Suami Misterius - Bab 246 Terjebak Lagi

Ketika seorang lelaki ingin membohongi seorang wanita untuk naik ke atas ranjangnya, bisa melontarkan segala janji manisnya, mungkin saja Rudy tidak pernah menganggap serius, hanya dirinya saja yang bodoh dan masih menganggap serius.

Clara semakin berpikir semakin pusing, setelah sakit kepala, sepertinya hatinya juga ikutan sakit.

Dia mulai merasa menyesal karena berperang dingin dengan Rudy. Digantung tidak jelas seperti kondisi saat ini, membuat dia merasa sangat tidak nyaman. Sebenarnya niatnya mau melantarkan dia terlebih dahulu, namun hasilnya orang yang terlantar, malahan menjadi dirinya sendiri.

Sutradara Liu memegang botol sampanye, sedang bersiap-siap untuk menuangkan sampanye ke dalam susunan tower, Clara tidak mungkin bisa bersembunyi lagi di samping. Sebagai salah satu pemeran utama film ini, dia mesti menghampirinya untuk setor muka.

Sutradara Liu sedang memegang botol sampanye, tertawa senang lalu mengangkatnya, menuangkan sampanye ke dalam tower yang sudah tersusun rapi, setelah selesai, semua orang mengaplus tangannya.

Clara juga turut mengaplus tangannya, baru saja ingin kembali duduk ke tempatnya, Rosa Meldi tiba-tiba berjalan menghampirinya, tersenyum sambil berkata, “Sutradara Liu, barusan aku di koridor bertemu dengan Huaxin Media punya Direktur Xue , Direktur Xue orangnya memang sangat ramah, dia tahu kalau seluruh pemeran di tim kita sedang berada di sini, makanya sengaja mengundang beberapa pemeran wanita untuk minum di sana. Yunita, Clara, aku sudah menyetujui usulan Direktur Xue , kalian pasti tidak berkenan kan ?”

Masalah seperti ini, sudah sangat biasa di dunia hiburan, Direktur Xue juga termasuk orang yang berstatus sosial tinggi, mengundang mereka juga karena ramah, Rosa Meldi menyetujuinya juga karena gengsi.

Biasanya untuk kondisi seperti ini, hanya sulang segelas anggur, dan mengobrol beberapa saat saja sudah bisa mengatasinya. Apabila Direktur Xue melakukan tindakan yang tidak terpuji terhadap para artis, maka dia akan susah berkembang lagi di bidang ini.

“Aku juga sudah lama tidak bertemu dengan Direktur Xue , kebetulan hari ini bisa bertemu, tentu saja harus minum dengannya.” Yunita tersenyum menjawabnya.

“Iya, kalian pergi saja dulu, bantu aku menyapa Direktur Xue .” Sutradara Liu mengangguk menyetujuinya.

Yunita dan Sutradara Liu sudah berkata demikian, seandainya Clara menolak lagi, kesannya tidak menghargai Direktur Xue , apalagi saat ini sedang ramai, seandainya masalah ini tersebar keluar, dia akan menyinggung perasaan Direktur Xue .

Clara hanya bisa mengikuti Rosa Meldi dan Yunita pergi ke ruangan sebelah.

Setelah masuk ke dalam ruangannya, Clara baru mengetahui, ternyata bukan hanya Direktur Xue yang berada di dalam ruangan ini, masih ada seorang temannya.

Umur pria ini kisaran tiga puluhan, pada wajahnya, terkesan tabah dan sinis. Clara melirik sekilas, merasa sangat tidak asing.

Ingatannya selalu bagus, sehingga dengan cepatnya dia sudah mengingat kembali, sepertinya pria ini bernama Adolf, sebelumnya di acara investor, mereka pernah bertemu sekali, tetapi pria mesum ini bukan orang baik, sebelumnya juga suka mengganggunya.

Clara mulai mewaspadai dan menjaga jarak dengan dirinya, setelah mengobrol beberapa saat, dia duduk sendirian di samping.

Yunita selesai menyapa, langsung beranjak ke toilet dengan alasan berdandan.

Clara melihat Yunita yang sudah beranjak keluar, pada saat dirinya juga mengikuti langkahnya, Adolf sudah menghalangi di depannya.

“Nona Santoso, kita bertemu lagi, menurutmu apakah ini namanya takdir.”

“Kebetulan saja.” Clara menjawab dengan nada datar.

“Kalau begitu juga keberuntungan aku.” Adolf mengangkat anggur di gelasnya, menyulang dengannya.

Clara tetap menatapnya dengan ekspresi datar, sama sekali tidak menyentuh gelasnya.

Adolf tidak memaksa dia agar minum anggurnya, hanya saja tatapannya yang terus melengket di tubuhnya, bertanya dengan nada santai, “Nona Santoso sangat dekat dengan Rudy ya.”

Pada sebelumnya, Rudy sengaja menampakkan diri hanya demi wanita ini, lalu mereka pergi bersamaan, kalau bilang tidak ada sesuatu di antara mereka, Adolf tidak akan mau percaya juga.

“Menurut tuan Henma bagaimana yang bisa dikatakan sebagai dekat ?” Nada Clara sedikit sindir.

Bagi orang seperti Adolf, lelaki dan wanita belum tentu bisa dikatakan sebagai dekat meskipun sudah tidur di satu ranjang, setelah memakai baju, semuanya bisa termasuk golongan orang asing.

Adolf sepertinya juga mengerti maksudnya, setelah tertawa, dia mengganti bahasa pertanyaannya, “Nona Santoso dan Rudy, mengenal sampai mana ?”

“Dia lelaki aku.” Clara langsung menjawab dengan terus terang.

Memanfaatkan Rudy sebagai penyangga, Adolf juga tidak berani memperhitungkan dirinya lagi.

Clara melayani Adolf dengan ketidaksabaran, dia mengangkat mata dan melihat Yunita sedang berbisikan di telinga Direktur Xue , lalu mereka keluar secara bersamaan.

Pada saat ini, hanya dirinya dan Adolf saja yang berada di dalam ruangan ini, alarm peringatan di hati Clara berbunyi keras, dia langsung beranjak dari tempat duduknya, melangkah dengan cepat untuk keluar.

Dia mengulurkan tangan untuk mendorong pintu, akan tetapi, pintu ruangan ini sama sekali tidak bergerak, jelasnya pintu ini sudah terkunci dari luar.

“Kamu tidak perlu menghabiskan tenaga lagi, kamu tidak akan bisa membuka pintu ini.” Adolf duduk di atas sofa, tertawa dengan senang sambil berkata padanya. Tatapan yang menatap dirinya, seperti pemburu yang sedang menatap mangsanya.

Clara membalikkan badan, meskipun seberapa bodohnya dia, saat ini juga sudah mengerti, dia terjebak dalam jebakan Adolf dan beberapa orang lainnya.

“Jadi tuan Henma bermaksud pakai cara memaksa ya ?” Nada Clara sangat tidak senang. Saat ini kalau masih tidak berani melawannya, dia hanya bisa terima kenyataan diperkosa.

Adolf berdiri dari sofa, pelan-pelan melangkah ke hadapannya, tertawa dengan ekspresi menyebalkan. “Kalau nona Santoso mau bekerja sama, aku juga ingin menghemat tenaga.”

“Belum cukup jelas ya jawaban aku barusan, aku wanitanya Rudy, kamu coba saja kalau berani” Clara mengangkat dagu, gayanya tidak mau kalah. Sebenarnya, dia memang tidak terlalu takut padanya, bagaimanapun, Clara juga bukan wanita yang lemah lembut, gampang saja kalau untuk melawan beberapa lelaki.

Setelah Adolf selesai mendengarkannya, hanya tertawa sindir. “Terus bagaimana, kamu juga bukan istrinya Rudy. Orang yang berstatus seperti kami, tiap bulan pasti gonta ganti wanita. Aku tidak yakin dia akan berkelahi denganku hanya demi seorang wanita.”

Adolf selesai berbicara, mengulurkan tangan untuk melepaskan dasi di lehernya, sekaligus melepaskan beberapa kancing baju di depan dadanya. Perlahan-lahan menghampiri Clara.

“Tidak tahu malu.” Clara langsung memaki, mengepalkan tangan dan langsung meninju ke arahnya.

Akan tetapi, tinjunya Clara yang bertenaga, langsung di atasi oleh Adolf dengan mudah.

Setelah mulai berkelahi, Clara baru menyadari, ternyata Adolf juga terlatih, dia sendiri bukan lawannya.

Namun, Clara bukan orang yang diam menanti mati, dia memanfaatkan kelebihan seorang wanita, menggigit dan mencakar Adolf, pada seketika, Adolf tidak menampakkan jejak kemenangan.

Wajah Adolf telah terluka karena cakaran Clara, dia mengulurkan tangan untuk mengelus darah di wajahnya, tertawa dengan sinis dan berkata, “Memang wanita kecil yang galak, bagus, aku memang suka yang galak seperti ini, biar lebih seru buatnya nanti.”

Adolf selesai berbicara, langsung menindih di atas tubuh Clara.

Pada dasarnya tenaga pria dan wanita memang selisih jauh, tenaga Clara semakin melemah, sehingga tubuhnya ditindih oleh Adolf di atas sofa.

Meskipun dia berusaha memberontak, namun bajunya tetap dirobek oleh Adolf.

Akhirnya Clara mulai merasa ketakutan, seandainya dia benar-benar diperkosa oleh bajingan ini, dia benar-benar sudah berniat mati.

Clara sambil memberontak, sambil menjerit dengan kuat. Dia tidak yakin dengan fungsi kedap suara di ruangan ini, asalkan ada yang mendengarkannya, mungkin saja masih ada kesempatan untuk tertolong. Jika tidak, dia akan menarik Adolf untuk mati bersamanya.

Pada saat Clara sedang memberontak, dia mengulurkan tangannya untuk mengambil sebuah botol anggur, tetapi baru saja mengangkatnya, sudah direbut kembali oleh Adolf.

“Memang mau cari mati” Adolf menjambak rambutnya, menekan dia ke atas sofa dengan mati-matian. “Lebih baik kamu jangan memberontak lagi, aku bukan Rudy, tidak begitu lemah lembut terhadap wanita, kamu jangan menyesal kalau terluka nanti.”

Pada saat ini Clara bagaikan ikan di papan pemotong, dia sudah ada firasat akan mati, air matanya mengalir terus dari sudut matanya.

Ketika dia merasa kecewa, terdengar suara pendobrakan keras yang berasal dari arah pintu, setelah itu, pintu ruangan ditendang seseorang dari luarnya.

Novel Terkait

Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu