Suami Misterius - Bab 510 Janji Hampa

“Hyesang, apakah kamu terluka?” Ahyon terlihat pucat, bertanya dengan wajah panic.

Hyesang menggeleng, ia mengangkat lengan baju yang sobek tergores pisau, namun itu sama sekali tidak melukainya.

Akhirnya jantung Ahyon yang hampir lepas bisa merasa tenang sekarang.

“Jangan takut, aku tidak apa-apa.” Hyesang merangkulnya sambil menelpon kantor polisi pusat kota.

Kemudian mobil datang dan membekuk dua orang pencopet itu masuk ke dalam mobil polisi. Polisi yang bertugas mengangguk hormat pada Hyesang dan berkata, “Sekretaris Hyesang, berdasarkan prosedur, anda perlu ikut ke kantor untuk memberikan keterangan.”

“Hm, hari ini aku tidak sempat, besok pagi aku akan kesana.” Hyesang berkata.

Polisi segerang mengangguk dan berkata dengan sopan, “Maaf merepotkan anda.” Lalu pergi dengan mengendarai mobil polisi.

Menghadapi kejadian seperti ini, mereka sudah tidak punya suasana hati untuk makan lagi, Wenwen juga cukup shock karena kejadian ini.

Hyesang mengantar Wenwen pulang, lalu mengingatkan, “Kejadian hari ini jangan beritahu kakek dan nenek, jangan buat mereka khawatir, mengerti.”

Hyesang membuka pintu, lalu berjalan ke belakang mobil untuk membuka bagasi mobil dan mengeluarkan sebuah tas belanjaan.

“Ini untukmu.” Hyesang menyodorkan tas belanja ke depan Ahyon.

Ketika Ahyon melihat logo GR di tas itu, kurang lebih ia sudah bisa menebak apa isi didalamnya.

Dulu, ketika desain baju pertamanya dipasarkan, penjualannya sangat bagus.

Dia menemaninya berdiri didepan toko, melihat para wanita yang masuk toko dan mencoba baju yang ia buat. Ia tersenyum dan berkata, “Kamu jauh lebih cantik dari mereka jika memakainya.”

“Tidak tahu, aku tidak pernah mengenakannya, mana ada desainer yang mengenakan baju yang ia desain sendiri, itu terasa sangat canggung.” Ahyon berkata sambil tersenyum.

Dia baru mengatakannya, Hyesang sudah berjalan masuk ke dalam toko dan membelikan pakaian berukuran M untuknya.

Dia berkata : “Kelak, semua baju yang kamu desain, aku akan membelikannya untuk diberikan padamu.”

Hari itu, dia didalam ruang kerjanya memintanya untuk membungkus semua baju karyanya yang berukuran M.

Sebenarnya, apa yang ia janjikan padanya tidak pernah ia ingkari.

Namun janji mereka untuk bersama selamanya, malah ditakdirkan untuk tidak akan terwujud selamanya.

Tatapan Ahyon tertuju pada kantung itu, menarik pikirannya yang melayang ke masa lalu untuk kembali ke kenyataan, lalu berkata dengan datar : “Tidak menerima imbalan tanpa jasa.”

“Kamu sudah menemani Wenwen sepanjang hari, anggap ini untuk membalas budimu.” Hyesang berkata dengan tegas.

Ahyon tidak ingin bersikeras, sehingga mengulurkan tangan dan menerimanya, lalu berkata dengan datar, “Terima kasih.”

Ahyon berbalik menuju pintu setelah menerima kantung itu, melangkah masuk ke dalam lift.

Ia baru mengulurkan tangan menekan tombol lantai lift, pintu lift kembali terbuka, Hyesang melangkah masuk ke dalam lift dengan langkah santai.

Ahyon refleks mengkerutkan alis, “Hyesang, apa lagi yang kamu inginkan?”

“Aku masuk lift apakah mengganggumu? Nona Ahyon, lift adalah fasilitas umum.” Hyesang tersenyum sambil berkata dengan nada menggoda.

Ahyon mengkerutkan bibirnya sambil memelototinya, lalu tidak lagi bicara.

Lalu ketika sampai di lantai tujuan, Hyesang ikut keluar bersamanya.

Ahyon mengeluarkan kunci dan ingin masuk ke dalam rumah, Hyesang juga ingin ikut masuk, namun ia hadang didepan pintu.

“Tuan Hyesang, rumahku bukan fasilitas umum. Kalau anda tetap ingin menerobos masuk, aku akan lapor polisi. Menerobos rumah orang tanpa ijin itu melanggar undang-undang.”

Akhoyn berkata dengan wajah serius.

Wajahnya yang serius malah membuat Hyesang semakin tertarik, dia sengaja menarik panjang nada bicara, “Lapor polisi ya, boleh juga, ayo cepat, aku tunggu disini.”

Tubuh Hyesang yang tinggi dan besar bersandar di pintu sambil menyilangkan kedua lengannya, senyum santai mengembang diwajahnya.

“Hyesang, kamu sungguh brandal!” Ahyon berkata dengan kesal.

Namun Hyesang malah mengelus kepalanya dengan lembut dan penuh kasih, “Aku haus, berikan segelas air untukku. Aku jamin setelah minum aku akan pergi.”

Ahyon tidak berdaya terhadapnya, hanya bisa berjalan ke dapur, lalu menuangkan segelas air hangat untuknya.

Dia berjalan keluar dari dapur dengan membawa gelas berisi air, lalu berjalan kedepan Hyesang untuk memberikan gelas padanya.

Hyesang menerima gelas sambil tersenyum, setelah minum seteguk, ia mengangkat alis sambil berkata, “Manis? Pakai gula?”

“Bagaimana mungkin. Lidahmu bermasalah.” Ahyon memelototinya.

“Ini benar-benar manis, kalau tidak percaya coba saja.” setelah mengatakannya, bibir Hyesang langsung menempel di bibirnya, dan tenaganya cukup kuat.

Otak Ahyon tiba-tiba menjadi blank, ciuman yang begitu kuat dan dalam sama sekali tidak siap ia terima.

Nafas yang begitu pekat mengepungnya, aroma tubuhnya begitu segar namun asing, tapi juga terasa begitu familiar, familiar sampai membuat Ahyon ingin sekali menangis.

Namun ia tidak menangis, melainkan berusaha meronta dengan kuat.

Satu tangan Hyesang merangkul tubuh Ahyon, telapak tangannya memegang pinggulnya yang langsing, semkain dia memberontak, semakin erat pelukannya.

Ciumannya tidak ringan, membuat Ahyon hampir tidak bisa bernafas.

Ketika Ahyon sedang khawatir apakah dia akan kehabisan nafas, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka, lalu terdengar suara pria yang begitu ia kenal, “Waw, ada apa ini?”

Wajah Ahyon menjadi panas, ia menggunakan seluruh tenaganya untuk mendorong Hyesang.

Hyesang melepaskannya, nafasnya terasa berat, dadanya naik turun tidak beraturan. Namun Hyesang dengan cepat kembali normal, ia melihat kearah pintu dengan tatapan yang datar.

“Sepertinya aku datang tidak tepat waktu.” Tangan Ramzez dimasukkan kedalam kantung, bicara sambil mengangkat bahunya dengan tidak berdaya.

“Baguslah kalau tahu.” Hyesang melempar satu kata dengan santai, lalu tatapannya kembali tertuju pada Ahyon, tatapan matanya yang tajam terasa begitu panas.

Ahyon merasa canggung karena dipandang dengan tatapan seperti itu, ia memalingkan wajah, sengaja menghindari tatapannya, lalu berkata pada Ramzez, “Kenapa kamu bisa datang kesini?”

“Besok si pak tua memintaku mewakilinya menghadiri acara pertunangan cucu tertua Keluarga Sutedja, hotelnya ada didekat sini. Sehingga aku sekalian datang mampir menengokmu, besok berangkat dari sini, sehingga tidak perlu berangkat pagi.” Ramzez berjalan masuk dan duduk di sofa, kakinya diangkat dan ditumpu di kaki yang lainnya.

“Malam ini kamu tidur di kamar ibu saja, sepreinya baru saja ku ganti.” Ahyon berkata padanya.

Ramzez mengangguk, melihat kearah Hyesang, “Sekretaris Sutedja juga akan menghadiri acara besok bukan, istirahatlah lebih awal, sampai jumpa besok.”

Setelah mengatakannya, Hyesang melambaikan tangan kearahnya sebagai isyarat mengantar tamu.

Hyesang menyerahkan gelas kosong pada Ahyon, lalu berkata dengan senyum lirih, “Sudah habis airnya, aku sudah harus pergi sekarang.”

Setelah mengatakannya, ia sengaja mendekatkan wajahnya, berbisik dengan suara yang hanya terdengar oleh mereka, “Manis sekali.”

Ahyon merasa pipinya panas, ia menundukkan kepala dan tidak bicara.

Hyesang mengambil jas yang ia letakkan di atas sofa, kaki jenjangnya melangkah keluar rumah. Pintu rumah terbuka lalu tertutup, suasana kembali hening.

Ramzez bangkit berdiri dari sofa, berjalan ke depan jendela, melihat mobil hitam Hyesang menghilang di kegelapan malam.

“Kalau bukan karena aku tiba-tiba datang, malam ini kamu berniat membiarkannya menginap?” Ramzez berkata dengan santai, namun tatapannya begitu tajam dan dalam kearah Ahyon.

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu