Suami Misterius - Bab 342 Tamu Tak Diundang

Clara berusaha memaksakan diri untuk menyapa dan berbicara dengan orang-orang itu, pipi juga tersenyum hingga sakit.

Para nyonya kaya itu satu per satu memakai pakaian dan perhiasan yang mewah, tersenyum dengan dandanan yang cantik mempesona. Clara melihat mereka tersenyum palsu bagaikan topeng, sungguh merasa lelah untuk mereka.

Meskipun Rudy tidak muncul, tetapi Yanto dengan beranggap dirinya sebagai calon ayah mertua tuan muda keempat Sutedja, penuh dengan sikap sombong. Kata-kata pujian dan sanjungan itu membuat dia tertawa hingga tidak bisa menutup mulutnya.

Yanto mengatakan merayakan keberhasilan konser Clara, tapi kenyataannya, para tamu itu memberikan berbagai macam hadiah berharga, Clara bahkan tidak menyentuhnya, langsung diterima Yanto ke dalam kantongnya sendiri.

Yanto seorang pejabat pemerintah, begitu mengesankan mengumpulkan kekayaan dengan cara tidak adil, Clara merasa, tidak perlu dia yang turun tangan, Yanto sendiri sudah bisa membunuh dirinya sendiri.

Dan yang membuat Clara lebih tak terduga adalah, acara terbuka seperti ini, ternyata Rina tidak keluar untuk berjalan ke sana kemari. Malahan Wini yang menemani nenek Santoso untuk menjamu para tamu wanita.

Wini yang sekarang ini, sudah hampir berubah menjadi orang yang baru, sedikit pun tidak terlihat kampungan, berdandan dengan modis dan cantik, kalung berlian di leher dan gelang mutiara di tangan harganya tidaklah murah.

Tentu saja Wini tidak akan sanggup membeli semua ini, maka, semua perhiasan ini pasti berasal dari Yanto. Yanto sangat murah hati juga terhadap Wini.

Wini mengatakan pada orang luar kalau dia adalah saudara sepupu keluarga Santoso, ngobrol dan tertawa dengan para nyonya kaya itu, Wini benar-benar pintar, tidak meyembunyikan diri hanya karena berasal dari keluarga miskin, sebaliknya malah memilih beberapa hal menarik dari kampung halamannya untuk diceritakan pada para nyonya kaya itu, dan para nyonya kaya itu malah merasa segar dan menarik.

Clara merasa, Wini ini, benar-benar orang yang hebat, pantas saja Rina juga tersingkir ke ujung tombak. Hanya saja sayang sekali, latar belakang terlalu rendah, hanya bisa mengandalkan Yanto, begitu Yanto kehilangan kekuasaan, Wini semakin tidak perlu ditakuti lagi.

Suasana di dalam ruang tamu sangat ramai sekali, Clara juga merasa sakit kepala karena suara tertawa dan berisik dari para nyonya kaya itu, Wini sedang mendiskusikan masalah kecantikan dan perawatan kulit dengan seorang istri direktur jenderal.

Dan pada saat ini, mendadak terdengar suara ribut dari luar vila, memecahkan kesenangan yang ada di dalam vila.

“Apa yang terjadi?” Yanto merasa tidak senang dan bertanya, dan menyuruh Wulan untuk keluar melihatnya.

Wulan baru saja berjalan keluar pintu, langsung di desak masuk lagi oleh sekelompok orang, diantara orang-orang itu, ada pria dan wanita ada yang tua dan muda, paling tidak ada belasan orang, semuanya berpakaian sederhana, tapi galak sekali.

Ruang tamu di lantai dasar vila keluarga Santoso sekitar 200 meter persegi jauhnya, karena tamu hari ini tidak sedikit, sudah jelas sekali agak kepenuhan, setelah semua orang ini masuk, ruang tamu menjadi penuh sesak, seketika memecahkan suasana ramai yang ada di ruang tamu.

Para tamu undangan terhormat ini pertama kali bertemu dengan adegan seperti ini, satu per satu saling memandang.

“Siapa kalian semua, siapa yang mengizinkan kalian masuk ke sini!” Yanto berdiri, bertanya dengan wajah dingin dan marah.

Bisa dikatakan hari ini keluarga Santoso penuh dengan tamu agung, orang-orang ini tanpa sebab muncul di rumahnya, bukankah menghancurkan suasana.

“Tuan, orang-orang ini juga tidak tahu datang dari mana, terus mengatakan kalau kita menyembunyikan seseorang, harus masuk untuk mencarinya. Aku dan penjaga gerbang tidak bisa menghadangnya.” Wulan hampir saja jatuh karena didorong dan diteriaki oleh orang-orang itu.

Saat ini, semua orang yang mendadak muncul ini sudah menjadi pusat perhatian di sana, banyak orang yang sedang melihat keributan.

Clara dengan datar melirik sekilas orang-orang yang ada di depan pintu itu, semuanya wajah yang asing, secara tidak sadar dia mengira kerabat miskin dari keluarga Santoso lagi yang datang mencari uang dengan memanfaatkan hubungan keluarga.

Ketika Evi masih ada, para kerabat dari keluarga Santoso tidak jarang datang, ada kerabat yang sudah berbeda jauh lebih dari lima generasi, tujuan untuk bertamu hanya ada satu, jika bukan pinjam uang, maka minta Yanto melakukan sesuatu.

Setiap kali Evi pasti tidak mampu mengatasinya, akhirnya menggunakan uang untuk mengusirnya.

Dan dalam hal ini, jelas sekali Rina lebih hebat mengatasinya dibandingkan Evi. Para kerabat itu hampir tidak pernah mendapat keuntungan dari tangannya, seiring berjalannya waktu, orang yang datang juga berkurang.

Meskipun Clara tidak merasa heran melihat situasi para kerabat yang datang ke rumah, tetapi seketika datang begitu banyak orang, ini masih pertama kalinya. Yang tidak tahu, masih berpikir orang-orang ini sedang berkelompok untuk berkelahi.

Clara duduk di kursi, perlahan-lahan minum jus, tampangnya terlihat masalah ini tidak ada hubungan dengannya.

Dan Wini yang duduk di hadapannya, saat ini, raut wajah sudah pucat pasi.

“ Wini !” Seorang nyonya berumur lima puluh tahun mendadak datang ke sini, langsung menarik lengan Wini, dia menyeretnya turun dari sofa.

“Aduh, baru tidak lama datang ke kota A, malah sudah berubah total. Berpakaian seperti nyonya kaya saja, kamu wanita penggoda, mendapatkan orang kaya mana lagi!” Suara nyaring nyonya ini sangat menusuk telinga.

“Kamu lepaskan aku. Jangan tarik-tarik, aku dan kamu sudah tidak ada hubungan lagi.” Wini berusaha keras memberontak agar lepas dari tarikan wanita ini, berlari ke samping Yanto, langsung bersembunyi di belakang badannya.

Yanto melihat orang-orang ini kasar dan tidak masuk akal ini, masih turun tangan terhadap wanitanya, semakin marah, berpesan pada penjaga pintu agar mengusir mereka keluar.

Orang-orang itu dan penjaga pintu mulai main tangan, mengandalkan mereka lebih banyak orang, mendorong para penjaga pintu hingga jatuh ke lantai.

“Kalian, kalian orang desa yang tidak beradab, apakah tidak tahu menerobos rumah pribadi adalah melanggar hukum!” Yanto sangat marah dan berteriak.

“Wakil walikota Santoso, untuk apa kamu berselisih dengan orang seperti mereka, aku lihat langsung lapor polisi saja, suruh polisi yang mengurusnya. Biarkan para orang desa ini masuk penjara beberapa hari, akan jadi lebih jujur.” Seorang pengembang properti menyarankan.

“Lapor polisi, segera lapor polisi.” Yanto marah hingga langsung menghentakkan kaki.

“Lapor polisi, kalian cepat lapor saja, kami sudah lama mencari wanita ini, tidak menyangka ternyata bersembunyi dalam vila besar, trik untuk memikat pria sungguh semakin hari semakin berkemampuan.” Nyonya itu menunjuk Wini sambil marah.

Tampang Wini yang ketakutan, terus bersembunyi di belakang Yanto, sambil menarik ujung baju Yanto.

Yanto mengerutkan kening melihat para tamu tak diundang ini, pandangan akhirnya tertuju ke Wini, terdapat sedikit kecurigaan. Meskipun dia cukup menyukai wanita ini, tetapi masih tidak terpikat hingga tidak bisa membedakan arah mana yang benar mana yang salah.

Wini tertegun sejenak, bola mata warna hitam berputar-putar, tidak tahu harus bagaimana menjawabnya, hanya menangis sekuat tenaga, tangisannya seolah-olah langit sudah mau runtuh saja.

Nyonya itu sangat menghina kesedihan Wini yang pura-pura itu, masih dengan kasar mengucapkan kata tidak sopan. “Aku pheiiii, air mata sungguh tidak berharga sama sekali, tidak malu untuk menangis, tapi malu mengatakannya, kalau begitu aku bantu kamu mengatakannya.”

Pandangan nyonya itu bolak-balik menatap Wini dan Yanto, akhirnya, sambil menunjuk Yanto mengatakan: “Kamu adalah pasangan ranjangnya yang sekarang ya, tampang seperti manusia tapi perilaku seperti hewan, juga sudah sia-sia menghabiskan uang.”

Mungkin ini pertama kalinya Yanto dimarahi sambil ditunjuk-tunjuk, marah hingga raut wajah juga buruk sekali.

“Sebenarnya kalian siapa, sedang omong kosong apa di sini?” Di tangga, tiba-tiba Rina dan Yunita muncul.

Rina dengan langkah cepat berjalan ke samping Yanto, menghadang diantara Yanto dan Wini.

“Ini adalah wakil walikota, suamiku, mohon kalian jangan omong kosong untuk memfitnahnya.” Rina sangat intim menggandeng lengan Yanto, kepala bersandar di bahunya, dan merendahkan suara berkata padanya: “Yanto, hari ini banyak tamu terhormat yang datang, jangan membiarkan orang melihat lelucon.”

Yanto mengatupkan bibir, setelah keheningan sesaat, mengeluarkan suara memerintah Clara dan Yunita, “Clara, Yunita, kalian temani tamu sebentar.”

Novel Terkait

Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu