Suami Misterius - Bab 454 Saling Menopang

Ada edit di bab 448 31/05/2020

“Hm.” Clara mengangguk, namun kelopoak matanya masih sedikit merah. “Meskipun bukan masalah besar, namun Wilson harus terus diinfus, kedua tangannya harus terpasang jarum, sungguh kasihan.”

“Setelah beberapa hari akan membaik, anak-anak tidak serapuh yang kamu bayangkan.” Rudy berkata dengan sabar, ia mengulurkan tangan untuk mengelus kepalanya.

Clara hanya mengetatkan bibirnya tanpa bicara. Paha ayam yang diambilkan Rudy hanya digigit dan dimakan olehnya secara asal.

Setelah mereka pergi dari cafetaria, mereka naik ke lantai atas.

Ketika melewati lantai satu lift berhenti, pintu lift terbuka, ketika Clara melihat orang ynag berjalan masuk, ia tercengang.

“Ahyon?”

Begitu mendengar suaranya Ahyon langsung menoleh, meskipun Clara mengenakan masker, namun ia bisa langsung mengenalinya.

“Nona Clara.” Nada bicara dan ekspresi Ahyon datar, lalu ia menyapa Rudy, “Tuan muda Rudy, sudah lama tidak bertemu.”

Rudy mengangguk pelan sebagai tanda menjawab, matanya yang tajam agak menyipit.

Meskipun dia dan Ahyon tidak bisa dikatakan akrab, namun kenal. Ketika Hyesang berpacaran dengannya, Hyesang selalu memanggil Ahyon dengan panggilan ‘istriku’, ia bahkan memaksa Rudy untuk memanggil Ahyon dengan sapaan ‘Kakak ipar ketiga’.

Waktu berlalu, apa yang sudah berlalu tidak bisa diulang kembali, sekarang Ahyon bertemu dengannya hanya memanggilnya ‘Tuan muda Rudy’ dengan datar.

Namun sikap Clara pada Ahyon malah sangat akrab dan bertanya dengan penuh perhatian, “Kenapa datang ke rumah sakit? Tidak enak badan?”

“Ibuku masuk rumah sakit.” Ahyon menjawab.

“Kondisinya serius? Apakah butuh bantuan? Rudy kenal dekat dengan wakil kepala rumah sakit disini, mungkin bisa membantu.” Clara berkata.

Ahyon tersenyum, dia cukup senang dengan niat baik Clara, “Ini hanya penyakit lama ibuku, dokter spesialis yang menanganinya sangat paham kondisinya, sekarang sudah ditangani dengan baik.”

“Baguslah kalau begitu.” Clara mengangguk.

“Kamu, tidak enak badan juga?” Ahyon mendaratkan pandangan kearah Clara.

“Bukan, tapi anakku yang sakit.” Clara berkata dengan terbata, karena bagaimana pun tidak ada yang tahu kalau dia punya anak.

Namun Ahyon sama sekali tidak menunjukkan ekspresi terkejut ataupun penasaran, ekspresinya tetap begitu datar, dia sungguh terlalu menonjol, membuat orang yang melihatnya merasa seperti melihat biadadari.

“Akhir-akhir ini sedang pancaroba, anak akan mudah sakit, asalkan dijaga dengan teliti akan baik-baik saja.” nada bicara Ahyon tetap begitu datar, namun ketika membicarakan anak, tatapannya menjadi jauh lebih rumit.

Lift berhenti di lantai 11, Rudy dan Clara berjalan keluar lift menuju kamar rawat anak.

Ahyon lanjut naik ke lantai 17, akhirnya tiba di ruang rawat penyakit dalam.

Ketika ia berjalan sampai ke depan pintu kamar, baru ingin mengulurkan tangan untuk membuka pintu, sudah terdengar suara isak dari dalam.

“Kalian juga sudah tidak perlu menutupinya lagi, kondisi kesehatanku sendiri aku tahu. Aku tahu waktuku sudah tidak banyak lagi. Kamu punya keluarga Mirah yang melindungi, aku juga tidak perlu mengkhawatirkanmu. Yang aku khawatirkan adalah Ahyon, dia baru 20 tahunan, namun menjalani hidup seperti orang tua saja, hidup tanpa tujuan dan harapan. Meskipun aku memejamkan mata, aku tetap tidak bisa pergi dengan tenang.”

Ahyon mendengar suara ibunya, Saras, karena kondisinya yang lemah, suaranya terdengar begitu tidak bertenaga.

Setelah mendengar apa yang Saras katakan, terdengar suara Ramzez yang penuh amarah, “Kakak bisa jadi seperti ini, semuanya karena perbuatan ibu dan anak Habil juga Risma Mirah. Aku akan mengingat dendam ini, cepat atau lambat aku akan membuat perhitungan dengan mereka.”

“Semua sudah nasib.” Saras menghela, “Aku hanya berharap Ahyon bisa kembali bangkit, dengan begitu, aku bisa mati dengan tenang.”

“Ma, apanya yang mati, kamu harus hidup dengan baik. Kamu masih harus melihat aku dan kakak menikah dan melahirkan anak, lalu membantu kami menjaga anak kami.” Ramzez berkata dengan suara yang mulai tercekat.

Saras setengah merangkul putranya, airmata tanpa sadar mengalir turun, dia tahu kalau dia tidak akan sanggup bertahan sampai hari itu.

“ Ramzez, berjanji pada ibu, kalau suatu hari ibu sudah tiada, kamu dan kakakmu harus saling menopang…..”

Ahyon terus berdiri dan bersandar didepan kamar, matanya memerah karena menahan airmata.

Setelah suara tangis didalam kamar sudah mereda, Ahyon baru mendorong pintu dan masuk seolah tidak terjadi apapun.

Dia melirik Ramzez dengan datar, “Kenapa kamu sempat kesini.”

“Kebetulan satu jalan jadi mampir untuk menengok, kenapa, tidak senang?” Ramzez berkata dengan nada santai.

“Aku mana berani pada Tuan muda.” Ahyon menjawab dengan datar.

Saras menggeleng sambil tersenyum, “Kalian dua kakak beradik ini, asal bertemu pasti bertengkar, membuat kepalaku pusing mendengarnya.”

“Karena memandang ibu, aku tidak akan mempermasalahkannya.” Ramzez berkata lagi.

Ahyon tidak memperdulikannya, ia berjalan ke samping ranjang dan mengulurkan tangan untuk mengubah kecepatan infus. Lalu duduk disamping ranjang sambil bertanya.

“Aku dengar perusahaanmu sedang mencari desainer, masih ada lowongan tidak?”

Setelah Ahyon mengatakannya, Ramzez terlihat tercengang, dan Saras yang berbaring di ranjang terlihat tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

“Wah, mengejutkan sekali, akhirnya kamu bersedia keluar dari ruang kerjamu yang seperti sarang itu.” Setelah tercengang sesaat, lalu mengejeknya seperti biasanya.

Ahyon sudah terbiasa dengan sikapnya, tentu saja tidak akan memperdulikannya.

“ Ramzez.” Saras memelototinya, seolah takut membuat Ahyon marah dan berubah pikiran.

Ramzez mengangkat bahu dan berkata lagi : “Sekarang divisi desain aku yang mengurus, kamu bisa mendapatkan posisi desainer kapan saja. ada aku disana, tidak aka nada yang berani mengganggumu.”

“Aku dengar Risma juga menjadi desainer disana?” Saras berkata dengan khawatir.

“Dia?” nada bicara Ramzez terdengar penuh cibiran, “Tidak berbakat, tidak punya sense. Risma hanya gadis manja yang di sudah dibuat rusak oleh Habil. Di tanganku, dia tidak akan bisa berulah. Ma, tidak perlu mengkhawatirkan hal yang berlebihan, lagipula Ahyon tidak serapuh kertas.”

“Baguslah kalau begitu, baguslah.” Saras memaksakan diri untuk mengangguk lalu menggenggam tangan Ahyon dengan emosional, “ keluarga Mirah merupakan pusat desain didalam negri, ini merupakan tempat yang bagus untukmu, ada adik laki-lakimu disana, aku yakin kamu bisa mengepakkan sayapmu dengan bakatmu itu.”

Ahyon hanya membalas dengan senyuman, ada keterpaksaan dalam senyumnya. Dia refleks mengepalkan tangan kanannya, namun tangan kanannya seolah tidak bertenaga, sama sekali tidak bisa mengepal.

Ahyon mengerutkan bibirnya sambil menatap Ramzez Mirah, lalu berkata dengan datar : “Tanganku belum pulih. Meskipun aku sudah berlatih menggambar dengan tangan kiri, namun masih belum lancar……”

“desainer itu mengandalkan otak, tidak hanya tangan. Tidak masalah tanganmu cacat, yang penting dirimu tidak menjadi cacat.” Perkataan Ramzez sangat to the point. Dia juga terus berusaha membuatnya bangkit kembali dengan cara seperti ini.

“Aku akan menyuruh sekretaris untuk membantumu mengurus administrasi, untuk sementara kamu tidak perlu melapor ke kantor dulu, menjaga di rumah sakit membosankan, kamu bisa memanfaatkan waktu untuk menggambar beberapa sketsa dan kirimkan padaku.”

Ahyon mengangguk, setelah menahan beberapa saat, akhirnya ia berkata, “Terima kasih.”

Setelah Ramzez mendengarnya, ia tersenyum datar dan berkata, “Ma, lihat betapa rendah hatinya dia.”

Novel Terkait

Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu