Suami Misterius - Bab 1311 Aku Ingin Pergi Dari Sini

Ketika bangun, perasaan pertama yang dirasakan Mahen adalah sakit kepala. Ketidaknyamanan setelah mabuk membuatnya mengerutkan kening.

Dia bangkit duduk di ranjang dan melihat Diva duduk di depan jendela dengan lengan memeluk lutut, kepalanya bertumpu pada lengannya dan rambutnya dilepaskan begitu saja. Dia masih mengenakan gaun putih semalam, tapi roknya tampaknya lebih banyak kerutan.

Diva memiringkan kepalanya, melihat ke luar jendela. Tidak ada ekspresi berlebihan di wajahnya, tetap terlihat begitu tenang, membuat orang sulit menebak pikirannya.

Mahen menatapnya tanpa berkata, selain terasa sakit kepala, jantung di dadanya berdetak tak terkendali

Dia memang meminum alkohol tadi malam, tapi tidak sampai tidak sadar diri. Dia tentu tahu apa yang telah dia lakukan. Sebenarnya dia sedang menggunakan alkohol meningkatkan keberanian.

Dia menginginkannya, jadi melakukan apa yang ingin dia lakukan dengan alasan mabuk.

Mahen merasa dirinya sangat lucu, dia mengingatkan Diva untuk tidak jatuh cinta padanya. Tapi akhirnya, dirinya yang malah jatuh cinta padanya.

Mahen mengenakan pakaiannya, turun dari tempat tidur dan berjalan ke sisi Diva, menatapnya dengan tenang dan dalam, tetapi tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

Ini adalah pertama kalinya Tuan muda kedua memaksa wanita, jadi dia tidak tahu bagaimana menghadapinya.

Dia berpikir, kalau dia bersedia bertanggung jawab, apakah Diva akan menerimanya?

Di saat Tuan muda kedua ragu-ragu, Diva duluan berkata "Tuan muda kedua sudah sadar?"

"Ya." Mahen menjawab.

“Kalau begitu, apakah Tuan muda kedua berencana menegosiasikan persyaratan denganku sekarang?” Diva bertanya, nadanya yang tenang terdengar tidak bergelombang, tapi suaranya terdengar serak.

Mahen ingat dia menangis lumayan keras tadi malam.

“Apa yang kamu inginkan?” Mahen bertanya dengan alis berkerut.

Diva menggerakkan bibirnya dan menatapnya dengan tatapan dingin.

Mahen duduk di hadapannya dan mengangkat sudut bibirnya, berkata "Diva, kamu adalah orang pintar, kamu seharusnya tidak akan mengatakan hal-hal bodoh seperti ingin memasukkan aku ke penjara."

“Tidak.” Diva menjawab dengan mata tertutup.

Diva adalah orang pintar, dia tidak akan melakukan hal-hal yang menyakiti orang lain dan merugikan dirinya. Kalau dia membesar-besarkan masalah tanpa mempertimbangkan konsekuensi dan berselisih dengan keluarga Sutedja, dia memang bisa memasukkan Mahen ke penjara.

Tetapi dia belum tentu dapat menanggung konsekuensinya. Keluarga Sutedja tidak akan melepaskannya, dia bahkan akan menghancurkan reputasinya sendiri.

Apa untungnya dia melakukan ini.

“Bagaimana kalau aku ingin kamu menikah denganku?” Diva berkata, suaranya lembut dan tidak bercampur dengan emosi apapun.

Mahen menatapnya dalam-dalam, dia ingin melihat hatinya melalui penampilannya yang tenang. "Apakah kamu yakin?"

Diva memutar kepalanya, memandang ke luar jendela dengan tatapan kosong, mengangkat sudut bibirnya dan menertawakan dirinya sendiri.

Menikah dengannya? Diva benar-benar tidak berani memikirkannya. Pria seperti Mahen bagaikan kuda liar yang tak terkendali, tidak ada orang yang bisa mengendalikannya dengan mudah.

Diva mengakui dirinya tidak sanggup menjadi Nyonya muda.

“Aku bercanda, kamu tidak harus menganggapnya serius.” Selesai berkata, Diva perlahan-lahan berdiri dari posisinya, lalu berkata dengan nada menertawakan diri “Aku ingin pergi dari sini.”

Mahen menatapnya dalam-dalam dan terdiam beberapa saat.

Diva berdiri di tempat dengan mata menyipit, keduanya tidak bergerak dan tidak berkata.

Tidak tahu berapa lama kemudian, Diva mendengar Mahen menjawab dengan dingin "Oke, aku akan mengantarmu pergi."

Diva mengikutinya keluar dari gerbang halaman.

Selama sebulan penuh, akhirnya dia mendapatkan kembali kebebasannya.

Mobil Mahen berhenti di gerbang halaman, dia mengulurkan tangan membuka pintu mobil, memutar kepala menatap Diva dan mengisyaratkannya masuk ke dalam mobil.

Keduanya masuk ke dalam mobil, Diva duduk di bagian depan, melihat ke arah depan dan bertanya dengan samar "Apakah kamu mengemudi sendiri tadi malam?"

"Ya." Mahen menjawab.

Diva tidak berkata, dapat mengendalikan mobil dengan baik, tapi tidak bisa mengendalikan tubuh bagian bawahnya. "Tindakan mabuk" Tuan muda kedua benar-benar perlu dipertanyakan.

Mahen tidak menjelaskannya, dia membungkukkan tubuh mendekatinya.

“Apa yang ingin kamu lakukan?” Diva langsung mengulurkan tangan menahan dadanya, wajahnya yang biasanya terlihat tenang, akhirnya menimbulkan sedikit emosional.

Diva terlihat sedikit takut dengannya.

Mahen tersenyum, mengulurkan tangan menarik sabuk pengaman.

Dia mengenakan sabuk pengaman untuk Diva, tapi tidak pergi darinya, tetap mempertahankan posisi setengah berpelukan dengannya

“Takut padaku?” Dia mengangkat alis tersenyum.

Diva menggerakkan bibirnya, tidak berkata.

“Mengapa takut padaku? Apakah aku menyakitimu tadi malam?” Mahen bertanya dengan ekspresi serius.

Wajah Diva tersipu, tangannya mengepal erat, dia memelototinya dengan marah dan berkata “Aku tidak ingin membahas masalah ini denganmu.”

Mahen tersenyum licik, kemudian melepaskannya dan duduk tegak.

Semalam, dia juga tidak terduga Diva adalah pertama kali. Iqbal si brengsek tidak dapat meniduri tunangannya, jadi pergi meniduri tunangan orang lain.

Semalam dia sudah berusaha selembut mungkin, namun tidak peduli sehebat apapun ahlinya, wanita tetap tidak dapat menghindari rasa sakit di saat pertama kali. Mahen ingat tadi malam dia tidak berhenti menangis dan membuatnya merasa sangat bersalah.

Mahen menyalakan mobil dan memutar sterling mobil, mobil perlahan-lahan memasuki jalan utama.

Mahen mengendarai mobil di jalan dengan santai.

Diva memutar kepala menatap ke luar jendela, di saat mobil melewati toko obat, Diva memutar kepala dan mengatakan padanya “Bisakah menghentikan mobil sebentar?”

Mahen tidak memiliki alasan, setelah mendengar katanya, dia memarkirkan mobil di tepi jalan.

Seluruh tubuh Diva terasa sakit, dia tidak ingin bergerak, jadi berkata padanya “Harus merepotkan Tuan muda kedua pergi belikan obat untukku.”

Mahen mengangguk, turun dari mobil dan masuk ke dalam toko obat, tidak lama kemudian langsung kembali.

Dia menyerahkan obat pada Diva, Diva mengambil dan melihatnya, dia tiba-tiba ingin sekali membanting orang.

Obat yang dibeli Mahen adalah salep.

“Di dalam mobil tidak terlalu nyaman, kamu gunakan setelah kembali ke rumah, kalau tidak tahu cara penggunaannya, baca saja buku petunjuk.” Mahen berkata.

Wajah Diva yang indah tersipu, dia merasa kesal dan malu. “Mahen, apakah kamu sengaja? Aku memintamu membelikan obat, apakah dirimu tidak tahu obat apa yang ingin kubeli?”

Tangan Mahen memegang sterling mobil, lalu menatapnya dengan postur santai. Penampilannya ketika marah benar-benar lumayan imut.

“Obat apa yang ingin kamu beli? Obat kontrasepsi? Kamu benar-benar terlalu percaya padaku, seberapa kuat diriku, hanya sekali langsung bisa membuatmu hamil.”

Diva menggigit bibirnya, wajahnya memerah, dia malu dan juga kesal.

Diva memelototi Mahen, terus berkata “Bagaimana kalau benar-benar hamil? Apa yang akan dilakukan Tuan muda kedua? Melahirkannya atau melakukan aborsi?”

“Terserah kamu. Terserah kamu ingin melahirkannya ataupun melakukan aborsi.” Mahen berkata dengan acuh tak acuh.

Diva tersenyum dingin “Kalau aku melahirkannya, akankah kamu membesarkannya?”

“Tentu saja.” Mahen menjawab dengan santai “Aku masih sanggup membesarkan seorang anak.”

Diva “…….”

Diva benar-benar merasa otaknya masuk air, sehingga membahas masalah tentang anak dengannya.

Mobil Mahen akhirnya berhenti di luar vila keluarga Maveris. Sebuah vila yang halamannya tidak terlalu luas, tapi menanam berbagai jenis bunga.

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu