tapi Clara tidak perlu mengenalinya dengan cermat, hanya sesosok bayangan, dia langsung mengenalinya.

Di antara orang yang saling mencintai, ada semacam pemahaman diam-diam dalam hati.

Clara berterima kasih pada Markal, kemudian, bergegas membuka pintu mobil dan keluar, berlari ke arah orang di bawah lampu.

“Sudah pulang?”

Punggung Rudy bersandar di tiang, pandangan lembut dan hangat.

“Kenapa kamu berdiri di luar?”

Clara bertanya.

“Aku sedang menunggumu.”

Rudy tersenyum sambil menjawab.

Clara sediki menyipitkan mata jernihnya, bulu mata panjang berkedip beberapa kali, berbicara sambil sedikit mengejek: “Kamu tunggu di luar, di dalam rumah ini, takutnya mungkin akan ada orang yang merasa tidak senang.”

“Asalkan aku merasa senang sudah cukup, asalkan, kamu senang sudah cukup.”

Di rumah ini, tidak ada orang yang bisa melakukan apa-apa padaku.”

Ada cahaya dingin dan sombong yang tersembunyi di antara alis tajam Rudy.

“Tapi, aku tidak senang sama sekali.”

Clara menatapnya, suara tidak berdaya dan pahit.

Rudy mengulurkan lengan memeluknya, mengeluarkan suara desahan pelan.

“Rudy, apakah kamu ingin mengatakan ‘maaf’ lagi padaku.”

Clara berkata tanpa ekspresi apa pun.

Lengan Rudy yang melingkar di pinggangnya perlahan mengencang, membenamkan kepala di rambutnya, sambil menggosok lembut.

“Clara, apa yang harus aku lakukan agar kamu bisa merasa senang?”

Suaranya yang rendah dan tulus, terdapat kelelahan dan rasa bersalah yang mendalam.

Clara tidak berbicara, tubuhnya lembut sekali bersandar dalam dadanya.

Tiba-tiba merasa sedikit tertekan, juga sedikit ingin menangis.

Dia hanya ingin dirinya berada di sisinya, ketika merasa lelah bisa bersandar, ketika marah ada tempat mengeluh, ketika ingin menangis, dia bisa memberikan bahunya.

Tapi, dia sama sekali tidak bisa melakukan semua ini.

Dia sudah bukan lagi paman Sutedja miliknya sendiri.

Dia adalah Rendi Sunarya, pewaris keluarga Sunarya, tuan muda sesungguhnya dari keluarga terkemuka yang berposisi tinggi.

“Ayo masuk, sedikit dingin.”

Suara Clara serak, tapi tidak membiarkan air mata jatuh.

Rudy melepaskannya, terdiam membuka mantel, lalu membungkus tubuhnya.

Telapak tangannya yang besar dan hangat, menggenggam erat tangannya, memeganginya, selangkah demi selangkah berjalan ke dalam villa.

Di dalam aula villa lantai satu, nenek Xie sedang membagikan hadiah dengan senangnya.

nenek Xie memberikan sebuah kalung liontin lempengan emas untuk Wilson, tidak sama dengan liontin biasanya, dia adalah liontin emas kadar penuh, teknik pengerjaannya sangat halus.

Katanya itu adalah barang yang dulunya keluar dari Istana Qing, termasuk barang antik, memiliki harga fantastis.

Nenek Sunarya sedikit terkejut, “Bukankah ini emas kawin yang diberikan mama padamu.

Wilson anak sekecil itu, tidak menggunakan barang ini.

Lebih baik simpan dan wariskan pada anak keluarga Xie.

“Kamu juga tahu jelas bagaimana situasi dalam keluargaku.

Anak cucu bukan hanya satu saja, cicit juga bukan hanya satu saja.

Kasih yang ini, yang itu pasti tidak senang.

Lebih baik tidak diberikan pada semuanya, adil dan tidak pilih kasih.”

nenek Xie mengulurkan tangan merangkul Wilson, secara pribadi memakaikan kalung liontin lempengan emas ke lehernya.

“Kalung liontin lempengan emas ini ya, berikan pada Wilson kita saja.”

Rasa sayang nenek Xie pada Wilson tidak terpengaruh walau dia memiliki prasangka terhadap Clara.

“Terima kasih nenek.”

Wilson berkata dengan suara kekanak-kanakannya.

“Sungguh anak yang begitu pintar dan patuh.”

Wajah nenek Xie penuh senyuman, begitu mengangkat kepala, melihat Clara dan Rudy berjalan masuk.

Clara juga mengenakan mantel Rudy di bahunya.

Senyuman di wajah nenek Xie juga langsung menghilang.

Dia mengambil kotak perhiasaan warna hitam yang ada di meja, langsung disodorkan ke Su Loran.

Su Loran membuka kotaknya, di dalam adalah satu set lengkap perhiasan ruby.

Meskipun permata tidak besar, tapi juga sangat berharga.

Tidak mungkin nenek Xie memberikan hadiah yang begitu berharga pada Su Loran tanpa alasan, jelas sekali, awalnya hadiah ini disiapkan oleh nenek Xie sebagai hadiah pertemuan pertama untuk menantu keluarga Sunarya, seharusnya ini milik Clara.

Sekarang, nenek Xie sedang marah dengan Clara, sebaliknya Su Loran yang mendapatkan keuntungan.

“ kakak, hadiah ini sungguh terlalu berharga.”

Su Loran menolaknya.

“Kamu terima saja.

Apanya yang berharga atau tidak.

Barang-barangku, aku senang berikan pada siapa ya berikan ke siapa.”

nenek Xie berkata.

Kata-katanya baru terlontarkan, Rudy sambil memegang tangan Clara sudah berada di depan semua orang.

“Untuk apa berdiri di sini, aku tidak menyiapkan hadiah tambahan.”

nenek Xie berkata sambil mengangkat lehernya.

Mata hitam Rudy sedikit tertutup, aura dingin dan tegas sekali.

“ kakak, bukankah ada yang ingin kamu katakan pada Clara?”

Dia berkata dengan datar, tapi dalam nada bicara sangat dingin dan agresif.

Ekspresi di wajah nenek Xie berubah, melihat ke arah Clara, sangat tidak sudi mengatakan, “Aku tidak tahu kalau ibumu sudah meninggal, harus menghormati orang yang sudah meninggal, kata-kata tadi siang, aku minta maaf.”

Clara mendengarnya, merasa terkejut dan membelalakkan matanya, ada sesaat, dia bahkan curiga kalau dirinya yang salah dengar, ternyata nenek Xie sedang minta maaf padanya.

Tanpa sadar Clara menoleh untuk melihat Rudy yang ada di sampingnya, dia tahu, nenek Xie tidak akan minta maaf tanpa alasan, pasti perbuatan pria ini.

“Clara, bagaimanapun kita adalah junior, karena kakak sudah tulus minta maaf, kamu maafkan dia saja.”

Rudy berkata dengan datar.

“Oh.”

Clara sesuka hati menjawab sepatah.

nenek Xie : “……” Wajah tuanya memerah sekali, orang yang tidak pernah mengalah, sekarang malah minta maaf pada seorang junior, sikap orang itu masih acuh tak acuh sekali.

Amarah nenek Xie hampir saja meledak.

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu