Suami Misterius - Bab 247 Aku Juga Mencintaimu

Rudy yang masuk pertamanya, ketika dia melihat Clara sedang ditindih oleh Adolf, bola matanya yang hitam langsung ditambah oleh lapisan kemerahan.

Dia melangkah dengan cepat, mengulurkan tangannya untuk menarik Adolf yang berada di atas sofa, dan langsung menekan tubuhnya pada dinding di samping.

Adolf telat bereaksi, namun juga lekas berusaha melawannya, akan tetapi, dia sama sekali bukan saingan Rudy, setelah bertarung sejenak, dia ditekan kembali ke atas dinding.

Tangan Rudy sedang mencekik pada lehernya, dan sedang menguatkan cekikan ini.

“Rudy, beraninya kamu” Nafas Adolf semakin menyesak, bahkan tidak ada tenaga untuk memberontak lagi, dia melotot Rudy dengan tatapan muram.

“Lantaran kamu sudah bosan hidup,aku akan mengantarmu.” Rudy dengan mata yang masih merah, semakin menguatkan tenaga di tangannya.

Raymond menyadari bahwa logika Rudy telah hilang kendali, sehingga dia langsung menghampiri, lalu menahan di atas tangannya. “Rudy, jangan merengut nyawa. Tidak pantas melakukan pembunuhan untuk orang seperti ini.”

Rudy melirik Raymond dengan tatapan dingin, untung saja logikanya masih belum hilang total. Dia melepaskan tangannya, dan Adolf yang sedang tertahan di dinding juga langsung terduduk di atas lantai, bagaikan lumpur yang tidak bisa lengket di tembok.

Rudy tidak mempedulikannya, dia berbalik badan dan berjalan menghampiri Clara.

Clara sedang meringkuk badannya di atas sofa, tidak bisa menahan tubuhnya yang sedang gemetaran.

Rudy melepaskan jaketnya dan mengenakan pada tubuh Clara, memeluknya dari sofa dengan tidak berkata apapun, lalu melangkah keluar dengan cepat.

Rudy memeluknya sepanjang jalan dan keluar dari clubhouse, meletakkan Clara ke dalam mobil dan berangkat pulang.

Perjalanan di tengah malam sangat sepi, namun pemandangan di sepanjang jalan sangat asing baginya.

Clara tetap meringkuk di kursi samping pengemudi, dia juga tidak tahu dirinya akan di bawa ke mana.

Akhirnya mobil masuk ke kawasan villa, dan berhenti di depan sebuah villa yang berdiri sendiri.

Villa kecil ini berlantai tiga, pembangunannya sangat spesial, mirip dengan istana di Eropa. Sedangkan di sekeliling villa ini, adalah halaman yang luas. Menanam pohon down redwood yang tinggi, dan juga beberapa belukar yang berharga.

Dapat dibayangkan bahwa, kemungkinan besar villa ini adalah harta atas nama Rudy.

Setelah masuk ke dalam villa, Rudy baru melepaskannya.

“Kamar mandi di lantai dua, pergi mandi.” Wajah tampan Rudy sangat suram, nadanya juga terkesan dingin, Dia tidak ingin melihat Clara yang begitu menyedihkan.

Clara masih mengenakan jas Rudy, dia tidak membantah apapun, bertelanjang kaki dan menginjak ke atas tangga kayu.

Dia melangkah naik ke lantai atas, kamar di lantai dua lumayan banyak, dia terbengong sejenak, akhirnya dia menemukan kamar utama. Ada kamar mandi yang dibangun di dalam kamar utamanya.

Luas kamar utama lebih kurangnya ada lima puluh meter, dan juga ada ruang baca kecil yang luasnya berkisar belasan meter, gaya renovasi diutamakan menggunakan warna yang gelap, cocok juga dengan gaya Rudy.

Luas kamar mandi juga tidak kecil, masih cukup meletakkan jacuzzi yang dapat digunakan oleh dua orang.

Saat ini Clara tentu saja tidak ada selera untuk mandi berendam di dalamnya. Dia membuka keran air, buru-buru membersihkan dirinya.

Dengan kesunyian di dalam villa ini, seharusnya sudah lama tidak berpenghuni, akan tetapi perlengkapan mandi dan alat perawatan yang tertata di dalam kamar mandi sangat lengkap.

Clara selesai mandi, baru menyadari bahwa dirinya tidak ada baju pengganti, sehingga dia hanya bisa membungkus diri dengan handuk dan keluar dari kamar mandi.

Di dalam kamar utama ada dua lemari baju yang besar, dia membuka lemari, di dalamnya hanya berisi baju pria. Dia sembarangan mengambil sehelai kemeja, memakai di tubuh sendiri.

Lebih baik memakai bajunya, daripada tidak berpakaian sama sekali.

Clara memakai kemeja dan turun dari tangga. Di dalam ruang tamu, Rudy berdiri di depan jendela besar, tangan yang menahan di pagar sudah mengepal erat, urat di punggung telapak tangannya tampak menonjol, memperlihatkan api amarahnya yang sangat kuat pada saat ini.

Clara menghampirinya dengan berhati-hati, memeluk badannya dari belakang.

“Lepaskan” Dia melontarkan sepatah kata dengan nada yang sangat dingin, lalu langsung melepaskan tangan yang sedang melingkar di pinggangnya.

Clara tidak berdiri stabil, sehingga terjatuh ke lantai karena hempasan tangannya, kedua tangannya memeluk bahu, dan menanam kepalanya di atas lutut, akhirnya dia menangis tersedu-sedu. Suara tangisannya bagaikan suara kucing mengeong, membuat hati terasa senyar.

Rudy mengerutkan alis sambil menatapnya, tidak bergerak sama sekali, namun tangan yang mengepal erat perlahan-lahan dilepaskan.

Setelah Clara menangis beberapa saat, dia baru bangun dari lantai. Berlari lagi ke dalam pelukan Rudy. Dia menanam kepalanya pada dada Rudy, tangannya melilit erat di pinggang Rudy.

“Rudy, aku takut.” Dia berkata dengan nada tersedu-sedu, kali ini dia benar-benar sangat ketakutan.

Pada kali ini, Rudy tidak menolak pelukannya lagi, sudut bibirnya melengkungkan sebuah sindiran, “Kamu juga bisa takut ya, nona besar Santoso bukannya tidak pernah takut dengan apapun.”

Dia masih belum menyelesaikan pembicaraan, bibirnya tiba-tiba terasa sedikit hangat.

Tanpa disadari lengan Clara telah melingkar di lehernya, dia jinjit ujung kakinya, mengangkat kepala dan mencium bibirnya.

Bibir Clara yang lembut masih terasa sedikit dingin, sedang menekan pada bibirnya dengan lembut. Clara tidak menggunakan trik apapun untuk menciumnya, namun membuat tubuh Rudy tergoda dan menjadi kepanasan, sama sekali tidak bisa menahannya lagi.

Tangan Rudy bertahan pada pinggang kecilnya, mengikuti tulang punggungnya dan mulai meraba ke atas, mereka dengan posisi yang saling berpelukan, terjatuh bersamaan ke dalam sofa yang besar.

Hampir bermesraan semalaman, bahkan bermula dari sofa dan berujung pada kasur besar di kamar atas.

Pada saat bangun di keesokan harinya, seluruh tulang Clara pegal dan kesakitan.

Sinar matahari menembus ke dalam kamar melewati gorden yang belum tertutup rapat, terik matahari membuat mata Clara terasa sakit. Clara dengan refleksnya menutupi cahaya di depan mata dengan tangannya, dia berbalik badan, menempel erat pada dada yang kuat.

Dia membuka matanya, paparan di dalam matanya adalah wajah tampan Rudy yang sudah diperbesar.

Rudy sudah bangun dari tadi, tangannya sedang menahan kepala, berbaring untuk menatapnya.

Clara tersenyum padanya dengan senyuman manja, dia melilit tubuhnya bagaikan gurita, “Rudy, kamu masih mencintaiku ?”

Mungkin dikarenakan baru saja bangun tidur, sehingga nada suaranya lembut dan manja.

“Menurutmu ?” Rudy mengangkat alis, tatapannya membawa senyuman.

“Aku mau dengar darimu.” Clara melilit tangan pada lehernya, berkata dengan manja.

“Cinta.” Rudy menatap matanya, dengan tatapan yang menampakkan keseriusan.

“Aku juga mencintaimu.” Clara melingkar kedua tangan di leher Rudy, lalu berpelukan dengannya. “Rudy, kamu tidak boleh membohongi aku lagi ya.”

“Iya.” Dia mengangguk dan berjanji padanya. Pada detik ini, tidak peduli apakah cinta yang dikatakan Clara adalah tulus atau berbohong, dia tetap ingin percaya padanya.

Clara tersenyum puas, senyumannya sangat bahagia, dan juga menghangatkan. Bibir merahnya langsung mencium pada bibir Rudy dengan inisiatif, sepasang paha mulusnya bergesekan pada tubuh Rudy, membuat nafsu Rudy terpancing karenanya.

“Begitu manja, masih mau ya ?” Rudy merapikan rambutnya yang terurai di depan dahi, senyuman di wajahnya terkesan menggoda, lalu langsung berbalik badan dan menindihnya.

Clara menahan kedua tangannya di atas dada Rudy, sepasang bola mata yang lincah, terkesan kaget dan panik. “Tidak mau lagi, ampuni aku hari ini boleh ?”

Dia memohon dengan tampang kasihan, Rudy juga tidak berniat serius, hanya berniat untuk bercanda dengannya saja.

Dia tersenyum sambil mencubit dagu Clara, dan bertanya “Kalau besok ?”

“Besok ya” Clara sengaja menjawab dengan memperpanjang intonasi, dalam hatinya berpikir, urusan besok, besok saja baru dibahas. Jelasnya besok dirinya akan bersembunyi di studio rekaman dan tidak pulang ke rumahnya.

“Bangun tidur dan sarapan dulu, tidak bisa tidur nyenyak kalau perut kosong.” Rudy selesai berbicara,langsung mendudukkan badannya. Badannya sudah mengenakan kaos yang cocok dengan postur tubuhnya, dia membungkuk badan untuk memungut celana panjang di lantai dan langsung memakainya.

Clara duduk di atas kasur dengan tubuh yang hanya dibungkus oleh selimut, dia tidak mengenakan apapun selain selimut ini. Semalam setelah selesai mandi, bajunya masih terlantar di kamar mandi, kemeja Rudy yang dipakai dirinya pada semalam, masih berserakan di lantai ruang tamu.

Clara baru saja ingin meminta Rudy mencarikan sehelai baju untuk dirinya, namun malah melihat dia sedang membuka laci di samping kasur, lalu mengeluarkan sebuah kartu platinum dan memberikan kepada dirinya.

Clara menatap kartu di hadapannya dengan reaksi bengong, senyumannya perlahan-lahan menjadi kaku, wajahnya berubah pucat dan suram.

“Rudy, apa maksudmu ?” Dia mengangkat kepala untuk menatap lelaki di hadapannya yang tinggi dan gagah, air mata mulai bergenang di dalam matanya.

Dalam hatinya berpikir, hubungan lelaki dan wanita, tidak akan berakhir bahagia apabila hanya satu pihak yang antusias. Dirinya yang inisiatif untuk naik ke atas ranjang Rudy, wajar salah kalau dipermalukan.

Novel Terkait

Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
5 tahun yang lalu