Suami Misterius - Bab 48 Pamer Kemesraan

Tidak ada kepanikan dan ketakutan di wajah Sona, dia malah tersenyum, “Aku memang berbohong padanya, lalu kenapa. Emangnya kamu jujur? Sampai sekarang dia masih belum tahu identitasmu yang sebenarnya!”

“Jangan berdalih, aku akan pergi mencari Rusmana sekarang, aku ingin menyanggah kebohonganmu, kamu wanita jahat, kamu si pembunuh.” Sonia menggeram tak terkendali, berbalik dan berlari keluar, tapi ditarik oleh Sona.

Sona terlihat lemah, tetapi dia terlahir di keluarga nelayan, sebenarnya dia tidak lemah, dia sangat kasar, kedua tangan Sonia ditahan olehnya, tidak bisa bergerak sama sekali.

Wajah Sona yang cantik menunjukkan ekspresi kejam, dan mengancam: “Bagaimana kamu mengeksposku? Memberitahu Rusmana bahwa dirimu sebagai putri duyung yang menyelamatkannya? Apakah kamu tidak takut dia akan memotongmu dan menjadikan sup!”

“Kamu tak tahu malu, lepaskan aku!” Sonia berjuang keras dan tanpa sadar menampar Sona.

"Cut!" Sutradara Chen berteriak dengan mikrofon dan berteriak dengan nada serius, “Clara, apa yang kamu lakukan? Kamu sedang memukul seseorang atau menggaruk gatal!”

Tadi telapak tangan Clara hanya menempel wajah Yunita dan pelan-pelan melewatinya, itu bukan menampar tapi menyentuh.

“Maaf, aku akan mengulanginya lagi.” Clara meminta maaf kepada sutradara dan staf dari berbagai departemen dengan sikap yang baik.

Kemudian, dia berulang beberapa kali berturut-turut, Sutradara Chen mempertanyakannya dengan marah, “Kalau kamu tidak pernah menampar orang, kamu kembali dan latih dengan baik, tidak ada 'vas bunga’ di dalam pertunjukanku.”

Yunita pura-pura berkata pada Clara: “Clara, kita sama-sama sebagai aktor, kamu menamparlah dengan kuat, jangan merasa tertekan.”

“Aku tahu, kakak.” Clara menundukkan kepalanya menjawab, tapi hatinya sangat senang, yang dia tunggu adalah kata-kata Yunita.

Kalau sejak awal dia langsung menampar Yunita dengan kuat, pasti akan membuat orang lain merasa curiga, tapi setelah ini, baik sutradara Chen maupun Yunita sendiri, semuanya meminta dia untuk menamparnya dengan kuat. Jadi Clara tidak akan segan pada Yunita lagi.

“Semua departemen bersedia, kita ulangi lagi.” Sutradara Chen duduk kembali ke posisinya dan memberi perintah menggunakan mikrofon.

Adegan yang sama, Clara dan Yunita mengulanginya belasan kali, dan tidak ada kesalahan sama sekali, pertunjukannya sangat bagus, sampai tembakan terakhir, Clara mengangkat tangannya, hampir menggunakan seluruh tenaganya, menampar wajah kiri Yunita dengan keras.

Clara merasa seluruh tangannya menjadi kebal, dapat dibayangkan betapa sakitnya wajah Yunita.

Tetapi di depan umum, meskipun sakit, Yunita tetap harus menahannya, hanya dengan begini dia baru bisa menunjukkan betapa profesional dirinya.

“Oke, sudah boleh. Hari ini sampai sini.” Sutradara Chen berdiri dan berkata.

Clara berkata pada staf berbagai departemen dengan sopan: “Telah merepotkan semuanya.”

Kemudian, dia pura-pura bertanya pada Yunita, “Kakak, apakah kamu baik-baik saja? Apakah tamparanku terlalu keras?”

“Tidak apa-apa, Clara, hari ini pertunjukanmu lumayan baik.” Di bawah pandangan semua orang, Yunita hanya bisa tersenyum pada Clara.

Asistennya Imori bergegas datang, mengambil handuk dingin dan menyerahkan padanya.

Yunita menempelkan handuk di wajah kirinya, menundukkan kepalanya, dan berjalan masuk ke ruang istirahat.

Ruang istirahat pribadi, AC disetel 28 derajat, suhunya pas.

Yunita duduk di sofa, dan seluruh wajah sebelah kirinya ditutupi handuk besar, wajah sebelah kanan yang terbuka terlihat suram dan buruk.

“Kakak Yunita, apakah Clara sengaja melakukan ini! Hanya berakting, haruskah dia begitu kejam.” Imori berkata.

Yunita mendengus dingin, “Sekarang aku juga tidak dapat membedakan apakah dia sengaja atau tidak!”

“Kakak Yunita, oles sedikit obat untuk mengurangi pembengkakan.” Imori mengeluarkan salep dari kotak kosmetik dengan lincah, dia mengoleskannya dengan hati-hati di wajah Yunita.

Tapi wajah Yunita bengkak, dia mengerutkan kening, dia kesakitan ketika menyentuhnya, “Sangat sakit, aku melakukannya sendiri.”

Yunita mengambil salep dan mengoles sendiri di depan cermin.

Imori mundur ke samping dengan hati-hati dan tidak mengatakan apapun.

Yunita melihat dia berpenampilan bagaikan seorang menantu yang kesal, nadanya menjadi lembut, “Mengapa kamu sekarang menjadi ceroboh, lain kali harus lebih hati-hati.”

“Ya, kak Yunita.” Imori tersenyum berkata.

Yunita terus mengoles, dan terdengar suara ribut di luar ruang istirahat.”

“Mengapa di luar begitu bising, kamu pergi dan melihat apa yang terjadi?” Yunita memerintahkan asistennya.

Imori tidak berani menunda, dia segera keluar dan bertanya, ketika dia kembali, dia membawa dua cangkir kopi Starbucks dan sekantong buah-buahan.

“Sutradara Chen membagi bonus?” Yunita melihat benda-benda yang ditenteng olehnya dan bertanya.

“Bukan. Pacar kakak Lauren datang mengunjunginya, aku dengar itu adalah Tuan muda keluarga Nalan, dia tinggi dan tampan, lalu mentraktir semuanya minum kopi dan membawakan beberapa kotak buah-buahan.” Imori tahu Yunita suka makan mangga, jadi dia sengaja memilih salah satu yang terbesar dan paling merah, lalu memberikan padanya.

Wajah Yunita tiba-tiba menjadi suram tanpa sebab, dan langsung melemparkan mangga ke tong sampah di bawah kakinya, “Aku tidak suka makan mangga, buang semuanya.”

Selesai berkata, dia berdiri berjalan ke jendela, dan mengulurkan tangan membuka jendela.

Dari jendela kebetulan terlihat lokasi syuting, Lauren berdiri lembut di samping Nalan Qi, Nalan Qi merangkul bahunya dan tersenyum ramah.

“ Lauren adalah artis baru, tolong lebih memperhatikannya....”

“Semuanya sangat baik padaku, kamu tidak perlu terlalu khawatir.” Lauren mengangkat dagunya dan tersenyum manis. Saat ini, Clara dan Melanie kebetulan berjalan melewatinya, dia segera memanggil.

"Clara." Lauren mengambil kopi dan menyerahkannya kepada Clara, “Clara, aku memperkenalkannya, ini adalah pacarku Nalan Qi, keluarga Nalan, kamu seharusnya pernah mendengar.”

Clara tersenyum mengambil kopi, memandang Nalan Qi dengan pandangan jernih, dan mengamatinya dengan murah hati.

Melanie sama sekali tidak segan, langsung mengambil sekotak buah, Tuan Nalan, terima kasih.”

“Sama-sama.” Nalan Qi memasukkan satu tangan ke saku celananya, dan berpenampilan seperti pria sejati. Dia memandang sosok punggung Clara pergi menjauh, mata di balik kacamata menunjukkan tatapan licik.

……

Melanie mengangkat sekotak buah, perlahan-lahan ikut di belakang Clara dan berjalan menuju ke arah hotel.

“Lihat tingkahnya yang sombong, hanya beberapa cangkir kopi dan beberapa kotak buah, dia langsung berpenampilan tidak sabar ingin menikah dengannya. Emangnya empat keluarga besar sangat luar biasa!” Melanie berkata dengan iri.

“Empat keluarga besar tentu sangat luar biasa, semua gadis di kota A telah berusaha sekuat tenaga ingin menikahi empat keluarga besar.” Clara menyindir.

Melanie mengerutkan bibirnya, bergumam: “Pamer kemesraan akan mati lebih cepat.”

Clara tersenyum tak berdaya, “Keluarga Nalan adalah kepala konstruksi, dan ayah Lauren bertanggung jawab atas konstruksi, jadi mereka bersama hanyalah pernikahan bisnis, tidak perlu diragukan.”

Novel Terkait

Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu