Suami Misterius - Bab 595 Peliharaan Baru

Ketika hidangan sudah selesai dimasak, Rudy memanggil Clara untuk makan. Clara berbaring di tempat tidur dengan malasnya dan tidak mau bergerak sama sekali, dia langsung bilang dia tidak lapar dan tidak ingin makan. Rudy pun terpaksa menghidangkan makanannya ke lantai atas dan meletakkannya di ranjang.

Barulah dengan begini, Clara duduk mengambil sumpit dan mangkoknya. Dia memakan satu sendok bubur lalu Rudy duduk di sampingnya. Tatapan mata Rudy begitu lembut menatap Clara.

“Clara, kamu sekarang apa sudah mau mendengarkan penjelasanku?”

Clara makan buburnya dan dengan malasnya mengangkat pandangan matanya menatapnya. Lalu menjawab, “Kalau kamu mau menjelaskan, jelaskan saja. Toh aku tidak membungkam mulutmu.”

“Malam itu, aku dan Johan melihat Rahma maria di hotel. Dia telah diberi banyak minuman sampai mabuk oleh kliennya lalu dipaksa untuk check in kamar.

Hal seperti ini di dalam lingkungan bisnis adalah hal yang sering dilihat tapi karena lihat langsung, mana mungkin aku cuma diam dan hanya melihat saja kan. Dia saat itu minum terlalu banyak bir dan muntah langsung di aku.

Jadi jelas jas itu sudah tidak bisa dipakai, aku pun langsung melepaskannya dan memasukkan ke keranjang daur ulang. Aku menyuruh Johan untuk memeriksa CCTV hotel. Setelah kami kembali, Rahma Mirna kembali lagi dan mengambil jas itu dari keranjang daur ulang.

Dia kelihatannya membawa pulang jas itu ke rumah Keluarga Rugos. Karena itulah kenapa jasku terakhir ada di tangan Elanos .”

Selesai bicara, Rudy menatap Clara dengan tatapan yang lembut.

Clara menghentikan sebentar gerakannya makan bubur lalu alisnya yang cantik naik, “Rahma yang meminta bibi muda untuk mengembalikan jasmu. Dia mau berniat apa coba, membuat semua orang tahu?

Elanos itu juga begitu, tatapan matanya ketika melihatmu seolah mau menelan habis dan menelanjangimu saja.”

Selesai mendengar, Rudy tersenyum. Dia sama sekali tidak memandang penting sedikitpun Elanos . “Hanya seorang yang tidak penting. Kamu marah seperti ini hanya karena orang tidak penting, menurutmu layak apa?”

Selesai mendengar, Clara mengerutkan kening dan merapatkan bibirnya, tidak bicara. Dia sama sekali tidak punya nafsu makan sekarang. Setelah makan setengah buburnya, dia meletakkan sumpitnya.

“Aku lelah, aku mau tidur.”

Kata Clara dengan malasnya. Mungkin karena kehujanan, dia merasa tidak terlalu enak badan.

Rudy mengulurkan tangan dan memegang kepalanya lalu tersenyum menggoda, “Baru melakukannya sekali, kamu sudah lelah?

Kedepannya sepertinya harus melatihmu lebih keras lagi ya.”

Wajah Clara memerah malu lalu memelototinya.

Kemudian, memasukkan diri ke dalam selimut dan memejamkan matanya yang berat, begitu juga kepalanya pusing dan terasa begitu berat sehingga tidak lama kemudian, dia tertidur.

Rudy merapikan selimutnya dengan penuh perhatian. Lalu, membereskan makanannnya dan membawanya turun ke bawah. Dia mencuci mangkok dan sumpitnya. Setelah itu, naik kembali ke kamar tidur.

Clara masih tidur dengan lelapnya, tidak bersuara sama sekali di ranjang besar di kamar tidur. Rudy menundukkan kepala lalu mengecup kening Clara.

Lalu, begitu mengecukan bibir tipisnya ke kening Clara, dia merasa ada yang tidak benar.

Dia pun meletakkan tangannya ke kening Clara. Dia menyadari kalau kening Clara demam. Wajahnya juga memerah tidak normal.

Dia kira Clara wajahnya merah tadi karena malu dan tidak menyangka ternyata dia demam.

Rudy memeluk Clara, rasanya seperti memeluk perapian kecil yang panas saja.

“Clara, Clara, Bangun, bangun.”

Rudy mengguncangkan dengan lembut tubuh Clara sambil memanggil namanya terus.

Mata cantik Clara membuka celah, malas, dia tampak lemah dan suaranya serak. "Rudy, jangan berisik dan membangunkanku. Aku ini sangat mengantuk, aku ingin tidur."

Selesai bicara dengan kesal dan tak betenaga, dia pun menutup lagi matanya dan tidur.

Ekspresi wajah Rudy sedikit serius dan dia menidurkan Clara kembali di ranjang dengan lembut lalu menelepon dokter. Dokter tiba dengan cepat. Begitu diperiksa, baru tahu Clara demam sampai tiga puluh sembilan derajat.

Dokter menggantungkan stetoskop di lehernya dan berkata kepada Rudy, "Itu tidak terlihat seperti pneumoni. Diberi infus dulu saja untuk mengurangi demam. Biarkan dia banyak-banyak istirahat beberapa hari terakhir ini. Ketika dokter menusuk lengan Clara dengan jarum, dia bangun lagi. Dia yang masih belum bangun sepenuhnya pun terus bergumam dan berkata sakit di sudut bibirnya.

Rudy pun memeluknya di dekapannya lalu menenangkan dan membujuknya mati-matian.

Setelah satu kantong infus habis. Demam tinggi Clara pun akhirnya turun tetapi suhu tubuh masih di atas 37 derajat. Dan terlihat tidak ada kecenderungan untuk turun lagi. Clara juga terlihat tidak ada tanda-tanda bangun, dia terus tidur begitu lelap. Rudy merebus bubur dan bermaksud membangunkannya nanti untuk makan buburnya. Tapi pada akhirnya, Clara sudah terbangun oleh nada dering ponsel yang terus berbunyi. Ponsel Clara diletakkan di ujung kepala ranjang untuk diisi baterainya. Dia menyipitkan mata dan tanpa sadar mengulurkan tangannya untuk mengambil ponsel. Tapi cukup lama meraba-raba, dia tidak berhasil mengambil ponselnya.

Pada akhirnya, Rudy yang melepaskan ponsel itu dari chargernya dan menekan tanda ‘jawab’ lalu menekan tanda pengeras suara.

Yang menelepon adalah Luna. Dia tidak tahu masalah sakit Clara jadi dia langsung berkata dengan emosinya.

“Clara, apa yang suamimu lakukan?

Ya sudahlah kalau iklanmu dihentikan. Tapi masalahnya yang menggantikanmu ternyata adalah Elanos .

Siapa coba Elanos , hanya artis kecil yang ranking delapan belas saja tapi berani-beraninya mengambil iklan populermu. Aneh sekali kalau tidak ada yang menyalahkannya. Sekarang ada banyak pembicaraan dan gosip di lingkaran kita. Banyak yang mengatakan kalau dia adalah peliharaan baru suamimu. Kamu sendiri hati-hati saja ya...” belum selesai Luna berkata tiba-tiba ponselnya sudah diambil Rudy.

Dia mematikan pengeras suara dan meletakkan ponsel ke samping telinga lalu berkata dengan nada suara yang dingin, “Peliharaan baru?

Kenapa aku tidak tahu ya kalau aku punya peliharaan baru. Tapi, aku pasti akan menyuruh orang untuk menyelidikinya.

Clara sakit dan akhir-akhir ini tidak akan menerima pekerjaan dulu. Kamu sebagai seorang manajer lebih baik fokus memperhatikan kesehatan tubuhnya, tidak usah menyampaikan isu tidak penting.”

Rudy melemparkan ponsel itu ke meja samping ranjang lalu menatap Clara.

Wajah Clara tampak pucat dan kelihatannya masih tidak bertenaga dan tak berdaya. Dia membuka matanya yang jernih sambil menatap Rudy dengan tenang.

Walaupun Clara tidak mengatakan apa-apa. tapi Rudy malah melihat suasana hati sedih dan terluka di mata jernih Clara.

Mereka sudah berjanji untuk saling percaya lalu bagaimanapun, masalah yang satu persatu datang tak terduga ini perlahan meruntuhkan perasaan dan kepercayaan di antara mereka.

Rudy mengepalkan tinjunya tanpa sadar dan tiba-tiba merasa kesal. Dia dari dulu tidak suka melakukan hal tidak perlu hanya untuk orang yang tidak penting, Tetapi jika beberapa orang ini tidak segera dimusnahkan maka bisa-bisa akan menciptakan hal yang merepotkan lagi.

“Clara..”Ketika Rudy baru mau menjelaskan tetapi dia tiba-tiba melihat Clara memejamkan matanya perlahan dan tiba-tiba jatuh dengan lembut. "Clara, Clara!"

Rudy memeluknya dan meneriakkan namanya dengan penuh perhatian. Tetapi Clara tidak menanggapi sama sekali dan jelas sekali kalau dia pingsan. Tubuh di lengannya terasa panas. Clara mulai demam lagi. Kemarin malam, dokter telah menyuruhnya kalau demam Clara naik lagi harus segera dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Rudy tidak berani menunda-nunda. Dia mengeluarkan baju dari lemari dan memasangkannya di tubuh Clara. Lalu, dia menggendong Clara dan pergi. Dalam perjalanan ke rumah sakit, Rudy telah meminta Johan untuk menghubungi rumah sakit. Jadi, segera setelah mereka tiba di rumah sakit, Clara dibawa ke bangsal dan botol infus langsung digantung lagi. Dokter yang menangani Clara adalah dokter terbaik penyakit dalam di Kota A. Setelah beberapa kali pemeriksaan, tidak ada masalah besar yang terdeteksi. Tetapi setelah kehujanan, virus menyebabkan demam tinggi. Namun, demi keselamatan, dokter menyuruh Clara untuk terus dirawat di rumah sakit untuk diawasi lebih lanjut. Lagi pula, istri Rudy benar-benar seorang yang terhormat jadi jika terjadi kesalahan sediit saja maka mereka tidak akan bisa menanggung resikonya.

Setelah Clara masuk rumah sakit, dia masih tidak sadarkan diri. Rudy tetap menjaganya di samping ranjang, selangkahpun tidak pernah meninggalkannya.

Novel Terkait

Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu