Suami Misterius - Bab 555 Apa Maksud ‘Berhalangan’

“Kenapa tidak enak badan? Sakit?” dia refleks mengulurkan tangan untuk menyentuh keningnya, namun ditepis oleh Ahyon.

Dai menundukkan kepalanya dengan sangat rendah, suaranya juga bagaikan nyamuk yang berdengung, terdengan begitu pelan, “Hari ini, aku, sedang berhalangan.”

Hyesang mengkerutkan alis sambil menatapnya, akhirnya mengerti maksud ‘berhalangan’ yang ia maksud.

“Hari ini sedang berhalangan, kalau begitu ketika tidak sedang berhalangan boleh melakukannya?” Hyesang bertanya dengan senyum yang nakal.

Ahyon terus menundukkan kepalanya, telinganya begitu merah, namun samar-samar pipinya terlihat memucat.

“Ahyon, sebenarnya apa yang ada dalam pikiranmu!”

Hyesang mengulurkan tangan dan mengusap dahinya, berkata dengan nada yang tidak berdaya, “Tempatku jauh lebih dekat dari sini, besok pagi lebh mudah kalau ingin mengantarmu berangkat kerja. Sekarang sudah jam 1 dini hari, kalau harus bolak balik, maka kamu sudah tidak perlu tidur lagi.”

Ahyon menggigit bibirnya dengan canggung.

Lalu ia dibawa pulang Hyesang ke apartemennya.

Ahyon sama sekali tidak merasa asing dengan tempat ini, hingga saat ini, setiap sudut di apartemen ini penuh dengan jejak kenangannya.

Dilemari dipenuhi oleh pakaiannya, didalam kamar mandi masih terpajang produk perawatan kulit dan perlengkapan mandi yang biasa ia gunakan, setelah meletakkannya sampai expired, diganti dengan yang baru, setelah mengganti beberapa kali akhirnya berhasil menunggu dia kembali.

“Kamu tidur kamar utama, aku tidur di ruang kerja, masih ada pekerjaan yang harus kuselesaikan. “ Hyesang melepas jaketnya sambil berjalan ke ruang kerja di lantai dua.

Ahyon berada dikamar seorang diri, setelah mandi sesaat, ia sama sekali tidak merasa mengantuk, ia duduk termenung didepan jendela, lalu membuka laci meja rias dan mengeluarkan kertas juga pensil.

Buku gambar dan juga pensil yang berada didalam laci meja rias ini dia yang meletakkannya.

Sampai sekarang masih berada disana dan tidak berubah tempat.

Ahyon membuka buku gambarnya, menggunakan tangan kirinya menggambar garis yang simple, perlahan garis-garis itu membentuk sebuah gambar, itu merupakan jas pria, style Eropa yang klasik, di kerahnya terdapat sulaman benang brwarna emas dan juga border yang bergaya Baroque.

Ahyon menggambar lekuk detail jas, lalu menggigit ujung pensil seperti biasanya, ia sedang memikirkan harus memberikan warna apa pada jas ini, warna hitam membuat kesan dewasa dan mapan, warna biru gelap lebih sesuai.

Ada lagi, untuk bahan jas … tokk tokk tokk, terdengar suara pintu diketuk, memotong lamunan Ahyon.

“Ada apa?” dia bertanya.

“Buka pintu.” Suara pria diluar hanya mengatakan dua kata dengan singkat.

Ahyon berkata dengan nada menolak, “Aku sudah tidur.”

“Sudah tidur masih bisa bicara?” Hyesang tersenyum dengan nakal, “Ahyon, kamu mau membukakan pintu, atau aku ambil kunci cadangan?”

Dia baru mengatakannya, pintu didepannya sudah terbuka dan memperlihatkan sebuah celah.

Ahyon berdiri didepan pintu, menatapnya sambil mengerjapkan matanya yang jernih.

Hyesang sudah mengganti bajunya dengan bau rumah berwarna biru tua, dibandingkan dengan dirinya yang selalu mengenakan jas dengan rapi, membuatnya terlihat jauh lebih muda, matanya yang hitam terlihat begitu santai.

Satu tangannya menopang dnding, satu tangannya memegang air gula merah, dan mneyerahkannya kehadapan Ahyon.

“Minumlah selagi hangat.”

Ahyon refleks mengkerutkan alisnya, dia tidak pernah suka meminum minuman yang manis, terlebih lagi aroma gula merah.

“Kenapa? Apa perlu aku suapin?”

Hyesang mengangkat alisnya, ada tatapan nakal dan juga penuh maksud dalam sorot matanya.

Dulu, setiap kali Ahyon datang bulan, selama beberapa hari Hyesang akan membuatkannya air gula merah.

Dia mengelak dan tidak ingin minum, Hyesang akan menahannya diranjang dan menyuapinya satu suap demi satu suap.;lBegitu Ahyon teringat apa yang terjadi ketika itu, wajahnya langsung memerah, ia mengulurkan tangan menerima mangkuk porcelain putih, lalu meminum satu mangkuk penuh air gula merah hingga habis.

“Pintarnya.” Hyesang menerima mangkuknya lalu mengelus kepalanya seperti sedang memuji anak-anak.

Lalu ia memberikan satu kotak obat penahan sakit padanya.

Ahyon mengulurkan tangan dan menerima obatnya dengan canggung, lalu bertanya : “Masih ada yang lain?”

Hyesang menggeleng, “Istirahatlah lebih awal.”

“Hmm.”

Ahyon mengulurkan tangan menutup pintu, namun tangan Hyesang menahan pintu yang hendak ditutup.

Ahyon mengkerutkan alis dengan bingung sambil menatapnya dengan waspada.

“Tidak memberiku ciuman selamat malam dulu, calon istriku.”

Tubuh HYesang setengah bersandar di pintu, sambil menatapnya dengan matanya yang tajam.

Tanggal pernikahan mereka sudah di tentukan, bahkan gaun pengantin sudah dipilih, dia memanggilnya calon istri sama sekali tidak keterlaluan.

Ahyon mengkerutkan bibirnya, setelah terdiam sesat, ia berjinjit dan mengecup pipinya.

Lalu terdengar suara ‘Blam!’ pintu tertutup dengan kencang.

Setelah Ahyon kembali ke kamar, ia langsung menjatuhkan diri ke ranjang.

Hari meanstruasinya yang ketiga, hampir sudah tidak sakit lagi.

Meskipun perut tidak sakit, tapi kepala masih agak sakit.

Semakin Hyesang baik padanya, maka hatinya semakin merasa tidak tenang.

Dia begitu baik, namun dia dengan egoisnya mendorongnya menjauh dalam kesepian.

Ahyon memejamkan mata, pikirannya dipenuhi oleh semua kenangan yang pernah terjadi.

Kalau bukan karena dia yang bodoh, maka dia tidak akan masuk ke dalam jebakan Risma Mirah.

Kalau dia tidak pergi mengejar Hyesang, maka dia tidak akan mengalami kecelakaan hingga kehilangan anaknya.

Ketika itu dia tidak sanggup mempertahankan anaknya, dan sekarang dia masih ingin dengan egoisnya membiarkannya menemani dirinya menerima akibatnya.

Ahyon tiba-tiba merasa sangat sakit, dadanya sakit sampai rasanya ingin meledak.

Kedua tangannya mencengkram selimut didadanya dengan begitu erat, airmata mengalir dengan begitu deras.

Dia berusaha keras bangkit, membuka obat yang diberikan oleh Hyesang, setelah menelan dua tablet, baru kembali berbaring di ranjang.

Sayangnya, obat pereda sakit hanya bisa meredakan sakit pada tubuhnya, sama sekali tidak bisa meredakan sakit di dadanya.

Ahyon hampir tidak bisa tidur sepanjang malam, sampai langit sudah mulai terang baru tertidur lelap.

Ketika dai terbangun kembali sudah jam 10 pagi.

Dia bangkit dari ranjang, setelah mandi dengan singkat, ia berganti pakaian dan bersiap berangkat.

Dia tidak menyangka kalau Hyesang masih ada di rumah.

“Aku melihatmu tertidur dengan sangat lelap sehingga tidak membangunkanmu. Aku sudah menelfon Risma dan meminta ijin setengah hari untukmu.” Kata Hyesang.

“Oh.” Ahyon menjawab dengan murung, ia mengangkat tangan menyibak rambut panjangnya, lalu bertanya lagi, “Kenapa kamu masih belum berangkat kerja?”

“Aku juga ijin setengah hari, putra Paman Zhou menikah, ia memintaku untuk menjadi pendamping mempelai pria.” Kata Hyesang.

“Oh.” Ahyon menjawab singkat lagi, pantas saja hari ini dia mengenakan jas yang begitu formal, rambutnya juga di tata begitu rapi.

“Ahyon, tolong bantu aku memilih dasi.” Hyesang berdiri didepan cermin merapikan pakaiannya, ia meminta dengan nada yang begitu natural.

Ahyon berjalan masuk ke ruang ganti, membuka laci, memilih sebuah dasi kupu-kupu hitam dari dalam.

Hyesang mengenakan jas pendamping mempelai pria, kalau dipadukan dengan dasi biasa akan terlihat kurang sesuai, entah apa yang dipikirkan oleh Sekretaris Sutedja ini.

Ahyon menyerahkan dasi kupu-kupu pada Hyesang, Hyesang jelas tercengang sesaat.

“Pakai ini akan lebih cocok.” Kata Ahyon.

Hyesang tersenyum, namun tidak mengulurkan tangan untuk menerimanya, malah menunjuk kerah bajunya, “Bantu aku mengenakannya.”

Ada rasa tidak berdaya dalam tatapan mata Ahyon, rasanya dia seperti mencari masalah untuk diri sendiri.

Namun Ahyon tetap berjalan mendekat, dengan sedikit berjinjit mengenakan dasi kupu-kupu dengan wajah yang serius.

“Sudah.” Kata Ahyon.

Dia baru ingin mundur, Hyesang sudah merangkul pinggangnya yang ramping, “Temani aku pergi, kamu juga kenal dengan Paman Zhou.”

Wakil Sekretaris Daerah Zhou yang menjadi komite politik provinsi dan Dimas Sutedja merupakan teman, hubungan kedua keluarga cukup baik.

Dulu, Hyesang sempat mengajak Ahyon makan ke rumah kediaman Keluarga Zhou, Nyonya Zhou memasak makanan enak.

Ahyon mengingat kembali wajah orang Keluarga Zhou, membuatnya refleks menggeleng.

Novel Terkait

Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu