Suami Misterius - Bab 591 Bunuh Diri Dengan Menelan Obat

Ahyon terlihat sangat bahagia ketika keluar dari rumah sakit. Ramzez merasa tidak terlalu senang, dia merasa anggota keluarganya yang sangat baik dinodai dan diambil begitu saja oleh orang yang buruk.

“Kamu masih bisa tertawa. Jika ibu tahu kamu dan Hyesang hamil duluan sebelum menikah, dia pasti akan memakimu habis-habisan.”

Ahyon hanya tersenyum ringan seolah makian dari ibunya tidak terlalu penting dibandingkan dengan mengandung anaknya dan Hyesang.

“Awalnya, dia mau memberimu sebuah kejutan tapi pada akhirnya malah jadi tragedi mengerikan.”

Ramzez tersenyum dingin lalu lanjut bercerita. “Saat itu, aku benar-benar tidak tega mengatakan kalau anaknya sudah tiada.

Tapi, masalah semacam ini seberapa lama pun berusaha menyembunyikan tetap tidak akan bisa menyembunyikannya. Saat itu, aku berkata padanya, “Kakak, mungkin takdir berama kalian sudah habis. Ibu bukannya selalu bilang kalau orang tua dan anak harus melihat takdirnya...”Ramzez tidak terlalu bisa menghibur orang. Kata-kata menghibur itu seolah tak berarti, bahkan Ramzez juga tidak sanggup melanjutkan ucapannya. Dia menatap mata bercahaya Ahyon yang perlahan telah redup. Seluruh diri Ahyon saat itu jadi sudah layu.

Ahyon duduk di ranjang pasien dan tidak mengatakan apapun. Dia hanya terus diam dan tak bergerak. Kemudian, air mata begitu saja menetes dan mengalir dari matanya. Lalu, air mata itu terus mengalir keluar tidak hentinya.

Setelah Ahyon keguguran, suasana hatinya sungguh buruk dan hampir runtuh.

Beberapa hari awal, dia tidak makan, tidak minum dan tidak tidur. Dia selalu saja duduk terdiam di atas ranjang. Dia bergantung dengan infus untuk mempertahankan hidupnya.

Secara drastis dia kehilangan berat badannya. Dia jadi sangat kurus tidak karuan.

Ramzez bicara sampai sini lalu menatap ke arah Hyesang.

Hyesang berdiri di sana, awalnya dia terlihat terus mendengarkan. Tapi kemudian, seolah terlihat cerita ini tidak masuk di pendengarannya.

Ramzez seperti patung yang sudah lapuk, tidak bergerak dan napasnya seolah sudah berhenti.

Sudut bibir Ramzez terangkat dan memunculkan tawa cibiran yang ironis dan sinis.

Sekarang baru merasa sedih, itu benar-benar sudah terlambat.

“Anggota keluarga Sutedja kalian, benar-benar sangat memandang penting hubungan ya. Hari kedua setelah kakakku operasi, orang tuamu dan juga kakak iparmu datang bersama ke rumah sakit. Ibumu telah menemani di rumah sakit selama lebih dari seminggu. Tapi dia tetap diam dan tidak membahas mengenai masalahmu dan kakakku. Setiap kali aku bertanya tentangmu. Dia selalu mencoba menghindari dengan menggunakan berbagai alasan. Sejak kakakku masuk rumah sakit sampai dia keluar dari rumah sakit, kamu sama sekali tidak pernah muncul dan memperlihatkan batang hidungmu. Kemudian, ayahku sendiri yang maju dan membahas masalahmu dan kakakku dengan jelas ke mereka.

Akhirnya anggota keluargamu tidak bisa menghindar lagi. Begitu buka mulut, mereka langsung membahas kompensasi dan menganggap keluarga mirah kami ini seperti keluarga yang minta-minta makanan saja. Dan mereka ingin sekali mengusir kami begitu saja.

Kakak iparmu dengan lugas mengatakan kalau kakaku mengalami kecelakaan mobil karena dirinya sendiri. Dan tidak ada hubungan sedikit pun dengan Keluarga Sutedja mereka.

Keluarga Sutedja tidak akan mungkin mau menerima wanita yang tidak punya kemampuan untuk hamil dan melahirkan anak masuk ke dalam keluarganya.

Awalnya, kakakku tidak tahu mengenai sebagian rahimnya yang telah diangkat. Tapi karena iparmu yang teriak-teriak itu, kakakku pun tahu semuanya.

Wajah ayahku begitu merah karena sangat marah. Ibuku langsung jatuh pingsan.

Jika bukan karena kakakku yang tidak mau cari ribut. Kamu kira masalah ini bisa begitu saja selesai?

Kamu kira keluarga Mirah kami ini sangat mudah diganggu dan diinjak-injak!”

Menghadapi kemarahan dan kekesalan Ramzez, Hyesang sama sekali tidak mengatakan apapun. Dia masih berdiri membeku di tempatnya. Mata gelapnya terlihat kabur.

Dia bertanya tidak hentinya kepada dirinya sendiri. Ketika Ahyon mengalami kecelakaan itu, ada dimana dirinya?

Oh, waktu itu dia diminta oleh ibu dan kakak tertuanya untuk pergi keluar negeri dan terus di sana untuk menikmati keindahan luar negeri. Mereka mengatakan kepadanya kalau dia dan Ahyon perlu mendinginkan pikiran dulu. Setelah masing-masing tenang dan pikirannya dingin baru bisa menyelesaikan masalah dengan baik.

Setelah Hyesang keluar negeri, Dia juga selalu merindukan Ahyon dan sudah berkali-kali mencoba menelepon Ahyon. Tapi selalu saja tidak tersambung. Begitu dia selesai menikmati luar negeri dan pulang kembali ke sini, Ahyon sudah menghilang. Kemudian, dia sampai sudah mengganti lebih dari puluhan agen detektif swasta dan bahkan menggunakan relasi yang dia punya untuk mencarinya tapi tetap saja tidak berhasil menyelidiki dan menemukannya.

Benar sekali, dengan anggota keluarganya yang memang sengaja menyembunyikan ini darinya. Maka jelas jejak yang ada akan dimusnahkan sebersih-bersihnya dan dia mana mungkin bisa menemukannya.

Hyesang tiba-tiba merasa dirinya bagai orang bodoh. “Setelah kakakku keluar dari rumah sakit, tidak ada satupun dari keluargamu yang pernah muncul lagi.”

Kata Ramzez lagi.

Saat itu, dia sangat marah dan berkata mau cari ribut ke rumah Keluarga Sutedja meminta tanggung jawab Hyesang. Tapi, Ahyon berkata padanya, “Kalau bayinya dilahirkan baru butuh tanggung jawab dari ayahnya. Tapi sekarang, bayinya saja sudah tidak ada. Mau minta tanggung jawab apa padanya.”

Nada bicara Ahyon saat itu begitu tenang dan lembut, bahkan terdengar ada sedikit cibiran di dalamnya. Tapi, malah terdengar sangat sedih dan menyayat hati. Kemudian, begitu keluar dari rumah sakit, Ahyon pulang ke rumah.

Tingkah lakunya begitu tenang.

Dia makan nasi, minum obat dengan sangat patuh. Kecelakaan mobil itu menyebabkan patah tulang tangan kanannya. Dia bahkan sangat patuh bekerja sama untuk mengembalikan kesehatannya. Dulu Ahyon adalah orang yang pediam. Setelah keluar dari rumah sakit, dia jadi semakin sedikit bicaranya.

Tapi setiap kali Saras dan Ramzez bicara padanya, dia pasti akan merespon dan menjawabnya dengan nada bicara yang begitu tenang dan logika yang begitu jelas. Jadi tidak terlihat sedikit pun keanehan di dirinya. Awalnya, Saras dan Ramzez sangat khawatir kepadanya. Mereka takut Ahyon tidak berpikir jernih dan melakukan hal yang berbahaya. Tapi perlahan mereka pun akhirnya mulai melonggarkan kekhawatiran dan kewaspadaan mereka.

Pada waktu-waktu itu, Ahyon selalu insomnia setiap malah setelah dia keluar dari rumah sakit. Dokter pun meresepkan obat tidur padanya.

Saras akan memberinya satu tablet sebelum Ahyon mau tidur.

Tapi, siapa juga yang mengira kalau Ahyon diam-diam menyembunyikan obat itu dan mengumpulkannya sampai jumlahnya cukup untuk mengakhiri nyawanya.

Kemudian, ketika Saras dan Ramzez tidak ada, Ahyon mengambil kesempatan ini untuk bunuh diri dengan menelan semua obat itu.

Untungnya, hari itu ada dokumen Ramzez yang tertinggal sehingga dia pulang untuk mengambilnya. Begitu Ramzez melihat Ahyon yang berbaring tidur begitu tenang di ranjangnya dengan mengenakan dress yang paling cantik dan rambut panjang yang juga sangat indah, kulit bersih dan lembut. Dia bagaiakan seorang putri tidur yang sangat cantik juga begitu indah.

Mungkin, telepati kuat antara saudara kembar. Sehingga, Ramzez merasakan napas nyawa Ahyon yang perlahan menjauh.

“Adegan waktu itu seperti telah terukir di dalam otakku. Dia yang berbaring di sana perlahan sedang menunggu kematian. Padahal kematian jelas adalah hal yang menakutkan tapi ketika terjadi di dirinya, ternyata bisa terlihat begitu indah.

Mungkin, kematian baginya adalah sebuah pembebasan. Tapi aku tidak ingin dia mati, aku pun maju dan menggoyang-goyangkan tubuhnya dengan sekuat tenaga. Tapi tidak ada sedikitpun respon darinya.

Kemudian, aku memanggil ambulan dan melarikannya ke rumah sakit. Setelah perutnya dibersihkan dan akhirnya diselamatkan dengan penderitaan itu, akhirnya dia bangun dan siuman.

Tapi, ekpresi wajahnya begitu dia bangun sangat sedih dan menyakitkan. Aku tidak tahu apa karena pencucian perut yang menyakitkan atau karena hatinya yang sangat sakit.

Aku tidak tahu bagaimana menghiburnya jadi aku hanya bisa memeluknya yang terus menangis.

Memohonnya untuk tidak bunuh diri lagi. Memohonnya untuk tidak meninggalkanku dan ibu sendirian.”

Mata Ramzez memerah dan suaranya jadi serak terisak. Dia menatap Hyesang sekali lagi, lalu bertanya dengan dinginnya, “Atas dasar apa?

Selama bertahun-tahun ini, dia menjalani hidup dengan begitu sengsara.

Atas dasar apa kamu malah menikmati hidup dengan nyaman?”

Hyesang tidak bisa mengatakan apapun dan seolah ada gelombak gejolak yang besar di dadanya. Warna darah di wajahnya memudar dan terlihat sangat tidak enak dipandang.

Dia terhuyung ke belakang. Seluruh dirinya sekarang tampak begitu bodoh.

Ahad mengenal Hyesang selama bertahun-tahun. Hyesang selalu saja berada di atas, begitu arogan dan sombong.

Ini adalah pertama kalinya Ahad melihat Hyesang yang begitu menyedihkan dan kehilangan kendali diri.

Satu-satunya orang yang bisa membuat Hyesang lepas kendali hanyalah Ahyon seorang. Hyesang bahkan tidak tahu kapan dan bagaimana dirinya bisa meninggalkan bangsal itu.

Satu tangannya memegang dinding untuk menompang dirinya. Napas di dadanya terasa sangat sesak.

Di suatu sudut di dadanya seolah telah kehilangan sesuatu sehingga membuatnya dirinya merasa sakit tak ada hentinya. Sakit semacam itu membuatnya merasakan sakit sampai bahkan tidak bisa bernapas.

Hyesang mengepalkan tangannya dengan erat dan berusaha tetap tenang. Kemudian, dia berjalan dengan langkah berat masuk ke dalam kantor dokter.

Novel Terkait

Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu