Suami Misterius - Bab 1374 Sepertinya Tidak Tega

Saat pemeriksaan janin pekan lalu, USG Doppler berwarna mengungkapkan bahwa anak di dalam perut Diva berjenis kelamin laki-laki.

Mahen dan Diva tidak memiliki permintaan khusus terhadap jenis kelamin anak mereka. Baik anak laki-laki maupun anak perempuan, mereka sama-sama suka.

Hanya saja setelah mengetahui jenis kelamin anak, Mahen selalu menyebut anak di dalam perut sebagai putraku.

Seperti biasa, Mahen menceritakan dongeng untuk putranya. Dari "Dongeng Andersen" hingga "Dongeng The Grimm. Sekarang dia mulai bercerita tentang Seribu Satu Malam.

Diva mengantuk, lalu pun tertidur. Pendidikan pranatal yang diceritakan Mahen kepada putranya merupakan obat tidur terampuh bagi Diva.

Dia bisa tidur sepanjang malam sampai pagi.

Baru-baru ini jam biologis Diva sangat akurat. Oh, lebih tepatnya adalah jam biologis si kecil di dalam perutnya sangat akurat. Setiap pagi jam 7 pagi, si kecil selalu mempraktikkan seni bela diri untuk membangunkan Diva.

Diva mengusap mata sambil mendudukkan diri di atas tempat tidur. Karena “dibangunkan” oleh si kecil, matanya masih terlihat mengantuk.

Di sebelahnya, Mahen juga ikut bangun. Dia meletakkan tangannya di atas perut Diva dengan gerakan natural, "Putraku menendangmu lagi?"

“Ya.” Diva mengangguk, tersenyum tipis.

Telapak tangan Mahen yang hangat menempel di perut Diva yang membuncit. Si kecil di dalam perut sepertinya merasakan sentuhan ayahnya. Dia mengulurkan tangan kecil dan menendang dinding perut dengan kaki kecilnya, sangat bersemangat.

Tanpa sadar, sudut bibir Mahen sudah terangkat. Terpisahkan oleh dinding perut, dia bermain dengan si kecil di dalam.

Diva menguap, jelas tidak cukup tidur. Seiring bertambahnya usia janin, Diva tampaknya semakin mudah capek. Beban di jantungnya juga terasa berat, tetapi itu masih berada di dalam batasan yang bisa diterima.

“Kamu kekurangan tidur lagi?” Mahen meraih tangan Diva dengan perasaan iba, mencium punggung tangannya. "Kapan putra kita bisa keluar?"

“Buah yang masak akan jatuh sendiri. Saat tiba waktunya keluar, dia pun akan keluar. Percuma saja kamu terus mencemaskannya.” Balas Diva sambil tersenyum.

“Selama dia tidak keluar, kamu akan selalu tersiksa olehnya dari dalam. Aku mengkhawatirkan kamu.” Mahen memeluk Diva. Karena perut Diva sudah besar, ada anak yang membatasi jarak mereka ketika mereka berpelukan.

“Kamu pikir setelah anak ini dilahirkan, maka aku pun tidak tersiksa lagi?” Diva melengkungkan bibir. Senyumannya selalu samar dan lembut.

“Setelah anak ini lahir, aku harusnya menyusuinya, mengganti popok, memandikannya, mencuci pakaiannya. Anak yang kecil memiliki daya tahan tubuh yang rendah, kita harus merawatnya dengan perhatian ekstra supaya dia tidak sakit. Setelah dia besar, kita harus membimbing dan mendidiknya menjadi pribadi yang baik dan benar. Karena kita melahirkannya, kita tidak boleh menjadi orang tua yang tidak bertanggung jawab."

"Dia ada di perutmu sekarang, jadi dia hanya bisa menyiksa kamu sendiri. Setelah dia keluar, ada aku, ayah dan ibu, pengasuh, dan ada banyak orang lainnya yang bisa merawatnya. Lagian kalau dia tidak patuh, kita boleh pukul pantatnya."

Mendengar perkataan Mahen, Diva bertanya sambil tersenyum tipis, "Kamu tega memukulnya?"

Mahen mengulurkan tangan dan mengelus hidung, lalu tersenyum dan menjawab, "Sepertinya tidak tega."

Kemudian Mahen meraih Diva ke dalam pelukan, mencium wajah sampingnya dengan penuh kasih sayang, "Kamu melahirkannya untukku, bagaimana mungkin aku tega memukulnya? Aku akan sangat menyayanginya."

Diva bersandar di pelukan Mahen, tersenyum lembut.

Telapak tangan Mahen masih membelai perut Diva yang buncit, "Kita punya satu ini saja sudah cukup, kita bisa memanjakannya."

Diva menoleh untuk melihat ke arah Mahen, berkata, "Apakah kamu tidak mau punya anak perempuan? Sebenarnya kamu tidak perlu mengkhawatirkan tubuhku. Anak sudah berusia lima bulan, bukankah aku masih baik-baik saja?"

“Bukan hanya karena masalah tubuhmu.” Mahen menundukkan kepala untuk menatap Diva. Begitu tunduk, dia langsung melihat tulang selangka dan payudara Diva yang indah, tatapannya menjadi semakin membara.

"Kalau aku harus berpuasa selama sepuluh bulan lagi, aku rasa aku akan mengalami luka dalam."

Setelah Mahen selesai berbicara, Diva terbengong sejenak. Beberapa saat kemudian dia tersipu, memukuli dada Mahen. "Bukankah hari ini kamu harus pergi ke perusahaan? Kamu belum mau bangun untuk mandi?"

“Ya.” Mahen menarik sandalnya dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi.

Setelah mandi sebentar, dia pun keluar dari kamar mandi. Diva telah menyiapkan pakaiannya. Kemeja gelap dan setelan lengkap, kelihatan dewasa dan sederhana.

Tuan kedua Sutedja adalah maneken alami, serta memiliki wajah tampan yang menumbuhkan rasa iri pada setiap orang, apa pun yang dikenakannya akan terlihat bagus.

Diva berdiri di depan Mahen, menurunkan kelopak mata yang indah, mengikat dasi Mahen dengan serius.

Mahen menundukkan kepala untuk melihat Diva, sentuhan pemanjaan dan senyuman tercetak di alisnya.

Diva memasang kancing di dada Mahen, lalu suara Mahen terdengar dari atas kepala, "Laporan keuangan kuartal terakhir Shinee Movie sudah dihitung. Aku akan meminta George untuk mengirimkannya ke email-mu."

Mendengar itu, gerakan tangan Diva membeku sejenak. Kemudian dia lanjut memasang kancing terakhir tanpa mengangkat kepala. Setelah itu, barulah dia mengangkat kelopak untuk melihat Mahen, berkata dengan ekspresi lembut: "Bukankah kamu tidak mau aku mengurus persoalan perusahaan supaya aku bisa berkonsentrasi melahirkan putramu."

“Aku memang mau kamu melahirkan putra kita dengan ketenangan pikiran, tapi aku tidak melarangmu untuk mengurus masalah perusahaan.” Lengan Mahen melingkari pinggang Diva, telapak tangan membelai rambut panjangnya yang lembut. Mereka berdua saling memandang, menimbulkan suasana mesra.

"Diva, aku tahu tidak peduli seberapa besar rumah ini, aku tetap tidak bisa mengurung kamu di dalam rumah. Kontrak yang kuberikan pada George adalah selama satu tahun. Setahun kemudian, kamu kembali ke perusahaan. Aku tidak akan mengurung kamu di rumah dan memaksamu untuk menjadi ibu rumah tangga."

Diva mengangguk, menjawab dengan lembut, "Aku akan meluangkan waktu untuk membaca laporannya. Mengenai persoalan kembali ke perusahaan, kita bahas setelah anak ini lahir."

"Oke." Jawab Mahen. Setelah berpakaian rapi, Mahen pun keluar.

Sejak mereka menikah, pada dasarnya Mahen tidak keluar ketika tidak harus keluar. Dia nyaris memindahkan perusahannnya ke rumah. Ada tiga komputer dalam ruang kerja, serta tumpukan dokumen yang hampir memenuhi ruangan.

Dia ingin tinggal bersama Diva sepanjang waktu. JIka matanya tidak melihat Diva, dia sangat khawatir.

Sebelum dia keluar, dia mengingatkan banyak hal pada Diva. Melarang ini dan itu, tidak boleh ini dan itu, sangat cerewet, seperti seorang wanita tua. Pada akhirnya, dia bahkan menyuruh Diva untuk tidak sembarang menyentuh barang yang berlistrik. Dia benar-benar memperlakukan Diva seperti anak berusia tiga tahun.

Setelah dia meninggalkan rumah, dia masih merasa tidak tenang. Dia menelepon Diva dua kali dan bertanya apa yang dia lakukan. Pertama kalinya, Diva sedang berjemur matahari di halaman. Mahen menyuruhnya untuk tidak berjemur terlalu lama agar menghindari sengatan matahari. Kedua kalinya, Diva sedang berada di kamar mandi. Mahen menyuruhnya untuk tidak berjongkok terlalu lama, seolah takut Diva akan terjatuh ke dalam kloset. Ini membuat Diva merasa agak konyol.

Mahen rapat sepanjang pagi. Usai rapat, dia langsung pulang ke rumah.

Saat dia tiba di rumah, Diva sedang mencuci pakaian di ruang cuci.

Diva berdiri di depan wastafel, menggosok pakaian dalam Mahen dengan tangan, terlihat sangat serius.

Sehelai rambut terkulai di kening, berayun ringan di depan mata.

Punggung Mahen bersandar di panel pintu. Dia diam-diam menatap Diva.

Novel Terkait

Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu