Suami Misterius - Bab 268 Nyanyi Untuk Kamu Sendiri

Clara tiba-tiba kepikiran dengan nasehat Luna, yang menyuruh dirinya jangan kelelahan setelah pulang. Rupanya, maksud Luna seperti ini.

Wajah Clara malu kemerahan, dengan refleksnya menahan tangannya pada dada Rudy. “Rudy, jangan begini, aku sudah capek.”

Dia berbisik lembut, memohon kepadanya.

“Tidak mau tetapi tidak cepat menghentikan aku, kamu sengaja menyiksa aku.” Bibir Rudy tetap menempel di atas bibirnya yang lembut, pelan-pelan menciumnya, namun tidak melanjutkan aksinya.

Setelah berciuman, Rudy berbaring di sampingnya sambil memeluknya, nafasnya perlahan-lahan menjadi normal kembali.

“Acara Majesty 8 di besok malam, kamu akan menghadiri ?” Clara berbaring di atas dadanya dan bertanya.

“Ayahku juga datang ke sini, aku akan menemani dia menghadiri acara ini.” Rudy menjawabnya.

Sebenarnya, dia benar-benar tidak ingin menghadiri acara keramaian. Akan tetap kebetulan sekali, tim investigasi yang datang ke kota A, dipimpin oleh Bahron Sunarya.

Ayahnya sudah datang secara langsung, segan juga kalau dia tidak menemaninya.

“Aku terima undangan untuk tampil, nanti aku bernyanyi untukmu.” Clara berkata.

“Nyanyi untuk aku sendiri ?” Rudy tersenyum dan bertanya.

“Di hadapan semua orang, nyanyi untuk kamu sendiri.” Clara mengangkat dagunya, tersenyum menatapnya, bibirnya yang lembut sedang bergesekan dengan jenggot di dagunya.

Rudy menundukkan kepala dan mengecup pada bibirnya, dengan nada rendahnya menjawab, “Baik.”

......

Di pagi buta, villa rumah Santoso sudah mulai ramai.

Acara Majesty 8 pada setiap tahunnya, adalah hari yang sangat penting bagi keluarga Santoso.

Pada acara ini, para pimpinan yang berjabat selalu menghadiri dengan membawa anggota keluarga, di rumah siapa ada anak gadis yang belum bertunangan, dan rumah siapa ada pria yang masih belum menikah, akan terlihat jelas.

Oleh sebab itu, para pimpinan selain membahas pekerjaan di acara Majesty 8, juga akan saling berkomunikasi, masih ada sebuah fungsi yang sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada para nyonya untuk memilih menantunya.

Rina selalu mengkhawatirkan masalah pernikahan Elaine, sehingga sangat mementingkan acara Majesty 8 pada tahun ini.

Sementara nenek Santoso, ini pertama kalinya dia membawa cucu perempuannya menghadiri sebuah acara Majesty 8, tentu saja lebih perhatian dan juga sangat mementingkannya.

Oleh sebab itu, di rumah Santoso sudah mulai ribut di pagi harinya, para nona mulai mandi merendam dengan susu, dan juga sibuk berdandan, gayanya seolah-olahnya akan menikah di hari ini juga.

Di dalam kamar utama, Rina memegang setelan baju yang formal, bertanya pendapat Yanto.

“Semalam baru selesai jahit dan antar ke sini, kamu coba dulu ukurannya, aku juga sudah menyiapkan setelan jas berwarna abu-abu untuk berjaga-jaga.” Rina sambil berkata, sambil membantu Yanto memakai bajunya.

Dari segi kehidupan, Rina memang sangat teliti dan perhatian, dan juga menjaga Yanto dengan sebaik mungkin. Yanto sering membandingkan Rina dengan Evi, Evi selalu memperlihatkan gaya angkuh nona besar, meskipun dilahirkan dari keluarga yang betapa luhur, tetap saja harus mengutamakan suaminya setelah menikah, jangan-jangan harus dia yang balik melayani dirinya ?

Yanto semakin berpikir semakin emosi, dia menjalin hubungan pernikahan dengan Evi dalam beberapa tahun itu, dia memang menjadi suami yang tidak dihargai.

“Ukurannya cocok.” Rina tersenyum dan berkata, “Berpakaian begitu tampan, hati-hati saat para nyonya sedang memilih menantu, malahan kamu yang terpilih.”

Kata-kata Rina membuat Yanto tertawa terbahak-bahak.

Biarpun seberapa besarnya umurnya, wanita tetap ingin mendengar orang memuji kecantikan dirinya. Dengan logika yang sama, seberapa besarnya umur seorang pria, apabila dipuji tampan, tetap saja akan merasa senang.

“Kamu hari ini harus lebih perhatian, lihat apakah ada keluarga yang serasi, jangan sampai masalah pernikahan Elaine tertunda terus.” Suasana hati Yanto sangat baik, dia mengeluarkan sebuah kartu ATM dan memberikan kepada Rina.

“Kamu sama Elaine masih memerlukan apa, cepat disiapkan selagi masih siang, jangan mempermalukan aku pada saat menghadiri acara.”

“Aku mengerti.” Rina tersenyum lalu menerima kartunya, badannya melekat langsung pada tubuh Yanto.

“Sudahlah, aku sudah harus berangkat.” Yanto berkata. Acaranya di malam hari, siang ini dia masih harus berangkat kerja.

Rina buru-buru mengantarkan tas kerja kepadanya, dan mengantar dia keluar dari rumahnya.

Setelah Yanto keluar dari rumahnya, di dalam villa tetap saja kekacauan.

Setelah itu, Rina membawa Elaine keluar dari rumahnya, beberapa saat kemudian, nenek Santoso juga keluar bersama Ester.

Hingga sore hari, baru pulang secara bergiliran. Para wanita sudah berpakaian rapi.

Rina mengenakan gaun hitam berbahan sutera, mengepang rambutnya, dan menjepit sebuah jepitan kristal di atas rambutnya, kesannya sangat elegan.

Elaine memakai sebuah gaun panjang tanpa lengan, edisi terbatas dari desainer terkenal, menampakkan bentuk tubuh dengan sempurna. Bahunya mengenakan sebuah syal putih berbahan bulu cerpelai, rambut panjangnya terurai, kepalanya menjepit sebuah hiasan mahkota, seluruh penampilan kelihatannya sangat mewah dan berbinar-binar.

Dibandingkan dengan ibu dan adiknya, penampilan Yunita terkesan sangat rendah hati, gaun pesta berwarna putih, rambut panjang yang terurai, seluruh tubuhnya hanya ada sebuah kalung berharga dengan liontin permata biru. Rendah hati namun terkesan mulia, sangat serasi dengan identitasnya.

Tubuh Yanto tetap mengenakan setelan jas formal, yang menonjolkan wewenangnya.

Jangka waktu menuju pembukaan acara malam semakin mendekati, namun nenek Santoso beserta Ester masih belum keluar dari kamarnya. Yanto telah menyuruh Vivi mendesaknya berkali-kali.

“Semua anggota keluarga menunggu adik sepupu sendiri, gayanya apa tidak terlalu berlagak angkuh.” Elaine mulai mengeluhnya.

Rina sekilas melototnya, memperingati agar dirinya jangan banyak berbicara. Acara hari ini, tidak boleh terjadi permasalahan apapun.

Akan tetapi, waktunya memang hampir tidak sempat, sehingga Yunita juga tidak sabar lagi. Namun bahasanya lebih halus dibandingkan Elaine.

“Ayah, apa boleh ayah yang coba mendesak nenek dan adik sepupu. Acara Majesty 8, semua hadirin berstatus tinggi, segan juga kalau telat.”

Wajah Yanto semakin suram, namun tidak beranjak langkahnya, dia menyuruh Vivi mendesak sekali lagi, memperingati kepada nenek dan cucunya : Kalau tidak keluar dalam waktu lima menit, tidak perlu ikut lagi.

Setelah itu, nenek Santoso beserta Ester turun dari lantai atas. Tentu saja berdandan dengan teliti.

nenek Santoso mengenakan gaun tradisional yang meriah, dikarenakan sudah berlanjut usia, sehingga tidak berdandan berlebihan, hanya menyisir rambutnya dengan rapi.

Pakaian Ester kali ini tidak membuat malu, dengan pengalaman sebelumnya, pada kali ini nenek Santoso merekrut seorang penata rias dengan bayaran tinggi untuk Ester.

Meskipun penyusunan pakaiannya sangat serasi, juga cocok dengan aura Ester, namun dikarenakan perhiasan di badannya terlalu banyak, di kepalanya, lehernya, tangan dan kakinya, asalkan kulit yang diperlihatkan pasti memakai perhiasan, sehingga terkesan berkelip-kelip, bagaikan lemari perhiasan yang dapat bergerak.

Elaine tidak tertahan, tertawa keceplosan. Hanya orang kampungan yang pamer seperti itu.

“Ayo.” Yanto sudah hilang kesabarannya sejak awal, dia langsung berdiri dari sofa, melangkah ke arah pintu besar.

“Tetapi Clara masih belum pulang kan ?” Ester bertanya dengan suara ringan.

Jangan-jangan dia begitu santai, karena merasa Clara masih belum pulang, jadi masih ada waktu untuk lelet.

“Clara adalah tamu yang menampilkan pertunjukan di acara nanti, akan mempercepat tiba di tempat untuk bersiap-siap.” Yunita menjawabnya, tatapannya sedikit iri dan cemburu.

Tamu yang diundang untuk tampil di acara adalah artis yang sedang naik daun, bahkan dia sendiri juga tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti itu.

Sedangkan Clara, meskipun jangka waktu debutnya tidak panjang, namun film yang diperankan semuanya sangat terkenal, sehingga tingkat popularitas tidak pernah menurun. Saat ini ditambah lagi seorang manager hebat bernama Luna yang bantu merencanakan karirnya, pada masa depan yang akan datang, cepat atau lambatnya dia akan mendapatkan penghargaan sebagai ratu film.

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu