Suami Misterius - Bab 621 Dia Sudah Mabuk

Hyesang sendiri yang mengemudikan kapal pesiar, kapal pesiar itu berlayar ke laut yang tidak begitu dalam dan perlahan berhenti dengan tenang di permukaan laut. Ahyon dan Hyesang duduk bersama di kabin kapal lalu bersandar ke jendela dan memandangi laut dan langit di luar jendela.

Cuaca malam ini sangat bagus, langit dipenuhi dengan cahaya bintang yang berkedip-kedip.

“Kamu membawaku ke laut hanya untuk mengobrol sambil menyaksikan bintang-bintang?” Kata Ahyon lalu meneguk winenya dengan tatapan mata yang menatap ke arah jauh lautan.

Laut begitu tenang dan terlihat sangat cantik dengan pantulan dari cahaya bintang.

“Em.”

Hyesang mengiyakan, “Kamu dulu pernah bilang kalau lampu perkotaan terlalu cerah sehingga mengganggumu menyaksikan bintang-bintang di langit.

Kamu juga bilang kalau lebih suka dengan langit penuh bintang di atas laut. “

Selesai mendengar ini, Ahyon memicingkan matanya dan mencoba mengingat kembali.

Mungkin, dia dulu memang benar-benar pernah mengatakan itu, hanya saja dia sudah tidak ingat.

Dia banyak sekali mengatakan sesuatu tapi itu semua hanyalah bicara asal-asalan saja. Tapi Hyesang malah selalu mengingat ucapan-ucapan itu di hatinya.

Seperti ketika Ahyon lewat sebuah toko bunga dan memuji bunga bakung sangat cantik. Hyesang pun sengaja membeli vas bunga kristal dan setiap hari, dia menancapkan bunga bakung segar ke dalam vas bunga itu.

Ahyon pernah bilang sayuran dan hidangan kesukaannya. Setiap minggu hidangan itu akan selalu muncul di atas meja makan mereka.

Hyesang bilang kalau setiap hari makan maka takutnya akan bosan jadi yang terbaik adalah memakannya seminggu sekali.

Ahyon pernah berkata kalau bintang-bintang di atas laut sangat indah, tapi dia sudah tidak ingat hal ini. Tapi Hyesang selalu mengingatnya dalam hati.

Ahyon masuk kedalam lamunannya sendiri. Sedangakn Hyesang duduk di samping Ahyon dan tatapannya terus saja jatuh ke diri Ahyon. Ahyon merasa tidak enak dan tidak bebas dilihati seperti itu.

“Hyesang, apa yang kamu lakukan dengan terus melihatku dan tidak melihat bintang-bintang itu dengan baik-baik?”

“Aku lebih suka melihat cahaya bintang yang berkedip di matamu, benar-benar sangat cantik.”

Hyesang memandang mata Ahyon dengan sangat dalam dan suaranya terdengar sangat lembut.

Ahyon terkejut dan menatap Hyesang dengan matanya yang jernih dan bersinar cerah. Cahaya terang berkelip di matanya.

Hyesang tanpa sadar mendekat ke Ahyon lalu ingin menciumnya tapi sayangnya Ahyon menghindar dengan memiringkan kepalanya.

Ciuman itu pun akhirnya hanya jatuh di pipi Ahyon.

Hyesang tersenyum dan terlihat sedikit kecewa.

Setelah itu, dia berdiri dan berjalan di depan rak alkohol. Dia memilih sebotol wine merah. Setelah membuka botol wine itu, dia menuangkan wine merah itu ke dalam gelas kristal dan memberikannya kepada Ahyon.

Ahyon mengulurkan tangan mengambilnya lalu menggoyangkan pelan gelas itu. Posenya sangat asal-asalan mencicipi wine merah itu. Romanee Conti, mengenai tahun pembuatannya, Ahyon tidak bisa menebaknya. Lidahnya tidak terlalu sensitif.

“Romanee Conti tahun 90, bagaimana rasanya?”

Hyesang menggoyangkan gelas winenya, “wine merah seharga ratusan juta kalau aku bilang rasanya tidak enak, itu sama saja menghina harga ini.”

Kata Ahyon santai dengan nada bicara yang begitu tenang.

Hyesang tidak terlalu keberatan akan hal ini karena karakter Ahyon dari dulu memang sangat tenang.

Mungkin hanya ketika di atas ranjang, ketika Ahyon ditindih dan disiksa dengan kejam oleh Hyesanglah, baru tampak emosi yang cukup banyak dari diri Ahyon.

Hyesang sangat suka sekali dengan desahan Ahyon memanggil namanya ketika berada di bawah tubuhnya.

“wine ini cukup sulit didapatkan. Aku punya dua botol. Aku ingin meminumnya bersama denganmu ketika hari pernikahan kita.”

Kata Hyesang.

“Oh.”

Selesai mendengar itu, Ahyon hanya mengiyakan begitu saja.

“Kenapa tidak tanya kenapa aku menyimpan wine merah yang merek ini?”

Kata Hyesang lanjut bicara.

Ahyon mengangkat pandangan matanya menatap Hyesang. Dua mata yang bersinar dan tampak sekali ketenangan di mata itu. Ahyon pun mengikuti apa yang dipikirkan Hyesang sehingga dia bertanya, “Kenapa?”

“Ketika aku pertama kali menciummu, kebetulan kamu minum wine merah ini. Yang kamu minum adalah Romanee Conti.

Beberapa tahun selama kamu tidak ada ini, aku hanya menyimpan satu macam alkohol yaitu Romantee Conti. Ketika aku merindukanmu, aku membuka satu botonya, rasanya seperti sedang menciummu.”

Ketika Hyesang bicara, aneh sekali karena tidak terasa menggombal dan mesra. Yang terasa ada sedikit perasaan sedih dalam ucapannya itu.

Ahyon tiba-tiba merasakan wine merah di bibirnya berubah sedikit pahit.

Dia ingat kalau ketika pertama kali mereka berciuman, dia memang sedang minum alkohol saat itu.

Saat itu dia sangat muda, wajahnya langsung memerah dan terlihat sangat malu jadi setelah minum alkohol itu dia memberanikan diri untuk langsung mencium Hyesang.

Kenangan tiba-tiba mengalir ke benak hati seperti gelombang pasang. Kesenangan dan manisnya adegan mereka terus bermain dan muncul di depan mereka.

Ahyon menurunkan pandangan matanya lalu melihat ke arah cairan warna merah di gelas kristal itu, warna segar yang sangat mencolok.

Ahyon ingat kalau dirinya tidak minum terlalu banyak tapi dia merasa kalau dirinya sekarang sudah mulai mabuk.

Dia memicingkan matanya mengangkat dagu dan langsung mencium Hyesang.

Ahyon hanya ingin mencium ringan saja. Begitu mau melepaskan ciuman itu tiba-tiba dia baru menyadari kalau tangan Hyesang entah kapan sudah merangkul pinggang rampingnya.

“Ahyon, apa kamu jangan-jangan berencana setiap kali setelah menggodaku, lalu berbalik pergi dengan tidak bertanggung jawab?”

Hyesang menarik sudut bibirnya dan terlihat sedikit melankolis.

Ahyon membelalakkan mata jernihnya yang tenang dan bingung sambil menatapnya.

Tiba-tiba tangan Hyesang yang merangkul di pinggang Ahyon jadi semakin kencang. Lalu begitu saja menarik Ahyon ke pelukannya, Hyesang menundukkan kepala dan mencium bibir Ahyon dengan penuh perasaan,

Ketika mencium Ahyon saat itu, tiba-tiba terdengar suara keras di telinganya. Kembang api meluncur naik ke langit dan menerangi malam.

Ahyon membelalakkan matanya dan terlihat keterkejutan di mata itu.

Setelah itu, begitu banyak kembang api yang tak terhitung jumlahnya menyala di atas lautan. Dan hampir menerangi seluruh kegelapan malam.

Ahyon menatap kosong ke arah kembang api. Sedangkan Hyesang menatap mata Ahyon. Dia sangat menyukai cahaya kembang api yang menyala di mata Ahyon, tampak sangat cantik dan indah.

“Ahyon, selamat atas pernikahan kita.”

Kata Hyesang sambil menggenggam tangan Ahyon.

Ahyon membiarkan Hyesang menggenggam tangannya dan dia diam cukup lama. Setelah itu baru bicara dengan suara pelan, “Hyesang, terima kasih.”

“Terima kasih karena apa?”

Hyesang tersenyum memandangnya, tatapannya selembut air, “Terima kasih karena telah menikahimu?”

“Bukan.”

Ahyon menggelengkan kepala lalu berkata dengan serius, “Kamu terlalu banyak berpikir deh.

Aku hanya mau berterima kasih karena telah membawaku kesini untuk menyaksikan kembang api. Begitu banyak kembang api pasti sudah merogoh uang tidak sedikit.”

Hyesang, “......” dia tiba-tiba ingin sekali meremas kesal dan gemas Ahyon.

Hyesang selalu saja merasa seumur hidupnya semuanya terlalu mulus. Jadi Tuhan mengirimkan Ahyon untuk menyiksanya.

Hyesang menaikkan alisnya lalu nada bicaranya terdengar sedikit menggoda, “Ahyon, aku sudah mengajakmu menyaksikan kembang api yang begitu megah ini. Kamu hanya membalasku dengan ucapan terima kasih?”

Selesai mendengar ini, Ahyon merapatkan bibirnya. Walaupun ekspresi wajahnya tidak ada perubahan tapi ada emosi yang bergejolak di matanya.

“Hyesang, kamu pernah bilang kalau aku tidak mau, kamu tidak akan memaksaku...” “Ahyon.”

Tanpa menunggu Ahyon menyelesaikan ucapannya, dia memotong langsung ucapan Ahyon.

Dia melihat Ahyon tersenyum, senyumnya begitu lembut dan mesra. Hyesang semakin mendekat dan jarak di antara keduanya tidak sampai satu inci. Napas hangat dan lembut Hyesang telah mengitari dan mengenai kulit pipi Ahyon.

“Ahyon, sudah lewat bertahun-tahun. Kamu kenapa tetap saja begitu polos sih.

Kata-kata pria itu tidak boleh dipercaya.”

Mendengar ini, Ahyon mengerutkan kening memandangnya, “Bisa hidup dan mati demi aku, apa semua ucapan ini juga tidak bisa dipercaya?”

Hyesang merasa sakit kepala. Ahyonnya ini benar-benar sangat cerdas karena dengan mudah membalikkan kalimat ini kepada Hyesang.

Hyesang mengangkat tangannya lalu jemari panjangnya menarik dagu Ahyon. Lalu tersenyum lembut dan hangat. Bibirnya menempel di pipi Ahyon.

“Aku, Hyesang seumur hidupku ini telah tertanam di tanganmu.

Kamu mau aku hidup atau mati, semua terserah padamu.

Tapi kalau menyuruhku tidak menyentuhmu. Aku benar-benar tidak bisa dan tidak sanggup melakukan itu.”

“Hyesang.”

Ahyon memanggil nama Hyesang dengan suara pelan.

“Jika kamu mati, bagaimana bisa kamu menyentuhku?

Jadi, kamu lebih baik hidup saja baik-baik.”

Hyesang sekali lagi rasanya dicekik oleh kata-kata Ahyon.

Untuk menghindari Ahyon mengatakan sesuatu yang akan membuatnya frustrasi. Hyesang langsung menundukkan kepala dan langsung memblokir bibir Ahyon.

Bibir Ahyon begitu lembut dengan terasa sedikit wine merah. Benar-benar sangat memabukkan.

Hyesang merasa, dia sudah mabuk.

Novel Terkait

Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu