Suami Misterius - Bab 391 Permen Beracun Tidak Boleh Dimakan

Setelah pintu kamar tertutup, Milki merasa tidak berdaya melirik Clara sejenak, “Mulutmu ini benar-benar hebat, lihat sudah membuat suamiku ketakutan.”

“Kamu takut aku mengungkap detail masa lalunya, aku mengungkit Mulyati beberapa kata lagi, bagaimana jika sampai membuatmu keguguran.” Clara berkata pelan.

“Lalu kamu masih membuatku marah.” Milki pura-pura menunjukkan sikap marah.

“Aku tahu kamu tidak selemah itu.” Clara mengulurkan tangan merangkul bahunya, sambil tersenyum bertanya, “ Milki, jujur saja, kamu benar-benar tidak keberatan dengan hubungannya dan Mulyati itu?”

“Bagaimana mungkin tidak keberatan.” Milki tersenyum pahit, “Namun karena sudah memutuskan mau baik-baik bersama, maka tidak boleh terus terlibat dengan masa lalu itu, jika tidak, selain menambah masalah buat diri sendiri, tidak ada keuntung apa-apa lagi.”

Clara mengangguk, mengulurkan tangan menepuk-nepuk bahu Milki, nada bicara sedikit mengejek, “Sebenarnya, juga tidak ada yang perlu dipikirkan. Aku sudah membantumu menyelidikinya, Vincent dan kakak sepupuku Mulyati tidak pernah berhubungan badan, priamu selalu menjaga badannya untukmu.”

"Mereka......" Pertama Milki merasa terkejut, akhirnya, wajah menunjukkan senyuman lega. Tapi kemudian, merasa sedikit sulit mempercayainya.

Tahap obsesi dan keterikatan Mulyati pada Vincent, rasanya ingin langsung menelannya hidup-hidup. Setelah mereka resmi berpacaran, bagaimana mungkin berpacaran tanpa tidur bersama.

"Kamu jangan membujukku lagi."

"Aku malas mau berbohong demi menghiburmu. Mereka memang tidak pernah terjadi hubungan. Pamanku tahu Vincent hanya memanfaatkan Mulyati, berada dalam pandangannya, bagaimana mungkin membuat Mulyati dirugikan. Apalagi, Vincent memang tidak ada niat seperti itu. Pria memaksa untuk meniduri wanita tidak sulit, wanita memaksa untuk meniduri pria tidaklah semudah itu."

Clara selesai bicara, berdiri dari sofa, berkeliling sejenak di dalam rumah, akhirnya, langkah kaki berhenti di depan pintu kamar bayi.

Jelas sekali kamar didekorasi dengan sepenuh hati, tempat tidur bayi kayu solid, pakaian dan mainan bayi menumpuk penuh di lemari. Di dinding tertempel stiker kartun.

“Bagaimana dekorasi di kamar? Stiker yang ada di dinding aku selesai gambar lalu mengirimnya ke pabrik untuk dibuat secara khusus. “Milki memegang perutnya, berjalan ke hadapan Clara, wajah penuh senyuman bahagia dan malu-malu.

Punggung Clara bersandar di pintu, pandangan tertuju ke perutnya, bertanya: “Kepulangan kali ini, tidak berencana pergi lagi?”

“Eng.” Milki menganggukkan kepala, “Minggu depan Vincent pergi melapor ke universitas kedokteran militer, kelak akan mengajar di kampus. Kami, tidak ingin berpisah lagi.”

Clara tersenyum, lalu berkata, “Setelah kamu pergi ke Afrika, tidak pernah menghubungiku, aku khawatir sekali. Akhirnya, kalian berdua merajut cinta di luar negeri, bahkan membawa pulang buah cinta kalian.”

Tangan Milki terus memegang perutnya, wajah dipenuhi sukacita akan menjadi seorang ibu.

“Aku tidak ingin kamu khawatir, baru tidak pernah menghubungimu.” Milki berkata dengan datar.

“Ketika aku baru ke Afrika, Vincent sakit parah sekali, sudah diisolasi. Selanjutnya, bahkan tidak bisa makan sama sekali, hanya bisa mengandalkan infus untuk bertahan hidup, setiap hari waktu tidur semakin hari semakin panjang, waktu sadar semakin hari semakin pendek.

Aku selalu menemaninya, ketika dia sadar, ngobrol dengannya. Ketika dia tertidur, aku akan berbaring di samping bantalnya, menceritakan masalah yang terjadi pada kami dulu.

Namun kondisi penyakitnya sehari demi sehari semakin parah, dokter bahkan mengeluarkan pemberitahuan penyakit kritis, menyuruhku mempersiapkan masalah pemakaman. Aku pernah mengungkit masalah menikah dengannya. Pada saat itu, pemikiranku sangat sederhana, berharap bisa menikah dengannya ketika dia masih hidup, menjadi istrinya.

Pada awalnya, Vincent tidak setuju, dia tidak bersedia menghalangi masa depanku. Begitu aku marah, langsung mulai mogok makan, setiap hari berada di kamar pasien, tidak pergi ke mana pun. Mungkin dia terdesak olehku, kami langsung melaksakan pernikahan di daerah setempat, mengadakan pernikahan kecil di kamar pasien. Dia menarik tanganku, tunggu setelah dia meninggal, menyuruh aku membawanya kembali ke tanah air, dan kubur di kota asalnya.

Dia berkata, di sini adalah tempat kami tumbuh dewasa, dan tempat kami saling menjaga dan saling mencintai.

Pada saat itu, aku juga mengira hanya akan membawa pulang guci abunya. Tapi daya hidup Vincent sangat kuat, akhirnya, dia mendapat keajaiban dan pulih.

Awalnya, dia masih ingin terus berada di Afrika melakukan bantuan medis, karena aku hamil, lingkungan di Afrika tidak cocok untuk perkembangan bayi, jadi, baru memutuskan untuk kembali ke dalam negeri.”

Mata Milki yang lembut melihat kamar anak yang didekorasi penuh kehangatan, sayup-sayup dalam mata ada air mata.

Hari-hari di Afrika, bagi Milki dan Vincent, merupakan yang paling manis, juga yang paling menderita.

Mereka erat-erat memegang tangan masing-masing, berjuang keras dalam keputusasaan, menghadapi kematian tidak tunduk dan tidak menyerah.

“Sudahlah, semua sudah berlalu.” Clara menepuk-nepuk bahunya, menghiburnya.

Milki menyeka air mata di sudut mata, tersenyum sambil menganggukkan kepala. “Untung saja, kembali ke dalam negeri kebetulan bisa menghadiri pernikahanmu. Hanya saja, tampangku saat ini, tidak bisa menjadi pengiring pengantinmu.

“Tidak apa-apa, kak Luna sudah mengundang beberapa artis wanita terkenal yang memiliki hubungan baik denganku. Dalam beberapa waktu ini, aku menghentikan banyak pekerjaan, kak Luna mau menggunakan pernikahan ini untuk membuat sensasi, agar lebih mudah kembali lagi setelah menikah.”

Clara merasa sedikit tidak berdaya dan menghela nafas mengatakan: “Sebuah pertunjukkan pernikahan, dipikir-pikir sungguh tidak berarti. Aku juga sedikit tidak bisa membedakan secara jelas ini pernikahanku, atau pernikahan awak media. Para wartawan industri hiburan itu lebih antusias terhadap pernikahan ini dibandingkan aku dan Rudy pasangan baru ini.”

“Bukankah publik figur selalu begini, bahkan sedikit privasi pun tidak ada.” Milki berkata, “Untung saja, kalian sudah memiliki pernikahan milik kalian sendiri. Foto pernikahan yang kamu kirimkan padaku, aku sudah melihatnya, sangat cantik.”

“Lalu mana foto pernikahanmu, juga kirim buat aku lihat.” Clara mengeluh.

“Hanya menggunakan ponsel ambil beberapa foto, semuanya jelek sekali, gaun pengantin juga sembarangan cari di daerah setempat, tidak make-up lagi, kamu tidak boleh menertawaiku.” Milki berkata.

Dua orang sedang mengobrol dengan senang, mendadak ponsel yang Clara letakkan di atas meja berdering.

Dia menerima panggilan telepon, ternyata telelpon dari perusahaan penyelenggara pernikahan. Memberitahunya model gambar desain yang dipilihnya terjadi masalah, tidak bisa digunakan, menyuruhnya ganti dengan model lain.

Clara sedikit kebingungan, ada sebuah perasaan dipermainkan.

Perasaan ini seperti mendapatkan sebuah permen lezat, di saat kamu sedang ngiler padanya, mendadak diambil oleh orang lain. Kemudian, penuh penyesalan memberitahumu: permen ini ada racun, tidak boleh dimakan.

“Apakah aku boleh tahu masalah apa yang terjadi dengan gaun pengantin ini?” Clara tidak terlalu senang menanyakannya.

“Nona Santoso, sungguh maaf sekali. Studio itu mengatakan, mereka yang sudah salah memberikan gambar desain. Awalnya yang ingin dikirimkan bukanlah model ini. Gaun pengantin yang mereka tawarkan lagi juga lumayan, kamu mau lihat tidak.” Penanggung jawab perusahaan penyelenggara pernikahan bertanya dengan hati-hati.

“Aku hanya suka model ini, merepotkan kalian pergi berkoordinasi sebentar, berapa pun harganya tidak masalah.” Clara berkata lagi.

“Kami sudah berkoordinasi, pihak sana mengatakan, bukan masalah uang.”

Clara mengatup erat bibir tipisnya, setelah terdiam sejenak, mengatakan: “Kirimkan gambar desain dan alamat studio padaku, aku sendiri yang pergi berkoordinasi.”

Clara menutup tellepon, wajah penuh rasa tidak berdaya melihat ke arah Milki, “Terjadi sedikit masalah, tidak bisa menemanimu makan siang bersama.”

“Kamu ya, sedikit pun tidak berubah. Jika bertemu dengan sesuatu yang kamu sukai akan sangat keras kepala.” Milki sambil tersenyum mengantarnya sampai di depan pintu, kebetulan Vincent pulang.

Novel Terkait

My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu