Suami Misterius - Bab 463 Sesuatu Yang Tidak Bisa Diubah

Rudy Sutedja menatap Raymond Christian dengan serius, nada suaranya sangat santai tetapi perkataannya serius. "Masa depanku penting atau reputasi Clara Santoso dan masa depan Wilson yang lebih penting? Sebagai seorang suami dan seorang ayah, jika aku tidak turun tangan, Wilson akan dicap sebagai anak yang tidak sah dalam hidupnya."

"Tapi ..." Raymond Christian ingin membantah, tetapi Rudy Sutedja menghentikannya.

Rudy Sutedja menepuk pundak Raymond Christian dan tersenyum hangat, "Nanti setelah kamu menikah dan punya anak, kamu akan mengerti tanggungjawab seorang laki-laki terhadap keluarga. Jika aku sendiri bahkan tidak bisa melindungi istri dan anakku, percuma saja aku hidup."

Setelah selesai berbicara, Rudy Sutedja mematikan rokoknya, kemudian berjalan pergi.

Dua hari kemudian, Group Sutedja mengadakan konferensi pers.

Di lokasi pengadaaan konferensi, semua media besar dan kecil dari kota A hadir di sana.

Presiden Sutedja yang selalu rendah hati tampil pertama kali di depan umum. Karena Rudy Sutedja bukanlah tokoh publik, jadi konferensi pers hanya diadakan untuk wawancara dan tidak diperbolehkan untuk mengambil foto.

Clara Santoso dan Wilson tidak hadir, tetapi agen Clara Santoso, Luna mewakilinya. Pertemuan seperti ini, Luna lebih berpengalaman daripada Clara Santoso.

Saat konferensi, para wartawan berbicara sangat banyak dan melontarkan pertanyaan satu per satu. Untungnya, keadaannya terkontrol dengan baik dan tidak terjadi kekacauan.

Rudy Sutedja berdiri di atas panggung, mengenakan setelan jas hitam jahitan tangan, dengan postur tubuh yang menawan dan sangat tampan.

Begitu Presiden Sutedja naik ke panggung, langsung menimbulkan banyak sensasi, bahkan seorang reporter berbisik pada seseorang, "Apakah ini Presiden Sutedja? Benar-benar pria idaman, tampan sekali ..."

"Tampan dan kaya, tidak heran jika dia rendah hati. Jika tidak, wanita-wanita populer di lingkaran itu pasti kegirangan."

Suasana di bawah panggung mulai berisik, saat Rudy Sutedja berdiri di depan mikrofon, tiba-tiba suasana menjadi hening dan tak bersuara, sambil menunggu Presiden Sutedja memulai pembicaraan.

Pidato Rudy Sutedja sangat sederhana dan dia mengatakan fakta dengan jelas.

Tentu saja, Rudy Sutedja tidak mengatakan masalah cinta satu malam dan "simpanan" Clara Santoso. Rudy Sutedja mengklaim bahwa mereka berdua saling mengenal dan saling mencintai, dan kemudian memiliki anak, karena Clara Santoso masih belum cukup umur untuk menikah pada saat itu, jadi keduanya hanya Bisa bertunangan dulu, setelah melahirkan anak, Clara Santoso berusia genap 20 tahun dan kemudian mereka menikah.

Penjelasan seperti ini benar-benar sempurna. Meskipun menikah setelah memiliki anak, tetapi pemikiran masyarakat sangat terbuka saat ini,dan hal itu tidak ada yang aneh. Setiap tahun, setidaknya setengah dari klien yang diterima oleh perusahaan pernikahan mengenakan gaun pengantin dengan anak-anak mereka.

Satu-satunya kekurangan antara Rudy Sutedja dan Clara Santoso adalah hamil muda, meskipun Clara Santoso masih muda, tetapi berusia 18 tahun bukan gadis kecil.

Dengan kebidanan dan ginekologi rumah sakit saat ini, tidak jarang bagi perempuan yang berusia 17 atau18 tahun untuk melakukan aborsi. Rudy Sutedja tidak mengizinkan Clara Santoso untuk melakukan aborsi, tetapi Rudy Sutedja malah memikul tanggung jawab sebagai seorang pria. Hal ini menjadi poin tambahan di mata publik.

Kemudian tiba saatnya untuk bertanya.

Karena semuanya suda diatur oleh Raymond Christian sebelumnya, para wartawan tidak mengajukan pertanyaan rumit, dan suasana saat ini sangat harmonis.

Seseorang mengajukan pertanyaan dan bertanya mengapa Clara Santoso tidak menghadiri konferensi pers. Luna membalasnya dengan bergurau, "Tujuan konferensi pers ini adalah untuk mengklarifikasi insiden anak yang tidak sah. Perusahaan akan melakukan gugatan hukum terhadap orang-orang yang telah melakukan tindakan jahat kepada Nona Clara Santoso. Jika teman-teman reporter saat ini ingin melihat Tuan Sutedja dan Nyonya Sutedja menunjukkan kasih sayang, manajemen perusahaan akan mengatur jadwal yang sesuai untuk wawancara berikutnya. "

Kemudian, seorang reporrter bertanya kepada Rudy Sutedja, "Seperti yang diketahui bahwa pekerjaan seorang artis itu sangat sulit. Nyonya Sutedja yang sibuk dengan karirnya dan mungkin juga mengalami kesulitan untuk mengurus keluarga dan anak-anak. Menuut Presiden Sutedja, apakah Nona Clara Santoso termasuk kategori seorang istri yang memenuhi standar?

Rudy Sutedja tersenyum tipis dan menjawab: "Selama dia memperhatikan orang-orang terdekatnya dan keluarganya, di mataku, dia adalah istri yang cakap."

"Presiden Sutedja, bagaimana penilaianmu terhadap istri Anda? Apakah menurut Anda, dia sempurna?" Reporter lain bertanya.

“Tidak ada orang yang sempurna di dunia ini, Clara adalah wanita yang sangat sederhana, hatinya baik dan sederhana, hidup bersama dengannya, aku merasa sangat santai dan bahagia.” Rudy Sutedja menjawab dengan sempurna.

Luna duduk dan mendengarkannya, tetapi dalam hatinya berkata lain: Tuan muda keempat Sutedja berani juga berani berkata seperti itu, istrimu itu, berpikiran sederhana? Dia cerdas dan berbahaya.

Konferensi pers segera berakhir. Rudy Sutedja sangat sibuk dan pergi lebih awal.

Raymond Christian memerintahkan orang-orang di departemen perhubunganan masyarakat untuk menemani Luna melayani para reporter, dan masing-masing reporter diberikan hadiah kecil saat pergi.

Meskipun ini adalah hadiah kecil, tetapi Group Sutedja tidak pernah kekurangan uang. Harga dari hadiah ini tidaklah murah.

Yunita Muray bergabung dengan sekelompok reporter, dia mengenakan topi dan topeng, kartu reporter tergantung di dadanya, tetapi tidak ada yang mengenalinya. Saat pergi keluar, staf Group Sutedja dengan antusias menyerahkannya hadiah.

Yunita Muray mengambilnya tanpa ekspresi, kemudian berjalan keluar dari konferensi pers dan membukanya, ternyata isi dalamnya adalah kalung platinum halus yang bernilai setidaknya 20 juta rupiah.

Yunita Muray tersenyum, Tuan muda keempat Sutedja benar-benar murah hati.

Setelah konferensi pers berakhir, semua reporter berjalan keluar. Agar penyamarannya tidak ketahuan, Yunita Muray dengan cepat berjalan ke tempat parkir bawah tanah.

Setelah masuk ke mobil, dia tidak terburu-buru menghidupkan mesin, tetapi kedua tangan mencengkeram kemudi, wajahnya terlihat sangat marah.

Yunita Muray tidak pernah terpikir bahwa anak haram yang Clara Santoso lahirkan adalah putra kandung Rudy Sutedja.

Elaine Muray yang bodoh, waktu itu padahal ingin menjebak Clara Santoso, tetapi pada akhirnya, dia mendorong Clara Santoso ke ranjang Rudy Sutedja, sekarang Clara Santoso sudah berada di posisi atas. Mereka benar-benar harus berhati-hati.

Yunita Muray nyaris tidak bisa menahan kemarahannya, dia mengambil ponselnya dan menelepon Nalan Qi. Namun, panggilan itu tidak terjawab.

...

Nalan Qi tentu saja tidak punya waktu untuk menjawab panggilan Yunita Muray.

Nalan Qi melakukan banyak usaha sampai akhirnya dia bisa berjumpa Risma di hotel.

Kamar hotel memang sudah disiapkan sebelumnya, sepanjang jalan dari depan pintu sampai ke teras dipenuhi dengan mawar sampanye merah muda. Seluruh ruangan berbunga.

Di teras besar, pagar putih ditutupi dengan bunga. Di tengah-tengah teras adalah meja panjang dengan lilin retro. Di bawah cahaya lilin, semua jenis makanan istimewa terlihat sangat lezat.

Nalan Qi dengan sangat sopan, menarik kursi dan mempersilakan Rismauntuk duduk. Tetapi Nona Murong malah mengeluh dan cerewet.

"Buat apa menyalakan lilin di siang hari? Dan juga mengapa ruangan ini begitu banyak bunga? Benar-benar tak bisa diterima. Baunya sangat menyengat dan membuatku sakit kepala."

Nalan Qi duduk di posisi seberangnya, setelah mendengar perkataannya, wajahnya terlihat canggung. Lautan bunga romantis yang tertata apik dengan usahanya sendiri, tidak bisa diterima oleh Nona Murong.

“Jika kamu tidak menyukainya, aku akan menyuruh orang memindahkannya.” Nalan Qi berkata dengan hati-hati.

“Biarkan saja, jangan repot-repot, aku akan pulang setelah makan.” Risma melambaikan tangannya, dengan ekspresi tidak sabar di wajahnya.

Nalan Qi mengerutkan keningnya dengan spontan. Pergi? Dia hari ini tidak berencana untuk membiarkan Risma pergi. Dia memintanya ke hotel hari ini, karena ingin melakukan sesuatu yang tdak akan bisa diubah lagi di masa depan.

Novel Terkait

Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu