Suami Misterius - Bab 272 Dia Bukan Orang Yang Gampang di Bully

Ketika Tuan Hanzel melihat ini, dia langsung berkata, "Wakil Walikota Yanto sudah memiliki menantu yang sangat baik seperti Putra keempat keluarga Sutedja, ngapain masih main-main dengan orang kecil seperti aku yang tak sebanding dengan Rudy."

Setelah dia mengatakan itu, dia langsung berdiri, ayunkan lengan baju dan pergi.

Orang-orang di sekitarnya mengejeknya, dan wajah tua Yanto tidak berani melihat orang lagi saking malunya dengan Tuan Hanzel.

Tapi, Jika Clara benar-benar mendapatkan Tuan Keempat keluarga Sutedja, dia akan bangun tidur dengan senyum karena mimpi indah.

Kalau Clara bisa menikah dengan Tuan Keempat keluarga Sutedja. Ini seperti mimpi. Siapapun tahu perbedaan jauh antara identitas Tuan Keempat keluarga Sutedja dan Clara, jika mau memanjat tinggi sih normal, tapi kalau ini sih sudah terlalu tinggi!

"Yunita, saat pesta selesai, kamu bawa adikmu pulang. Jangan biarkan dia membuat masalah lagi."Yanto berpesan dengan wajah dingin.

Jika hanya membuat keributan di pesta, ya sudah, Jika pesta sudah selesai, Clara masih tetap mau lengket dengan Tuan Keempat keluarga Sutedja, itu akan membuat dia kehilangan semua mukanya. Apa yang akan dipikirkan orang lain? Pasti semua orang pikir dia menjual putrinya untuk keuntungannya sendiri.

Melihat bahwa pemilihan umum sudah didepan mata, Yanto ingin selangkah lebih jauh. Jangan sampai ambisinya hancur oleh drama yang dimainkan Clara saat ini.

"Ayah, jika Clara ada acara lain dengan Tuan Keempat keluarga Sutedja……..." Suara Yunita terdengar pelan, dia bertanya ragu-ragu, tetapi maksudnya sangat jelas.

Yanto jelas mengerti, dan wajahnya tiba-tiba membiru. Baru dekat saja langsung buka kamar hotel, apa Clara tidak tahu malu, apa pendapat orang lain nanti kalau putri keluarga Santoso begitu murahan.

"Walaupun harus diseret, kamu tetap harus menyeretnya pulang!" Yanto berkata dengan suara dingin.

Setelah pesta selesai, Clara dipanggil oleh Luna. Mereka berdua berbicara di ruang ganti.

Clara duduk di depan meja rias sambil membersihkan wajahnya, Luna duduk di sisinya tak henti-hentinya mengomel.

"Kamu tadi membuatku kaget setengah mati. Kupikir kamu bakal mengungkapkan hubunganmu dengan Tuan Keempat keluarga Sutedja tanpa berkonsultasi dulu denganku. Apa yang aku pikirkan waktu itu adalah bagaimana menghadapi masalah yang ditimbulkan kamu setelah itu, bagaimana menjaga dukungan iklan dan naskah serta kontrak yang sudah ditanda tangani."

Setelah mendengar itu, Clara tersenyum dan berkata, "sekarang kebanyakan orang berpikir itu adalah acara hiburan yang dirancang oleh sutradara, dan sebagian orang berpikir aku ingin mendekati Tuan Keempat keluarga Sutedja. Namun, selama Rudy tidak menanggapi "aku tidak akan banyak bicara. Kejadian hari ini paling-paling hanya panas dan viral di dalam lingkaran dunia hiburan selama dua hari saja, dan tak lama kemudian, tidak akan ada orang yang mengingatnya lagi."

"Meski begitu, aku masih tidak habis pikir. Apa tujuanmu membuat kehebohan seperti itu?" Luna bingung.

Jika Luna tidak tahu hubungan nyata antara Clara dan Rudy, dia juga akan curiga kalau Clara ingin mendekati Rudy. Tapi Rudy, pria yang memang sudah terikat padanya, walau Clara membuat kehebohan tadi, pada dasarnya itu sudah tidak ada maknanya lagi. Apakah itu hanya untuk meningkatkan minat dan perasaan cinta antara suami-istri saja?

Clara hanya mengangkat bahu dengan ringan, tidak bermaksud menjelaskan.

Jika bukan karena Yanto yang begitu maksa untuk menjualnya, dia juga tidak ingin menarik Rudy sebagai perisai untuk melindunginya.

Tujuan Clara hanya satu, yaitu untuk memperingatkan Yanto bahwa dia bukan

orang yang gampang di bully, Yanto tidak bisa semena-mena sesuka hatinya.

Sesudah membersihkan make-up di wajahnya, Clara mengikuti Luna keluar dari ruang ganti. Yunita sudah menunggunya di pintu keluar ruang perjamuan makan.

"Clara, apakah kamu akan pergi bareng dengan Tuan Keempat keluarga Sutedja?" Yunita mencoba mencari tahu, Dia tidak yakin sudah sampai mana hubungan antara Clara dan Rudy.

“Bukankah kakak Yunita juga tahu kalau Tuan Keempat keluarga Sutedja beserta rombongan pimpinan pemerintah pusat akan menginap di hotel malam ini. Untuk apa aku pergi bareng dengannya? Emangnya aku harus serahkan diri aku, untuk dijadikan guling hidup?” Clara menjawab dengan sinis.

Wajah Yunita sempat tegang sebentar, tetapi dia segera memulihkan diri dan tersenyum. "Ayah memintamu untuk pulang."

"Aku tidak punya waktu. Aku harus diskusi tentang skrip naskah dengan kakak Luna malam ini." Clara sengaja berbohong. Dia belum memiliki skrip apapun sekarang, Mau diskusi apa coba.

Tentu saja, Luna, yang berdiri di sampingnya, tidak akan mengekspos kebohongannya. Bahkan pada saat darurat, Luna juga bersedia bantu jadi saksi palsu bila diperlukan.

"Clara, karena kamu sekarang sudah berhasil mendekati Tuan Keempat keluarga Sutedja, terus kamu tidak perduli dengan ayahmu lagi?" Yunita menyingkirkan senyum di wajahnya dan menampilkan kewibawaannya sebagai kakak perempuannya.

Clara malah tidak perduli dan tersenyum dengan acuh tak acuh. "Tentu saja aku masih mau mendengarkan apa kata Ayah. Ayah pernah bilang, urusan rumah tidak ada yang lebih penting dibandingkan urusan pekerjaan dan karier."

Ini memang kata-kata yang sering diucapkan oleh Yanto, tetapi maksud Yanto adalah tidak ada seorang pun di keluarga Santoso, tidak peduli urusan apa pun, tidak ada yang lebih pentingnya dari kariernya sendiri. Untuk mewujudkan ambisinya, Yanto bisa mengorbankan siapa pun di keluarganya.

Yunita tidak menyangka Clara bisa dengan sengaja salah menafsirkan makna ayahnya, dan kemudian menggunakannya untuk menolaknya.

Clara sekarang memang kelewat pintar. Sangat berbeda dengan dulu.

"Kakak Luna, ayo kita pergi." Clara berjalan melewati Yunita dan pergi dengan bangga dan angkuh.

...........

Yunita pulang ke rumah dan memberi tahu Yanto tentang kata-kata Clara tadi.

Yanto sangat marah sampai memecahkan dua cangkir teh.

Rina yang disamping mencoba membujuk, "Yanto, buat apa marah dengan anak sendiri. Meskipun perilakunya hari ini sangat berani, seperti pepatah lama, kalau mau sukses dan kaya, resikonya memang sangat besar, siapa tahu dia mungkin cukup beruntung bisa menikah dengan Tuan Keempat keluarga Sutedja. "

"Wanita bodoh dan idiot, kamu pikir Tuan Keempat keluarga Sutedja begitu gampang diajak menikah oleh siapa saja!" Emosi Yanto tidak reda, malah tambah marah dan mulai memaki dan menyumpahi. "Cucu tertua keluarga Sutedja tidak memiliki hak waris. Kalau Keluarga Santoso mau memanjat mendekati mereka. Tuan Keempat keluarga Sutedja sekarang bertanggung jawab atas perusahaan Sutedja Group. Dia juga memiliki pangkat di kemiliteran. Itu ibaratnya adalah menantu berstatus dan bernilai tinggi. Kalau Clara mau menikah dengannya, harus mendapatkan restu dan dukungan dari Makam leluhur keluarga Santoso dulu baru bisa terwujud! "

"Status Keluarga Santoso tidak begitu tinggi, tetapi Clara adalah putri Evi. Keluarga Evi dulunya adalah keluarga yang dihormati. Siapa tahu Tuan Keempat keluarga Sutedja bisa tertarik dengan Clara …...." bisik Rina.

Kata-katanya jelas sedang mengangkat derajat Clara, tetapi pada kenyataannya malah meremehkan keluarga Santoso. Tabu bagi Yanto kalau ada yang bilang dia menikah dengan Evi demi harta dan status keluarganya.

"Keluarga Evi telah lama menghilang. Kalau kita ungkit status keluarga Evi yang terhormat di jaman dulu, itu akan sia-sia saja, Evi telah membesarkan anak perempuan yang tak tahu malu, menggoda pria di depan umum, dan membuat aku kehilangan muka. Setelah ini, tanpa izin aku, tidak boleh ada yang membiarkannya masuk ke rumah ini lagi! "

Setelah itu, Yanto masih sempat memecahkan beberapa vas porselen, lalu berjalan kembali ke kamarnya dengan marah.

Ada keheningan singkat di ruang tamu.

Rina menatap Yunita dengan sedikit khawatir. "Yunita, apa pendapatmu

tentang kejadian hari ini?"

Hubungan antara Clara dan Rudy, seperti pisau bermata dua bagi mereka. Meskipun mereka juga bisa mendapatkan manfaat dari ini, tapi mereka mungkin juga akan dapat masalah dari Clara kelak.

"Jika Clara benar-benar bisa mendekati Tuan Keempat keluarga Sutedja, dia sudah bisa menginjak-injak kita sampai mati. Mengapa harus menunggu sampai sekarang. Kamu tidak perlu terlalu khawatir tentang ini. Yang paling penting adalah menemukan anak diluar nikah yang dia lahirkan. Selama kita bisa pegang aib ini, walau Clara menikahi kaisar dan menjadi ratu, kita bisa kendalikan dia sesuka hati kita. "

Sesudah itu, Yunita berdiri mengambil tas tangannya.

"Sudah begitu malam, kamu masih mau keluar?" Rina bertanya.

"Nalan masih menungguku." Yunita menjawab, sesudah itu langsung pergi tanpa menoleh lagi.

Dia menyetir mobilnya langsung ke apartemen tempat dia tinggal bersama Nalan.

Nalan sedang duduk di sofa sambil merokok, melihat Yunita masuk, dengan tidak sabar bertanya, "Kamu sudah cari tahu? Apa hubungan antara Clara dan Rudy?"

Yunita melepas sepatunya, berjalan masuk tanpa alas kaki, dengan kelelahan yang terlihat jelas di wajahnya, tapi dia masih tersenyum lembut, "Mereka bisa ada hubungan apa coba? Clara melakukan itu hanya karena keadaan yang mendesak saja, Jika Tuan Keempat keluarga Sutedja benar-benar menyukainya, mereka sekarang seharusnya sudah pergi memesan kamar hotel. "

Setelah Nalan mendengar itu, dia malah menggelengkan kepalanya, "ada yang tidak beres ini."

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu