Suami Misterius - Bab 196 Trik Yang Sama

Ruang belajar Keluarga Tikar berada di lantai pertama, dan kamar-kamar tidur berada di sisi timur lantai dua.

Kamar Markisa, di ujung sisi timur, adalah yang paling luas kecuali kamar tidur utama. Meskipun dia adalah putri angkat keluarga Tikar, keluarga Tikar telah memperlakukannya dengan sangat baik.

Rudy datang ke pintu kamar dan mengetuk dengan sopan. Suara wanita lembut datang dari dalam ruangan dan berkata, "silakan masuk."

Rudy mendorong pintu dan masuk. Untuk menghindari kecurigaan, dia tidak menutup pintu.

Dia berhenti di tengah ruangan tapi tidak melihat Markisa.

Rudy sangat peka, dan saat ini dia merasa ada sesuatu yang aneh, baru saja dia akan berbalik badan dan pergi, pintu di belakangnya sudah ditutup, dan ada suara pintu terkunci.

Rudy melihat Markisa berdiri di belakangnya dengan hanya mengenakan handuk. Bahunya yang seputih salju dan kakinya yang panjang terbuka. Dapat dibayangkan tubuhnya juga telanjang di balik handuk mandi.

Rudy mengerutkan kening, bibirnya terangkat keatas sedikit dan mencibir.

"Kamu pakai trik yang sama dua kali, kamu merasa ini sangat menarik?"

Markisa berdiri di sana tanpa mengatakan apa-apa, matanya hanya tertuju padanya, seolah menunggu sesuatu.

Kemudian, wajah Rudy tiba-tiba menjadi suram, dan ada rasa dingin yang mengerikan di mata gelapnya yang dalam, "Kamu menambahkan sesuatu ke teh yang aku minum tadi?"

Markisa terkekeh, dalam senyuman di wajahnya yang ada lesung pipitnya, terdengar nada ejekan.

"Ini benar-benar Rudy yang hebat, bisa sadar dengan cepat apa yang sedang terjadi dan bisa tahu ada yang tidak beres, Tapi tetap saja sudah terlambat."

Jika bukan di rumah keluarga Tikar, jika bukan karena kurangnya pertahanan diri Rudy, Markisa tidak mungkin bisa menjebak dia.

Markisa sambil berkata sambil melangkah maju dan mendekatinya langkah demi langkah.

Warna di mata Rudy semakin dingin, tetapi darah di tubuhnya sudah mulai terbakar, dan panasnya mengalir ke bagian bawah perutnya.

Pada saat ini, Rudy sudah berada di depannya, dan handuk mandi di badannya sudah jatuh ke kakinya dengan pelan. Dia berdiri di depannya dengan dada yang besar, kaki panjang dan lekuk tubuhnya yang sangat indah.

“Rudy, apa kamu merasa tidak nyaman? Kamu akan nyaman bila memelukku.” Markisa mengulurkan tangannya, meraih lengan berotot pria itu, dan menempelkan seluruh tubuhnya ke pelukannya.

Dada pria itu lebar dan terasa panas. Begitu dia meraih kancing kemejanya dan mulai melepasnya satu persatu, pergelangan tangannya digenggam erat oleh Rudy. Kekuatannya sangat besar sehingga hampir menghancurkan tulang lengannya. Kemudian, Rudy dengan kuat mengibaskan lengannya Markisa.

"Menjauh dari aku." Mata Rudy dalam dan gelap, dan napasnya menjadi pendek dan tidak stabil. Markisa benar-benar anggap Rudy sangat kuat, dosis obat yang dia masukkan sangat banyak.

"Markisa, kenapa kamu bisa begitu percaya diri, kamu pikir kalau kamu sudah tidur dengan aku, aku akan menikahimu." Rudy mencibir, matanya jijik dan mencemooh.

Markisa terlempar ke lantai olehnya. Dia jatuh dengan keras, dan untuk sementara tidak bisa bangun. Dia menatapnya dengan tatapan tegas.

"Bagaimana aku bisa tahu jika aku tidak mencobanya dulu? Bukankah Rudy itu selalu punya rasa tanggung jawab yang sangat kuat. Selain itu, identitas aku, kamu tidak dapat dengan mudah menyingkirkannya."

Markisa berani melakukannya hari ini, jadi dia siap untuk menghadapi semua konsekuensi. Dia tahu bahwa dia hanya memiliki satu kesempatan, dia juga tidak mau menerima kegagalan. Rudy itu siapa? Bagaimana mungkin dia bisa dijebak untuk kedua kalinya.

Markisa juga tahu, walaupun mereka sudah pernah berhubungan badan, Rudy juga tidak mungkin mau menikahinya. Jadi, dia memilih hari di mana dia kemungkinan besar akan hamil, dan dia mendapat suntikan stimulasi ovulasi terlebih dahulu. Selama dia bisa mengandung anak dari Rudy, berkaca dari karakter Rudy, dia pasti akan bertanggung jawab untuk anaknya.

Markisa sedang bertaruh, berjudi dengan perutnya, bisa diandalkan apa tidak.

Dia merasa sakit karena terjatuh dan berjuang untuk berdiri dari lantai.

Dia melihat kerutan kening Rudy, dan efek obatnya sudah mulai menyerang. Dia pasti sangat menderita saat ini.

Rudy memang sedang mencoba menahan efek obat, Obat dari Markisa memang sangat kuat dan memiliki efek cepat. Panas yang menyengat terus mengalir di tubuhnya, seolah-olah itu bisa menghancurkan pembuluh darahnya kapan saja.

Pandangan mata Rudy menjadi sedikit kabur, dan efeknya sedikit menggerogoti indranya. Tekad kuat Rudy mungkin tidak bisa bertahan lama,

jadi sebelum akal sehatnya runtuh, dia cepat-cepat melangkah ke pintu dan harus pergi dari sini.

Namun, pintu itu terkunci rapat dan tidak bisa dibuka sama sekali.

"Rudy, kamu jangan repot-repot. Kunci pintu kamarku dibuat secara khusus. Tidak bisa dibuka tanpa kata sandi." Markisa telah datang kepadanya dan memeluk pinggangnya dari belakang.

"Rudy, mengapa kamu mempersulit diri sendiri. Seperti yang kamu katakan, kamu mungkin tidak akan bertanggung jawab. Ya sudah, tidak ada ruginya kamu tidur dengan aku…….eh…..."

Sebelum Markisa selesai berbicara, dia sudah didorong pergi oleh Rudy.

Rudy menatapnya dengan mata dingin dan tajam, seolah dia sedang melihat sesuatu yang sangat kotor. "Markisa, jangan buat aku mual."

Sesudah itu, Rudy mengangkat kakinya yang panjang, dan mendaratkan kakinya yang kokoh di pelat pintu dengan keras, kunci pintu ditendang sampai rusak dan pintu terbuka.

Rudy berjalan keluar dari ruangan dengan acuh tak acuh.

Ada keributan besar sehingga menarik perhatian orang lain disana. Kakek Tikar dan Adisti datang ke sana, dan adik lelaki Adisti yang bernama Damar Tikar, ayah angkat resmi Markisa.

Karena Rudy membanting pintu dan pergi. Membuat ketiganya sangat kaget.

Adisti tidak mengerti ditambah dengan kekhawatiran lalu bertanya, "Rudy, apa yang terjadi?"

"Anda sebaiknya bertanya pada Markisa apa yang sudah dia lakukan." Suara Rudy begitu dingin sehingga alisnya penuh dengan sengatan tajam. "Aku tidak ingin melihatnya lagi, kalau tidak jangan salahkan aku karena tidak kasih muka untuk keluarga Tikar."

Sesudah itu, Rudy berjalan pergi dengan langkah cepat.

Di belakangnya, ada suara samar Adisti yang terkejut dan suara kemarahan kakek Tikar.

Rudy berjalan keluar dari halaman rumah keluarga Tikar, mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor Raymond.

"Jemput aku di rumah keluarga Tikar, sekarang."

….....

Rudy duduk di dalam Porsche seri 911 kepunyaan Raymond. Mobilnya seperti terbang di jalan datar dan melesat layaknya anak panah.

Meskipun Rudy terlihat tenang, Raymond tetap melihat ada sesuatu yang aneh.

Napasnya jelas tidak stabil, tangannya mengepal, pembuluh darah di punggung tangannya menonjol, dan keringat dingin perlahan-lahan keluar dari dahinya.

"Tidak enak badan?" Tanya Raymond dengan khawatir.

"Markisa menambahkan sesuatu ke dalam teh yang aku minum." Rudy berkata dengan suara serak.

"Apa yang dia tambahkan?" Raymond bertanya.

"Obat yang kamu masukkan ke dalam minumanku waktu itu." Rudy menatapnya kembali dengan mata dingin.

Pada saat itu, jika bukan karena Raymond yang tidak ada kerjaan dan iseng menambahkan obat ke dalam minumannya, dia tidak akan melakukan apa pun kepada Clara.

Raymond sedikit terkejut, lalu nyengir dan berkata, "Ambisi Markisa tidak kecil, nyalinya besar juga."

Wajah suram Rudy makin tidak nyaman dan keringat dingin makin banyak menetes keluar, Rudy mencoba menyesuaikan napasnya.

"Haruskah aku membawamu ke rumah sakit?" Raymond bertanya.

"Apakah berguna kalau ke rumah sakit?" Rudy bertanya.

Raymond memegang setir di satu tangan, sementara tangan yang lain menggosok hidungnya dengan santai. "Memang tidak terlalu berguna. Sekarang kamu hanya ada dua pilihan, yang pertama kamu harus menahannya, dan yang kedua, aku akan carikan wanita untukmu."

Rudy hanya menatapnya dengan dingin. "Bawa aku pulang ke apartemen di jalan Gatot Subroto "

"Apa tidak ada masalah kamu pulang dengan keadaan seperti ini sekarang?" Kata Raymond.

"Hari ini adalah akhir pekan. Sus Rani jaga Wilson di rumah keluarga Sutedja. Mereka tidak akan pulang malam ini." Rudy menjawab.

Raymond mengangguk, memutar setir, dan mobil melaju ke apartemen di jalan Gatot Subroto

Raymond merasa bahwa Rudy benar-benar tidak perlu harus membuat dirinya tidak nyaman, Dia dan Clara bukan suami-istri, jadi tidak perlu menjaga perasaan Clara. Cari wanita yang bersih untuk menyelesaikan kebutuhan biologisnya, setelah itu bayar dengan uang dan masalah selesai.

Namun, Raymond tidak berani mengatakan pikirannya ini.

Rudy pulang ke apartemennya, langsung ke kamar mandi dan mengisi bak mandi dengan air dingin.

Dia menanggalkan pakaiannya dan berendam dalam air dingin selama lebih dari satu jam, sesudah itu dia baru berhasil menekan dorongan di tubuhnya.

Rudy berjalan keluar dari kamar mandi, mengganti pakaiannya, dan menerima telepon dari Clara.

Novel Terkait

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu