Suami Misterius - Bab 164 Semakin Meningkat

“Paman Ortega sakit kritis? Mengapa kamu tidak mengatakannya lebih awal!” Wajah Clara sedikit berubah, meninggalkan Melanie, langsung bergegas ke luar dari bandara.

“Hey, sekarang kamu pergi memberi perhatian, apakah kamu tidak takut Marco salah paham bahwa kamu masih memiliki perasaan padanya......” Melanie berteriak di belakangnya, tapi tidak tahu apakah Clara mendengarnya atau tidak.

Clara bergegas keluar dari bandara, menaiki taksi, dan langsung pergi ke rumah sakit.

Di rumah sakit, suasananya sangat tertekan.

Ayahnya Marco didorong ke ruang penyelamatan lagi, dokter memberi tiga kali pemberitahuan kritis.

Di luar ruang penyelamatan, mata Yani bengkak karena menangis, Marco duduk lumpuh di kursi samping, terlihat menyedihkan.

Dia selalu disayangi dan hidup tanpa harus memikirkan makanan, pakaian maupun biaya hidup, sampai saat ini dia baru mengerti begitu tembok runtuh, semuanya akan mengambil kesempatan untuk mencelakainya, setelah keluarga Ortega terjadi masalah, saudara dan teman-teman sebelumnya langsung menghindari mereka, seolah-olah takut akan tertular virus dari mereka.

Dia bahkan tidak memiliki kesempatan untuk mengatakan kata 'meminjam uang', kalau dia masih belum dapat meminjam uang operasi ayahnya, dia hanya bisa berbaring di rumah sakit dan menunggu mati.

“Bu, kalau tidak kita memohon pada Clara......” Tidak menunggu Marco selesai berkata, Yani langsung memotong pembicaraannya.

Yani tersenyum dingin, “Apakah ingatanmu terlalu buruk dan lupa bagaimana dirimu mengkhianati Clara. Sekarang kamu masih memiliki wajah memohon padanya untuk menyelamatkan ayahmu.”

“Tapi aku tidak bisa membiarkan ayahku mati.” Marco berkata dengan terisak.

Dan pada saat mereka hampir putus asa, terdengar suara sepatu hak tinggi datang dari koridor yang luas.

Marco menyeka air mata di wajahnya, lalu mengangkat kepala dan melihat sosok yang menawan datang dari jauh hingga mendekat.

Clara berjalan dengan terburu-buru,. ketika dia datang ke depan Yani dan Marco, dia sedikit terengah-engah.

Dia mengangkat kepala menatap lampu ruang penyelamat menyala, dan bertanya dengan khawatir, “Bagaimana situasi Paman Ortega?”

Yani menggelengkan kepalanya dengan mata merah, “Lukanya terlalu berat, jantung dan paru-parunya gagal. Dokter telah mengeluarkan pemberitahuan penyakit kritis, kalau tidak melakukan operasi......”

“Bibi Karsena, jangan khawatir. Aku akan pergi mencari dokter untuk segera mengatur operasi, kamu tidak perlu khawatir tentang biaya operasi.” Selesai berkata, dia segera bergegas ke kantor dokter.

Setelah menebus biaya rawat inap dan biaya operasi, dokter segera mengatur operasi ayahnya Marco.

Operasi berlangsung selama empat atau lima jam, Clara baru saja turun dari pesawat, matanya penuh kelelahan, Yani menyuruhnya kembali dan meminta Marco mengantarnya.

Marco mengantar Clara keluar dari rumah sakit. Dia selalu terdiam dan menundukkan kepalanya, merasa bersalah dan tidak tahu bagaimana berkata.

Clara lebih santai darinya, dia sudah melepaskannya, dan ketika menghadapi Marco, dia hanya menganggapnya sebagai orang asing.

“Setelah paman selesai operasi, ingat untuk meneleponku dan memberitahuku, agar aku tidak khawatir. Kalau ada kesulitan lainnya, kamu harus memberitahuku, aku akan melakukan yang terbaik.” Clara berkata kepada Marco.

Marco mengangguk dan berkata dengan suara serak, "Terima kasih."

“Sama-sama. Aku masih ingat setiap kali pergi ke rumahmu, Paman Ortega selalu memasakkan hidangan favoritku. Siapapun yang baik padaku, aku akan selalu mengingatnya dalam hati.” Clara tersenyum berkata.

Marco menggerakkan bibirnya, dan menatapnya, “Orang yang jahat padamu, apakah kamu juga akan selalu mengingatnya?”

“Tidak.” Clara menggelengkan kepalanya dan berkata dengan sangat santai. “Kalau jahat padaku, aku akan menganggapnya sebagai orang asing.”

Pandangan Clara sangat jernih dan terus terang, Marco sudah menjadi orang asing baginya.

Setelah Marco mendengarnya, sudut bibirnya terangkat senyuman pahit.

“Aku dengar kamu pergi ke Eropa beberapa hari yang lalu, sudahkah bertemu dengan kakak?” Clara bertanya.

Marco mengangguk, matanya menyipit, ekspresinya redup dan tidak jelas.

Dia terbang jauh ke Eropa untuk mencari Elaine, namun lebih baik tidak menemukannya daripada bertemu, hanya mempermalukan dirinya sendiri.

Pada saat itu, Marco menemukan Elaine di sebuah klub pribadi. Dia sedang mengobrol dengan seorang pria bule yang tampan. Kedua orang mengobrol dan bercanda. Setelah bercanda, mereka langsung berciuman di depan umum.

Wajah Marco berubah warna, dia tiba-tiba merasa dia belum pernah benar-benar mengenal Elaine. Gadis yang agak manja tapi malu-malu di depannya, ternyata begitu terbuka.

Dia berjalan ke depan Elaine dengan langkah berat, begitu melihatnya, Elaine berwajah terkejut, kemudian kejutan berubah menjadi tidak sabar.

Dia menjelaskan pada pria bule yang tampan dengan menggunakan bahasa Inggris yang lancar, dia bilang Marco adalah sepupunya.

Kemudian, dia menarik Marco ke samping dan bertanya dengan nada tidak sabar, “Mengapa kamu datang ke sini?”

Pandangan Marco padanya penuh dengan kekecewaan dan rasa sakit. Awalnya dia ingin bertanya padanya, tetapi saat ini dia tidak bisa mengatakan sepatah kata pun.

Setelah keheningan dan kebuntuan sejenak kemudian, dia berkata dengan suara serak: “Ayahku terluka dan dirawat di rumah sakit, dia sangat membutuhkan uang untuk operasi. Bisakah kamu mengembalikan hadiah tunangan beruba uang yang aku berikan padamu?”

Setelah mendengar, Elaine menatapnya dengan tatapan tidak berani percaya, “Marco, apakah kamu seorang pria atau bukan, adakah peraturan menentukan barang yang sudah dikasih bisa diambil kembali? Apakah kamu telah lupa apa yang kamu katakan padaku, kamu bilang milikmu adalah milikku.”

Marco mengepal erat tangannya, dia ingin sekali menampar dirinya beberapa kali. Kata cinta yang pernah dia katakan sebelumnya menjadi sangat ironis pada saat ini.

“Elaine, ayahku masih terbaring di rumah sakit, dan sedang menunggu uang untuk menyelamatkan hidupnya. Anggap saja aku meminjam denganmu, aku akan mengembalikannya padamu dua kali lipat di masa depan, oke.”

Nada bicara Marco sangat rendah, bahkan dengan nada memohon.

Elaine tersenyum dingin, dia tidak mau, “Keluarga Ortega sudah bangkrut, bagaimana kamu membayarku? Sama saja omong kosong.”

Seluruh tubuh Marco bergetar, dia menahan amarahnya dan bertanya untuk terakhir kalinya, “Elaine, meskipun ayahku tidak punya uang dan hanya bisa menunggu mati, kamu juga tidak berencana mengembalikan uang itu padaku, kan?”

Mata Elaine memerah, dia malah berpenampilan sangat dirugikan, seolah-olah Marco sangat agresif. “Unta kurus yang mati lebih besar daripada kuda. Aku tidak percaya keluarga Ortega akan kekurangan uang hadiah tunangan ini......”

Marco sudah kehilangan kesabaran untuk mendengarnya selesai berkata, dia berbalik dan langsung pergi.

Dia berjalan ke pintu klub, dan pelayan berpapasan dengannya, memintanya untuk membayar secangkir kopi yang baru dia pesan. Marco mengeluarkan dompetnya dengan wajah suram, dan menemukan foto Elaine di dalam dompet.

Dia tersenyum dingin, mengeluarkan foto dari dalam dompet dan ingin mengembalikannya pada Elaine.

Namun, tepat sebelum dia tiba di depan Elaine, dia mendengarnya mengeluh dengan teman-temannya, “Marco benar-benar sudah gila, barang-barang yang sudah diberikan, masih ingin memintanya kembali. Apakah dia menyangka tidak perlu membayar setelah tidur denganku selama bertahun-tahun?”

........

Marco menggelengkan kepalanya dengan sakit hati, dia tidak ingin berpikir kembali adegan-adegan sebelumnya yang memalukan.

Dia membuka matanya dan menatap gadis di depannya. Clara berwajah putih dan indah, jernih seperti biasanya.

“ Clara, apakah kamu sudah tahu tentang Elaine dan Tuan muda keluarga Emeron?” Marco bertanya.

Clara mengangguk dengan ragu-ragu, dia merasa sebenarnya saat ini Marco tidak perlu memikirkan hal-hal ini lagi. “Pacar Elaine di saat sekolah di luar negeri, satu-satunya putra taipan real estat, awalnya ingin menikahinya dengan mengandung anak, tetapi setelah mengetahui pihak lain menghisap narkoba, dia langsung putus dengannya, dan melakukan aborsi.”

“Ternyata dia selalu membohongiku. Semua orang tahu, hanya aku sendiri sebagai orang bodoh.” Marco berkata dengan penuh nada menghina.

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu