Suami Misterius - Bab 546 Aturan Bermain

“Dengar-dengar Rudy selalu rendah hati, tidak akan menampakkan diri di depan umum dan wartawan, kenapa kamu bisa mengenalnya ?”

Elanos Rugos tidak mengerti.

Milan mengelus rambutnya, lalu berkata dengan penuh kebanggaan :”Acara pernikahan Rudy ada mengundang berbagai wartawan, aku ikut pergi sama seorang teman wartawan, pernah melihat dari jauh.”

“Oh.”

Elanos menjawabnya dengan nada kecewa, Rudy sudah beristri ya.

“Sudahlah, jangan jatuh cinta.

Cepat ikut aku masuk.

Kamu dalam setengah tahun ini tidak pernah terima peran yang baik, kalau terus berlanjut seperti ini lagi, kamu tunggu saja terlupakan sama penonton”

Milan mendesaknya.

“Aku tidak mau pergi.”

Elanos berkata dengan keras kepala, “Suruh aku tidur bersama lelaki yang tua dan gemuk ini, aku bisa mati karena merasa jijik.”

“ Elanos, kamu harus tahu ya, kamu bisa berjalan sampai sini karena tidur bersama orang atasan, masih berani memilih lagi ?

Lelaki muda yang tampan dan kaya begitu berkedudukan.

Kamu mau tidur dengan lelaki pilihanmu, kamu mengira dirimu seorang tuan putri atau ratu !”

Milan berkata dengan nada tidak sabar, menarik lengannya dan berjalan masuk lagi ke clubhouse.

……

Pada saat ini, di dalam clubhouse.

Di sebuah sudut tempat yang dibatasi, tempatnya telah terpisah dengan dunia luar, namun tetapi bisa melihat segala situasi di luar.

Rudy duduk di atas sofa, setelan jas yang hitam berpadu indah dengan kegelapan di seluruh sisi ruangan.

Satu tangannya sedang memegang kaki gelas kristal, sambil sedikit menggoyangkan, anggur di dalam gelas bergerakan sesuai gerakannya.

“Aldio, kamu berulah apa lagi ?”

Raymond bertanya dengan gaya hilang kesabaran.

Tangan Aldio sedang memegang pitcher berisi anggur, lalu menuangkan anggur ke dalam gelas di hadapan Raymond.

Pada ekspresi wajahnya, ada senyuman yang membawa sindiran, “Tentu saja mencari kalian buat ikut merayakan.”

“Merayakan apa ?

Kamu naik pangkat atau naik gaji ya atau istrimu meninggal dunia ya ?

Oh, kamu masih belum beristri, kamu jangan kasih tahu aku, kalau kamu sudah mau menikah ya, aku tidak ada uang untuk membeli hadiah pernikahanmu.”

Raymond berkata dengan tampang berlebihan.

“Mati pelit saja dirimu.”

Aldio tertawa, sambil mengulurkan tangan untuk memukul bahu Raymond.

Dia memegang pitcher berisi anggur, menuangkan anggur untuk Rudy, namun telapak tangan Rudy yang besar malah menahan di atas tangannya, menghalangi gerakannya.

Rudy menatapnya, dengan bola mata yang jernih, seolah-olah dapat menembus segalanya.

Aldio tidak bisa mempertahankan senyuman di wajahnya lagi, akhirnya menyimpan kembali reaksinya yang tidak peduli, dia kembali duduk ke sofa di samping, lalu mengangkat gelas anggur di hadapannya, setelah meneguk sepuasnya, dia berkata dengan nada sindir, “Revaldo sudah meninggal dunia, tidak perlu merayakan dengan senang ria ya ! Pagi tadi, aku sengaja menyuruh orang menyalakan petasan, menyalakan satu jam lebih di depan kantor."

Rudy menatapnya, sedikit mengerut bibir, tetap saja tidak berkata apapun.

Raymond mengeluh nafas, mengulurkan tangan untuk menepuk bahu Aldio, sebagai tanda menghibur.

Di antara mereka bertiga, selain Rudy, orang yang paling ingin mematikan Revaldo, adalah Aldio .

Aldio mengendalikan perusahaan hiburan milik Sutedja Group, perusahaan yang paling menguntungkan di seluruh Sutedja Group.

Revaldo telah lama mendambakan perusahaan itu, sehingga tentu saja harus turut melawan Aldio .

Pada saat itu, Aldio berpacaran dengan seorang mahasiswi, Revaldo membayar beberapa preman, menyuruh mereka memerkosa mahasiswi itu secara bergiliran.

Pada saat itu gadis tersebut baru berumur dua puluhan, bahkan Aldio juga tidak tega menyentuhnya, sudah langsung dirampas begitu saja.

Gadis itu tidak bisa menahan tekanan sebesar ini, sehingga bunuh diri pada esok harinya.

Gadis ini adalah anak tunggal pada keluarganya, kedua orang tuanya adalah dosen di kampus, tiba-tiba kehilangan anak satu-satunya, pasangan suami istri itu menjadi tua dalam seketika.

Sebenarnya, gadis ini bukan pacar pertamanya Aldio, tentu saja juga bukan yang terakhirnya.

Aldio dalam menghadapi wanita, dasarnya memang dingin, banyak wanita yang pernah pacaran dengannya, dia bahkan sudah lupa dengan nama mereka.

Namun dia ingat dengan gadis ini.

Ingat dengan reaksi kematiannya, ingat dengan wajah orang tuanya yang bersedih hati, semua ini seolah-olah telah memahat di dalam otaknya.

Beberapa kalinya pada pertengahan malam, dia bermimpi gadis itu, yang kadang kalanya tersenyum padanya dan kadang kalanya menangis padanya.

Aldio bahkan pernah bermimpi kalau seluruh tubuh gadis itu sedang berlumuran darah, setelah itu, dia terbangun kekagetan.

“Pagi ini, aku sudah pergi menjenguk Mimi dan juga berjamaah di depan kuburannya, sambil memberitahunya, orang yang mencelaki dirinya telah meninggal, dia sudah bisa pergi dengan tenang.”

Raymond selesai mendengarnya, langsung terdiam, dia mengangkat gelas anggur, lalu bersentuhan dengan gelasnya Aldio dan meneguk habis.

Dalam hati Raymond berpikir : Revaldo yang sialan itu, memang terlalu gampang baginya dengan mati begitu saja.

Orang seperti ini harusnya masuk neraka.

Reaksi wajah Rudy tetap saja sangat datar, namun tatapan bola matanya, tetap saja terkesan dingin.

“Aldio, orang yang meninggal telah pergi dengan tenang.”

Aldio mengangguk, mengulurkan tangan untuk mengelus matanya dan berkata lagi, “Dua hari yang lalu aku pernah menjenguk kedua orang tuanya, kondisi tubuh mereka masih sehat, sudah mengangkat seorang anak gadis, umurnya hampir setara dengan Mimi tahun ini sudah mau wisuda.

Aku sedang berpikir, mengaturkan jabatan yang cocok untuknya, agar dia bisa melatih dulu di kantor.”

“Harusnya memang begitu.

Kamu kirimkan data gadis itu padaku, aku mengaturkan jabatan yang santai di kantor pusat untuknya.

Jangan atur di kantormu itu lagi, dunia hiburan begitu kacau, jangan membawa pengaruh yang tidak baik pada gadis ini.”

Raymond berkata.

“Gadis itu lumayan cantik, aku tidak tenang kalau menyerahkan padamu.”

Aldio berkata.

“Aku tidak pernah turun tangan sendiri.”

Raymond berkata dengan gaya serius.

“Sudahlah, kelinci jantan keburu kawin.”

Aldio bercanda.

“Pergi !”

Raymond mengulurkan kaki dan menendangnya, Aldio tersenyum menghindari tendangan.

Ketika mereka sedang bercanda, terdengar suara tangisan yang muncul tiba-tiba dari tempat di depan ruangan mereka.

Di depan ruangan mereka, juga ada ruangan terbuka, ada beberapa lelaki dan wanita yang duduk di dalam, permainannya tingkat dewasa.

Di atas meja marmer hitam yang besar, seorang wanita yang memakai rok pendek sedang berbaring di atas, wajahnya dipenuhi air mata.

“Lepaskan aku, aku hanya temani minum, bukan datang menjual diri….”Lelaki yang tindih di atas tubuhnya adalah seorang lelaki gemuk, kelihatannya lumayan muda, paling juga hanya berumur tiga puluh tahun, saat ini sedang memaki dengan tampang hilang kesabaran, “Buat apa pura-pura lagi, berpakaian genit seperti ini, bukannya hanya menanti bayar tinggi saja.

Jangan-jangan merasa aku tidak sanggup bayar ya !”

“Tuan Arban, Mimi beneran hanya temani tamu minum dan makan saja. Anda begitu berkedudukan, jangan menyusahkan gadis kecil ini lagi.”

Milan berdiri di samping tuan Arban, membungkukkan pinggang dan menyanjungnya, namun malah didorong jauh oleh lelaki tersebut.

Milan jatuh terduduk di lantai, kepalanya terbentur pada sudut meja, lukanya telah memar, namun dia tidak berani bersuara apapun.

Tuan Arban ini adalah anak tunggal komandan Arban di militer, siapa berani melawannya.

“Gadis kecil ?

Beneran masih perawan atau bukan, harus di coba dulu baru bisa tahu.”

Tuan Arban ini tersenyum dengan tampang mesum, satu pahanya terus menekan pada tubuh Elanos, tangannya telah mengulur ke dalam rok di tubuhnya.

“Aa ! Lepaskan aku !”

Elanos menjerit dengan ketakutan, dia terus memberontak, wajahnya telah pucat ketakutan.

Namun orang di sekeliling tidak ada maksud untuk menolongnya, malahan tertawa heboh.

Jelas sekali, adegan ini sering terjadi di dalam clubhouse, semua orang sudah terbiasa, bahkan beranggapan adegan ini sebagai tontonan kesenangan mereka.

Pada zaman sekarang, manusia memang banyak yang bersifat dingin dan kurang kepedulian.

Lagi pula, tempat seperti clubhouse memang terkesan kacau, apabila Elanos telah menginjak masuk, seharusnya sudah harus mengerti aturan bermain di tempat ini, namun sekarang dia menjerit bagaikan wanita suci, malahan membuat orang merasa terlalu berpura-pura.

“Jerit, jerit sekuatnya. Kamu semakin menjerit, aku semakin gairah. Pantas saja bisa menjadi artis, aktingnya begitu nyata, seru sekali.”

Satu tangan tuan Arban menekan tubuh Elanos, satu tangannya lagi bermaksud melepaskan tali pinggang sendiri.

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu