Suami Misterius - Bab 253 Abaikan Hal Tidak Senonoh

Aldof terluka cukup parah, setelah keluar dari kantor polisi, malam itu juga 回 Jing, lalu dibawa ke rumah sakit area militer. Putra dari Keluarga Sunarya dan Henma berkelahi karena wanita, masalah ini langsung tersebar luas dalam waktu singkat.

Ketika Bahron Sunarya mengetahuinya tidak murka baru aneh.

Setelah memutus telfonnya, Rudy menatap Clara dengan tatapan tidak berdaya.

“Aku harus ke kota Jing sebentar, paling tdak satu minggu baru bisa kembali, kamu yang nurut disini.” Setelah mengatakan ini, Rudy mengambil jaketnya lalu berangkat.

“kota Jing? Sekarang?” Clara bingung.

“Hm.” Rudy mengangguk, namun tidak menjelaskan lebih jauh. Dia mengambil ponsel lalu menghubungi nomor Raymond, lalu berpesan, “Datang jemput aku.”

Beberapa menit kemudian, lamborgini Raymond sudah berhenti didepan villa.

Clara mengantar Rudy kedepan, begitu sampai disamping mobil, ia menggandeng tangannya dengan ekspresi tidak rela, “Kamu harus perhatikan luka ditanganmu, jangan sampai terkena air, kalau sampai infeksi akan repot. Perbedaan suhu Jing dan disini cukup drastis, baju dan perlengkapan mandi juga blum disiapkan, sekarang beli keburu tidak ya, ada lagi…….”

Rudy merasa wanitanya sangat berisik hari ini, setelah menundukkan wajahnya dan menyumpal mulutnya dengan bibirnya, akhirnya telinga dia bisa lebih tenang.

Clara malu sampai wajahnya memerah, tangannya yang lemah tidak hentinya memukul dada Rudy dengan gemas.

Rudy melepaskannya, lalu tersenyum dengan lembut, “Aku pergi dulu.”

“Hm.” Clara mengangguk, melihatnya naik ke mobil dan pergi menjauh, baru kembali.

Dan didalam lamborgini yang sedang melaju, Raymond memiringkan kepalanya berkata pada Rudy, “Yo,yo,yooo, benar-benar membuat merinding.” Setelah mengatakannya, Raymond sengaja menggetarkan bahunya.

“Apa kamu tidak tahu arti ‘abaikan hal yang menurutmu tidak senonoh’?” Rudy berkata sambil melirik kearahnya.

“Pak bos, kamu berpelukan ditempat umum seperti itu, bahkan samapi berciuman. Mungkinkah orang tidak melihatnya?” Raymond berkata sambil memutar setirnya.

“Kamu harus mulai belajar ulang bahasa, rumah sendiri tidak termasuk tempat umum.”

Raymond : “……”

Dia merasa otaknya pasti rusak sampai bisa-bisanya bedebat dengan pria yang tidak pernah kalah dalam negosiasi.

Mobil sampai di bandara, Rudy memesan pesawat dengan rute tercepat untuk menuju ibukota.

Ketika pesawat mendarat sudah malam, mobil keluarga Sunarya sudah menunggu didepan bandara, yang menjemput adalah sekretaris Bahron, Tiago.

Audi hitam A8, didepan dan belakangnya ada kawalan jeep pelindung, rombongannya terlihat cukup besar. Mungkin untuk mengantisipasi Keluarga Henma (keluarga Adolf).

“Tuan muda sudah kembali.” Sekretaris turun dan membukakan pintu untuk Rudy langsung.

“Paman Xu.” Rudy menyapa dengan sopan.

Ketika mobil tiba di kediaman Sunarya sudah jam 11 malam.

Rudy berjalan masuk ke dalam mansion, pelayan meletakkan sandal disamping kakinya dengan hormat, “Tuan muda, kapten menunggu kamu di ruang kerja lantai dua.”

Rudy mengangguk, mengganti sandalnya, lalu berjalan naik menyusuri tangga kayu.

Didalam ruang kerja lantai dua, Bahron sedang duduk di atas sofa membuat teh, diatas meja ada satu set teko dan alat untuk memasak teh, teh kaca yang transparent sedang memasak air.

Rudy mengetuk pintu dan masuk, Bahron mengangkat kepala dan melihat sekilas, lalu mengulurkan tangan menunjuk tempat duduk didepannya, tapi sama sekali tidak bicara.

Rudy melangkah maju, lalu duduk di sofa yang berada di seberang Bahron sambil meletakkan jaketnya disamping, ia menggulung lengan kemejanya, mengangkat teko yang berada didepannya, menyiramkan air panas ke tengah teko, gerakannya begitu lugas dan menawan, seiring gerakannya, seisi ruangan seketika menjadi penuh dengan aroma teh yang harum.

“Kamu belajar dengan cepat sekali.” Bahron berkata dengan datar. Kedatangan Rudy ke Jing sebelumnya, bahkan bagaimana mengangkat teko saja tidak tahu.

“Cobalah.” Rudy tersenyum lembut, mengangkat cangkir teh untuk diberikan pada Bahron dengan hormat.

Bahron menerima dan menyeruputnya, rasanya begitu harum dan enak.

Dia meletakkan cangkir dan meliriknya, berkata dengan nada bicara yang datar, “Semakin lama semakin hebat ya sekarang.”

Awalnya Bahron merasa sangat marah, masalah ini menjadi besar, yang dipermalukan bukan hanya martabat Keluarga Henma, harga diri Keluarga Sunarya juga ikut dipertaruhkan.

Awalnya Bahron berniat menghajar Rudy habis-habisan, namun ketika melihat wajahnya yang penuh dengan luka, tangannya yang tidak memegang teko itu terbungkus perban, ia merasa sedikit tidak tega.

Dulu, ketika melihat anak orang lain yang begitu barbar dan suka berkelahi, rasanya ingin sekali mengangkat kaki dan menendanginya satu per satu. Sekarang melihat anak sendiri berkelahi, ia malah tidak sanggup mengangkat kakinya sama sekali.

Bahron baru ingin menanyakan bagaimana urutan kejadiannya, tiba-tiba pintu ruang kerja sudah dibuka dengan keras, Nyonya besar Sunarya berjalan masuk dengan penuh amarah.

Nyonya Besar Sunarya sudah berusia 70 tahun lebih, namun sama sekali tidak terlihat tua, fisiknya terlihat begitu bugar dan berstamina tinggi, sebelum pensiun, dia juga wakil pimpinan nasional, merupakan wanita kuat yang sangat terkenal.

Satu-satunya kelemahan Nyonya besar Sunarya, mungkin adalah pikun.

“Aku dengar Rudy kembali.” Begitu Nyonya besar Sunarya melihat cucunya langsung sumringah, namun ketika melihat bekas lebam juga luka diwajahnya, ekspresinya langsung berubah.

“Ada apa ini?” Nyonya besar Sunarya bertanya dengan cemas, ia mengulurkan tangan untuk mengangkat kemeja Rudy, “Masih ada luka dimana lagi?”

Nyonya besar Sunarya mengangkat lengannya, melihat lukaya yang diperban, wajahnya penuh dengan perasaan tidak tega.

“Hanya luka luar yang ringan, tidak apa-apa.” Rudy menjawab dengan wajah tersenyum.

“Siapa yang melakukannya, hah?” Nyonya besar Sunarya berteriak dengan penuh amarah.

“Ma, kamu tidak perlu mengkhawatirkannya, dia sama sekali tidak rugi, malah hampir saja membuat putra Keluarga Henma cacat. Aku takutnya masalah ini akan sulit untuk diselesaikan.” Bahron berkata dengan tidak berdaya.

“Itu juga pasti mereka yang mencari masalah terlebih dahulu, Rudy kita bukan anak yang suka mencari masalah dengan orang lain. Lagi pula, kedua anak ini berkelahi, kalau sampai anak keluarga Henma menjadi cacat, itu juga karena anak mereka yang tidak becus berkelahi.” Nyonya besar Sunarya berkata dengan sikap seolah semua itu wajar.

Bahron mengangkat tangan dan memapah kepalanya, merasa pusing mendadak.

Dia harus menghabisnya banyak tenaga untuk membuat Nyonya Besar Sunarya keluar. Baru lanjut menanyakan detail kejadiannya.

Rudy sama sekali tidak melebih-lebihkan, ia menceritakan semuanya dari awal sampai akhir dengan detail, lalu mengeluarkan ponsel untuk menunjukkan rekaman cctv di parkiran saat kejadian.

Ketika Bahron melihat bodyguard yang memegang tongkat baseball memukul kearah belakang kepala Rudy, tangannya langsung mengepal erat.

Bagi Bahron, diantara mereka ada masalah, bertengkar dan berkelahi adalah hal yang wajar terjadi, namun kalau melihat perbuatan Aldof, sudah jelas sekali ini melampaui batas pertengkaran.

Kalau bukan karena Rudy yang punya insting yang kuat, begitu pukulan ini mengenainya, akibatnya akan sulit dibayangkan. Dua tahun yang lalu, putra tertua dari satu keluarga dipukul oleh seseorang tepat dibelakang kepalanya, akibatnya membuatnya menjadi lumpuh dan koma seumur hidup, orang yang melukainya harus dihukum mati.

“Sifat putra Keluarga Aldof sungguh buruk.” Bahron menghela nafas.

Saat ini, dia lebih merasa bersyukur. Putra satu-satunya, tumbuh besar dengan kemampuannya sendiri, namun masih bisa sehebat ini, sebegai seorang ayah yang tidak pernah mengjalankan tugasnya, Bahron sudah merasa sangat bersyukur, bahkan merasa berhutang padanya.

“Ketika itu aku juga merasa sangat marah, sehingga melawannya dengan begitu kasar sampai Aldof terluka begitu parah, aku khawatir keluarga Henma tidak akan melepaskankuu begitu saja.” Rudy berkata.

Bahron meminum tehnya dengan santai, wajahnya yang tegas bahkan tidak bergeming. “Kamu tidak melakukan kesalahan, sebagai pria, untuk melindungi wanitanya saja tidak mampu, itu sama saja dengan manusia tidak berguna. Masalah Keluarga Henma kamu tidak perlu khawatir, aku akan mengurusnya. Keluarga Sunarya juga bukan keluarga yang mudah dikendalikan oleh siapapun.”

Rudy mengangguk, lalu menuangkan teh untuk Bahron agar membuatnya senang.

Kabarnya ketika Bahron masih muda ia begitu kejam dan tidak berperasaan, beberapa tahun ini baru membaik. Kali ini, Rudy sungguh ingin tahu, sejauh mana kehebatannya.

Novel Terkait

My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu