Suami Misterius - Bab 393 Setiap Langkah Penuh Dengan Rintangan

“Tamu?” dia bertanya pada wanita dalam toko, suaranya lembut dan gemulai, nada bicaranya begitu halus, sangat enak didengar.

“Oh, dia menyukai cheongsam klasik itu, sudah bayar, tapi belum mengukur sizenya.” Setelah gadis itu berkata, ia menyerahkan meteran.

“Hm.” Wanita itu menerima meteran, berjalan kesamping Clara dan berkata dengan lembut : “Angkat tanganmu, aku bantu untuk mengukur. Mau dibuat ketat atau sedikit longgar?”

“Ketat saja.” Clara menjawab, tatapannya tertuju pada wanita ini dan mengamatinya.

Dilihat dari jarak yang begini dekat, kulit wanita ini begitu putih bagaikan porcelain, bersih dan tidak bercelah.

Setelah mengukur, dia membuka buku catatan yang terlihat sudah sedikit kusam, kemudian mengambnil pena dan mencatatnya, ia lalu berkata pada Clara : “Satu minggu kemudian sudah bisa diambil, atau tinggalkan alamat, kami bisa antarkan.”

“Oh, aku datang untuk mengambilnya saja.” setelah Clara mengatakannya, lalu menyerahkan sketsa gaun pengantin ke depannya.

Wanita itu hanya melihat sketsa itu dengan tenang, matanya yang indah merunduk, setelah terdiam sesaat, ia berkata, “Bawalah.”

Clara sedikit bingung, dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, sehingga ia refleks berkata : “Untuk biaya desain kamu bisa membicarakanya dengan WO, aku tidak masalah.”

Dia sudah begitu bekerja sama, Clara merasa dirinya tidak boleh terlalu pelit.

Wanita itu hanya menatapnya dengan datar dan tenang lalu berkata, “Untukmu saja.”

Clara : “……..”

Wanita itu menyerahkan nota pengambilan cheongsam pada Clara, lalu berkata dengan wajah tanpa ekspresi : “Kamu sudah boleh pergi.”

“Oh.” Clara mengambil tas dan berjalan keluar dengan linglung, baru berjalan sampai depan pintu, tiba-tiba ia teringat sesuatu, lalu berbalik sambil berkata padanya, “Terima kasih, Ahyon .”

Clara merasa nama yang tertulis diatas sketsanya pasti namanya.

Setelah wanita itu mendengarnya, ada senyum tipis yang menghiasi wajahnya. Senyumnya begitu manis, namun ada rasa pahit yang terlihat samar di balik senyumannya.

Setelah Clara pergi, wanita yang ada di toko bertanya dengan penasaran, “Kak Ahyon , kenapa kamu menyerahkan sketsa itu pada orang lain, bukankah sketsa itu sangat penting untukmu.”

Ahyon sedang menundukkan kepalanya memeriksa catatan pelanggan yang datang ke toko hari ini, begitu mendengar ini, gerakan tangannya terhenti, ia menjawab sambil menundukkan matanya : “Aku hanya membohongi diri sendiri dengan menganggapnya sangat penting. Sebenarnya aku sudah tidak membutuhkannya.”

“Tapi tidak bisa diberikan dengan Cuma-Cuma seperti itu juga. Dia adalah Clara, artis yang sedang terkenal, merupakan orang yang uangnya banyak sampai tidak tahu harus dihamburkan kemana.” Wanita itu berkata lagi.

“Artis juga orang biasa.” Ahyon berkata dengan santai, “Apalagi, bukan semuanya bisa diukur dengan uang. Dalam dirinya, aku bisa melihat kebahagiaan, terlihat begitu sempurna. Mungkin dia lebih pantas memiliki ‘Bunga Terindah’.”

……

Setelah sketsa diserahkan ke butik untuk dibuat, karena desainnya yang cukup rumit dan membutuhkan ketelitian, membutuhkan waktu hampir satu bulan untuk menyelesaikannya, dari awal pengerjaan sampai finishing membutuhkan dua kali perbaikan, akhirnya gaun pengantinnya selesai dimalam pernikahan.

Bulan 3 musim semi, merupakan hari yang begitu cerah, sebuah pesta pernikahan menggegerkan seluruh Kota A, menggerakkan lebih dari setengah dunia entertain.

99 buah mobil Porsche merah berkeliling kota, yang memimpin didepannya adalah mobil Rolls Royce yang dimodif panjang.

Akhirnya mobil berhenti didepan hotel BIntang tujuh yang berada dibawah anak perusahaan Sutedja Group.

Pendamping pengantin turun terlebih dahulu, berbaris di kedua sisi karpet merah hotel, terlihat begitu menakjubkan.

Ditengah suara petasan yang memekakkan telinga, pintu Rolls Royce terbuka, pengantin pria menggandeng penganti wanita turun dari mobil.

Rudy mengenakan jas putih, terlihat begitu tampan dan sempurna bagaikan pangeran yang ada dalam dongeng. Clara mengenakan gaun warna merah tua, terlihat menawan dan mempesona.

Keduanya berjalan ditengah kerumunan dan masuk ke dalam hotel.

Disaat ini, ballroom sudah dipenuhi oleh tamu undangan, Keluarga Sutedja merupakan pemimpin dari empat keluarga terkaya di Kota A, kekuasaan dan kehebatannya sudah tidak diragukan lagi, semua orang yang terpandang dan berkuasa di Kota A hadir disini.

Setelah sekitar setengah jam kemudian, pesta pernikahan resmi dimulai, Rudy membawa rombongan pendamping mempelai pria masuk ke dalam ballroom untuk menyapa para tamu undangan, Clara dibawah dampingan Melanie dan penata rias juga para pendamping pengantin wanita masuk ke dalam ruang ganti untuk mengganti pakaian dan memperbaiki riasan.

Dia duduk didepan meja rias, penata rias melepaskan hiasan dikepalanya dan kembali menyanggul rambut panjangnya.

“Nyonya Sutedja, anda perlu mengganti gaun anda terlebih dahulu, lalu aku akan membantu anda mengenakan hiasan dirambut dan kerudung.” Penata rias berkata.

“Melanie, dimana gaunnya?” Clara bertanya.

“Aku sudah menyerahkannya pada Kak Luna, kenapa dia masih belum tiba juga, aku telepon dulu.” Setelah Melanie mengatakannya, ia berjalan keluar dari ruang ganti.

Clara duduk di depan meja rias dengan tidak berdaya, ia menunggu sampai terkantuk-kantuk. Demi pesta pernikahan ini, dia sudah bangun sejak jam 3 subuh untuk bersiap, karena jadwalnya cukup padat dan rumit, sungguh membuat semua sibuk bukan kepalang, sedikit banyak pasti ada kendala.

Belum lama Clara menunggu, Melanie sudah kembali, namun dia tidak membawa gaunnya.

“Ketika Kak Luna dijalan kemari, ia bertemu dengan Tuan muda ketiga, lalu dia menghadang gaun pengantinmu. Suamimu sedang mengurusnya.” Melanie berkata.

Clara mengkerutkan alis sambil berpikir sejenak, ia baru ingat kalau Rudy punya kakak sepupu ketiga. Hanya saja, tuan muda ketiga merebut gaun pengantinnya untuk apa, apakah dia punya kebiasaan aneh yang hobi mengoleksi gaun pengantin?

Setelah Clara menunggu sesaat, Rudy datang, namun tidak membawa gaunnya juga.

Clara langsung mengulurkan tangan menopang keningnya, dia mulai curiga, apakah gaun ini benar-benar tidak berjodoh dengannya, ingin mengenakan gaun ini sungguh tidak mudah, setiap langkahnya penuh dengan rintangan.

“Rudy, dimana gaun pengantinku?” Clara bertanya.

Rudy berkata dengan tidak berdaya : “Kakak ketiga membawa pergi gaun pengantin itu, aku gagal membujuknya, paman kedua sedang mengutus orang. Aku sudah menyuruh Raymond meminjam sebuah gaun untuk dikenakan sementara, kalau benar-benar tidak bisa kita sesuaikan dulu.”

Clara : “…..”

Tiba-tiba dia tidak ingin bicara dengannya.

“Rudy, gaun pengantin istrimu sedang direbut oleh orang lain, kamu sebagai pria, bukannya membantuku untuk merebutnya kembali malah memintaku untuk menyesuaikan. Wanita itu hanya punya kesempatan mengenakan gaun pengantin seumur hidup sekali, kamu memintaku bagaimana menyesuaikannya!”

Rudy merangkulnya, membujuknya dengan lembut : “Kakak ketigaku adalah anak yang didapatkan paman kedua di usianya yang sudah senja, sejak kecil ia sudah terbiasa dimanjakan, ketika sudah mulai sifat egoisnya, tidak ada yang bisa menghentikannya. Aku rasa gaun itu pasti punya arti khusus untuknya.”

“Tidak perduli apa makna gaun itu untuknya, sekarang itu adalah gaunku, sama sekali tidak ada hubungan apapun dengannya.” Clara berkata dengan sangat kesal.

Rudy tersenyum, “Apa yang kamu katakan tidak salah. Namun ada barang yang punya arti tersendiri untuk seseorang.”

Dia baru selesai mengatakannya, pintu ruang rias sudah diketuk oleh seseorang. Raymond membuka pintu dan masuk dengan membawa gaun pengantin. Untuknya itu adalah gaun ‘Bunga Terindah’.

“Dimana Hyesang ?” Rudy bertanya.

“Sudah pergi.” Raymond mengangkat bahu, “Entah apa yang sedang dilakukan oleh Sekretaris Sutedja. Apakah semua orang politik selalu seperti itu!”

“ Hyesang ?” Clara mengulang nama ini, kenapa rasanya cukup familiar.

Namun dia belum semmpat memikirkannya, Rudy sudah memburunya, “Cepat ganti gaunmu, acaranya sudah akan dimulai.”

Clara segera mengganti gaun pengantinnya, ia mengenakan kerudung juga aksesoris rambut dan buket bunga segarnya, menggandeng tangan Ezra, berjalan memasuki ballroom.

Novel Terkait

Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu