Suami Misterius - Bab 386 Peristiwa Masa Lalu

Tiga orang melewati lobi lantai satu, nenek Sunarya ingin pergi ke toilet, tentu saja Clara menemaninya.

Dua orang baru saja berjalan masuk ke dalam toilet, samar-samar sudah terdengar suara dua orang wanita.

Satu wanita suaranya sedikit melengking, “Veve, bukannya aku mengkritikmu, kamu sudah terbiasa dimanja oleh papa dan mama, keras kepala dan bertindak sesuka hati. Pada waktu itu kami terus membujukmu, tetapi kamu tidak mau mendengarkannya, malah mau bercerai.

Kamu bercerai, mengosongkan tempat, bukankah menguntungkan wanitanya yang ada di luar sana. Jika kamu dan Bahron memiliki satu anak saja, tentu sudah tidak ada masalah apa-apa dengan anak luar nikah itu.”

“Kakak kedua, masalah yang sudah basi dan tidak penting, kamu mengungkitnya lagi, apakah itu menarik.” Suara wanita ini agak serak.

“Aku hanya merasa tidak layak untukmu. Pada waktu itu dengan kedudukan keluarga Yang, kamu sudah merendahkan diri menikah ke keluarga Sunarya, di keluarga Sunarya juga tetap bisa bersikap sesuka hati. Pada waktu itu yang paling dihargai papa adalah keluarga Sunarya juga baik, Bahron orang yang berkemampuan. Tapi akhirnya, kehidupan yang baik kamu tidak mau baik-baik menjalaninya, malah mau mempermasalahkan masalah cinta-cintaan kecil itu, bersikeras mau bercerai.

Roda kehidupan berputar, sekarang keluarga Yang kita terpuruk, Bahron malah berada dalam kedudukan tinggi. Jika kamu masih menjadi nyonya Sunarya, akan ada yang membantu saudara kita, juga tidak akan stagnan posisinya selama beberapa puluh tahun.

Sekarang bisnis kakak iparmu semakin sulit dijalankan, ingin mendapatkan sedikit pinjaman di bank, masih harus melihat ekspresi wajah dari manajer bank.” Suara yang melengking berkata sambil menghela nafas.

“Kakak kedua, bicara panjang lebar, kalian hanya menyalahkanku tidak dapat membantu keluarga. Walaupun aku tidak bercerai, Bahron juga tidak mungkin tanpa keluhan berusaha membantu keluarga Yang, dalam matanya sama sekali tidak menganggap aku sebagai istrinya, di pikirannya hanya wanita yang ada di luar sana. Aku tidak bercerai, apakah menunggu dia membawa pulang anak tidak sah itu untuk membuatku jijik!” Dalam suara serak itu terdapat kemarahan dan kekejaman.

Setelah dia selesai bicara, berbalik dan keluar dari ruang sekat. Kemudian, di depan pintu toilet, langsung bertemu nenek Sunarya dan Clara dari depan.

Dalam sekejap, suasana menjadi canggung.

Clara juga bisa melihat tubuh tinggi bibi Yang yang ada di depannya ini sedikit gemetar.

Nenek Sunarya malah sangat tenang menaikan selendang yang ada di pundaknya, terlihat santai berkata pada Clara, “Clara, orang ya, memiliki sejenis penyakit. Ketika memiliki tidak tahu menghargai, menganggapnya tidak berharga, sangat berharap segera membuangnya. Ketika sudah kehilangan menyesal juga sudah terlambat. Clara, kamu orang pintar, jangan sampai melakukan kesalahan yang bodoh seperti ini.”

Clara tidak tahu banyak tentang hal-hal lama keluarga Sunarya, mendengarnya merasa kebingungan, tetapi pada saat ini, tentu saja dia tidak akan mempermalukan nenek, lalu sangat bekerja sama mengangguk dan menjawab: “Aku sudah mengerti, nenek.”

Raut wajah Veve Yang pucat pasi, bahkan sopan santun yang paling dasar juga hilang, sama sekali tidak menyapa, dengan langkah cepat berjalan keluar dari toilet. Akhirnya, bertemu Rudy di koridor.

Tubuh tinggi Rudy setengah bersandar di dinding, satu tangan menjepit rokok, mengisapnya dengan santai, diantara kedua alis dingin dan dalam, hampir mirip dengan Bahron.

Dia melihat Veve dari depan berjalan ke sini, mengangguk dengan sopan, namun dalam ekspresi terdapat sedikit ketidakpedulian dan keterasingan.

Veve merasa terlalu menyilaukan mata, pada saat itu, ketika Bahron melihatnya, juga menggunakan tatapan mata dan ekspresi wajah seperti ini. Membuatnya hampir kehilangan kendali diri.

Untung saja, kemudian kakak kedua keluarga Yang mengejar ke sini, lalu menariknya pergi.

Rokok yang ada diujung jari Rudy sudah terbakar setengah, nenek Sunarya dan Clara keluar dari toilet, dia langsung membuang rokok ke tempat sampah yang ada di sampingnya, melangkahkan kaki, berjalan ke arah Clara.

“Tadi bertemu sudah dengan si marga Yang?” Nenek Sunarya bertanya.

“Eng.” Rudy mengangguk tanpa ada perubahan ekspresi.

Nenek Sunarya tidak mengatakan apa-apa terhadap hal ini, sebaliknya malah berpesan, “Ada waktu luang bujuk mama kandungmu, sifat jangan terlalu keras. Pada waktu itu keluarga Sunarya yang bersalah padanya, dia mau bagaimana seharusnya memberikan sebuah sikap bukan. Dia dan Bahron sudah berusia segini, masih ada berapa banyak waktu lagi yang tersisa, menunda setahun maka berkurang setahun, jangan tunggu sudah meninggal baru merasa menyesal, semua itu sudah terlambat.”

“Aku sudah tahu, nenek.” Rudy menjawab dengan datar.

Setelah mereka bertiga kembali ke vila, nenek Sunarya langsung kembali ke kamar untuk istirahat. Bagaimanapun sudah berumur, tenaga terbatas, setelah berkeliling begitu lama sudah kelelahan sekali.

Wilson diajak keluar oleh Bahron untuk bermain.

Rudy dan Clara jarang sekali memiliki waktu berduaan, dua orang duduk di sofa depan jendela, menikmati kopi dengan santai.

Clara menceritakan percakapan yang dia dengar di toilet pada Rudy, setelah Rudy mendengarnya, sikap biasa saja sambil melengkungkan sudut bibirnya.

Clara masih sangat penasaran dengan masalah lama keluarga Sunarya, Rudy lalu menceritakan secara ringkas padanya.

Waktu itu, Ardian pergi sekolah ke Jing, kebetulan teman sekelasnya Astrid Sunarya adalah adik Bahron, ketika liburan, sering datang bermain di keluarga Sunarya, hubungan dia dan Bahron juga lebih dekat lagi.

Waktu itu, Bahron mengejar Ardian, secara terang-terangan dan diketahui semua orang. Keluarga Sunarya juga senang melihat perkembangan hubungan mereka.

Ardian lebih lambat dalam urusan cinta, sifat Bahron malah sangat berani dan bersemangat, terhadap pacar mengikuti semua keinginan pacarnya, bahkan ingin rasanya memetik bintang yang ada di atas langit untuknya.

Empat tahun Ardian berada di universitas, selalu dijadikan tuan putri kecil yang disayangi dan dimanjakan oleh Bahron, walau sekeras apa pun hatinya juga akan jadi hangat.

Ardian memberikan seluruh diri dan hati untuknya. Awalnya, mereka berdua sudah sepakat akan menikah setelah lulus, Ardian bahkan melepaskan kesempatan belajar di luar negeri demi dirinya. Pada waktu itu, bisa pergi belajar keluar negeri bukanlah hal yang mudah, semua orang merasa sayang sekali untuk Ardian.

Ardian sangat polos, meskipun sulit juga tetap terasa manis, menunggu menjadi pengantinnya.

Kemudian, terjadi masalah pada keluarga Sunarya.

Kakek Sunarya berdiri di tim yang salah, diasingkan, juga diberhentikan dari jabatannya.

Karena hal ini kakek sakit dan tidak bisa bangun, keluarga Sunarya terjerumus ke dalam kegentingan yang belum pernah ada sebelumnya.

Pada saat itu Ardian baru saja berusia dua puluh, sama sekali tidak paham dengan masalah politik. Setiap hari dia selain kuliah, akan berada di rumah sakit menjaga dan menemani kakek Sunarya. Berharap bisa membantu pacarnya.

Ketika dia menjaga di rumah sakit. Anggota keluarga Sunarya sedang berusaha mencari jalan keluar sendiri.

Saat itu, kekuatan keluarga Yang sangat besar. Kepala Keluarga Yang memiliki pandangan baik pada Bahron dan memilihnya, merasa dia orang yang memiliki masa depan, Veve juga memiliki perasaan buat Bahron.

Kepala Keluarga Yang berjanji, asalkan keluarga Sunarya dan keluarga Yang menjalin ikatan pernikahan, maka akan keluar membela keluarga Sunarya.

Pada awalnya Bahron tidak mau, masalah tertunda hingga lama sekali, terus tertunda hingga kakek Sunarya meninggal dengan tidak tenang.

Kematian kakek Sunarya, akhirnya membuat Bahron membulatkan tekad, mengatakan putus pada Ardian.

Saat itu Ardian merasa kebingungan, dia bahkan curiga kalau dirinya yang salah dengar.

Ardian bertanya tiga kali berturut-turut, baru mempercayainya. Bahwa dia ingin putus dengannya.

Ardian tanya alasannya, Bahron tidak bisa mengatakannya, hanya terus mengatakan padanya: “Ardian, maaf, maaf.”

Setelah itu, Ardian pindah dari rumah yang selama ini mereka tinggali bersama, tidak lama, dia lulus dan kembali ke kota A.

Hari ketika Ardian pergi, Bahron diam-diam pergi ke stasiun. Setelah kereta api jalan, Bahron melalui peron panjang stasiun, mengejar hingga jauh sekali.

Mereka berpisah di saat hubungan mereka dalam masa paling bahagia, penderitaan seperti itu tanpa dikatakan sudah dapat mengetahuinya.

Saat itu, Bahron sepanjang malam hanya duduk di taman dan tidak bisa tidur, bahkan diam-diam bersembunyi lalu menangis seorang diri.

Hidup yang amat menyiksa itu dilewati hampir setahun, Bahron akhirnya menyerah dan menikahi Veve Yang.

Novel Terkait

Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu