Suami Misterius - Bab 129 Imbalan Menggendongnya

Ketika pelayan bertanya perlu berapa tingkat kematangan steak mereka, Clara merebut jawab duluan, “Matang sepenuhnya, dua porsi sama.”

Rudy: “……”

“Makan daging setengah matang akan menyebabkan diare.” Clara mengatakan dengan serius.

Kemudian, pelayan menyajikan dua piring steak dengan kematangan penuh. Rudy sama sekali tidak bisa merasakan rasa yang seharusnya ada di steak, satu potong daging steak dibuang setengah.

Clara juga membuang setengah daging steaknya, dia tidak ada permintaan apa terhadap rasa, hanya merasa daging agak keras, tidak bisa mengunyahnya. Dia merasa warung makan lebih baik.

Meskipun steak tidak terlalu sesuai harapan, tapi pizza durian masih sesuai selera Clara, pizza 12 inci hampir semua masuk ke dalam perutnya sendiri, makan hingga agak kekenyangan.

Selesai makan pizza, dia makan semangkok puding, minum segelas jus jeruk, benar-benar sudah kekenyangan, saat duduk di dalam mobil masih cegukan.

Rudy mengendarai mobil membawanya pulang, entah kenapa mobil tiba-tiba mati di tengah jalan. Kemudian, sama sekali tidak bisa dinyalakan lagi.

Mungkin ini pertama kalinya Rudy bertemu hal yang begitu memalukan, menelpon ke supir dengan wajah suram, “Mobil tidak bisa menyala lagi di Jalan Gatot Subroto, kamu datang untuk mengurusnya.”

Dia selesai memerintah, langsung mematikan telpon.

Butuh beberapa saat supir baru bisa datang ke sini, dan, meskipun sudah tiba di sini, juga belum tentu bisa menyelesaikannya. Rudy tidak mungkin menghabiskan waktu hanya untuk menunggu, turun dari mobil bersama Clara, berjalan ke tepi jalan untuk mencari taksi.

Pada waktu ini, di jalanan ini, sulit sekali untuk mendapatkan taksi. Di dalam ponsel Rudy tidak memiliki aplikasi taksi online, dia menyuruh Clara menggunakan ponselnya untuk memanggil mobil.

Kebetulan sekali, beberapa waktu lalu ponsel Clara baru saja direset ulang, aplikasi taksi online juga dihapus.

“Apakah perlu waktu yang lama untuk mengunduhnya?” Rudy bertanya sambil mengerutkan kening.

“Tidak bisa diunduh, ponselku sudah kehabisan kuota.” Clara menjawab.

Rudy: “…… jalan kaki saja pulangnya, hanya sekitar dua kilometer jaraknya, tidak terlalu jauh.”

Dia selesai bicara, melangkahkan kaki panjang jalan maju ke depan, tapi lengan malah ditarik oleh Clara.

“Aku tidak bisa jalan lagi.” Dia berkata dengan wajah cemberut.

Rudy agak tidak mengerti sambil menatapnya, “Tidak kenyang?”

Clara menggeleng, “Kekenyangan, tidak bisa jalan lagi.”

Rudy: “……”

Dia tidak berdaya menjongkok, dengan datar mengatakan, “Naik saja.”

Clara sambil tersenyum naik ke punggungnya, sepasang tangan melingkari lehernya.

Punggung pria sangat hangat, juga sangat luas, langkah kaki juga stabil.

Clara berbaring di punggungnya, pelan-pelan kepala bersandar di bahunya, tersenyum menyipit seperti seekor kucing malas. “Rudy, kamu adalah pria pertama yang menggendongku di punggung, apakah merasa terhormat?”

“Eng, suatu kehormatan besar.” Rudy berkata dengan agak tidak berdaya.

Bagi wanita, biasanya orang pertama yang seharusnya menggendongnya adalah papa, dan jelas sekali Yanto bukanlah seorang ayah yang baik.

Dia menggendong Clara, berjalan maju ke depan dengan langkah mantap. Clara berada di atas punggungnya, suasana hati sangat baik sambil bersenandung.

Selesai bersenandung satu lagu, lalu berkata, "Rudy, kenapa kamu tidak bicara?"

"Bicara apa?" Dia bertanya.

"Terserah mau bicara apa pun boleh." Claraa berkata.

Setelah Rudy memikirkannya sejenak, mengatakan: "Kamu sudah harus diet."

Clara: "......" Dia ingin membuka mulut untuk menggigitnya.

Tangga di depan gedung, Rudy menurunkannya.

Kedua kaki Clara baru menginjak tanah, ponsel langsung berdering, dia melihat ID penelpon, telpon dari Yanto.

Clara tidak terlalu bersedia mengangkat telpon, setelah telpon ditutup, wajah mungilnya juga suram.

"Aihh, aku harus pulang ke kediaman Santoso sebentar." Dia menghela nafas sambil mengatakannya.

Nenek dan kakak sepupu pulang, Yanto memberi perintah padanya lewat telpon bahwa malam ini dia harus pulang.

"Eng." Rudy jawab sekali, tidak banyak bertanya, dia jarang sekali ikut campur dalam urusannya.

"Aku pergi ya, bye bye." Clara membawa tas tangan, melambaikan tangan padanya. Baru jalan beberapa langkah, sepertinya teringat sesuatu, lalu berbalik dan jalan kembali.

Dia menjinjitkan ujung kaki, dengan cepat mencium pipi kirinya sekali.

"Imbalan untukmu karena hari ini sudah menggendongku pulang." Dia selesai bicara, bergegas lari ke arah pintu lift, masuk ke dalam lift.

Pipi Clara mulai terasa panas tanpa bisa dikendalikan, secara tidak sadar dia tutup dengan tangan, untuk saja selanjutnya pintu lift langsung tertutup.

Rudy melihat kedua belah pintu lift yang perlahan tertutup, mengulurkan tangan menyentuh pipi yang baru saja dicium, sudut bibir diangkat, tersenyum lega.

……

Clara sampai di villa keluarga Santoso sudah lewat dari pukul sepuluh malam, yang lainnya sudah tertidur.

Vivi sambil menguap membukakan pintu untuknya, saat Clara melewati ruang tamu, melihat di sudut tersimpan setumpuk koper yang masih belum sempat dirapikan.

"Hari ini aku sungguh tambah pengetahuan, lebih dari dua puluh koper, dua truk baru terpaksa bisa mengangkutnya, apakah ini memindahkan toko-toko luar negeri kembali ke rumah.” Vivi melihat koper-koper yang berukuran besar dan kecil itu, berkata sambil menghela nafas.

Clara selesai mendengarnya, mencibir sejenak. Barang-barang ini dibeli dengan menghabiskan uang keluarga Santoso, dan uang keluarga Santoso pada dasarnya juga berasal dari keluarga Pipin (keluarga Kakek Qin, Evi, Ezra), tentu saja tidak sayang jika Nenek Santoso dan Ester Pani yang menghabiskannya.

“Nenek dan kakak sepupu sudah tidur?” Clara bertanya.

“Eng, Nenek dan nona sepupu mengatakan sudah naik pesawat selama belasan jam, terlalu melelahkan, awal sekali sudah kembali ke kamar untuk istirahat.” Vivi menjawab.

Clara mengangguk, tidak berkomentar banyak terhadap hal ini.

“Kamarku sudah dibersihkan belum?” Clara bertanya lagi.

“Bibi tahu malam ini kamu akan pulang tinggal di sini, sengaja membersihkan seluruh kamar, perlengkapan ranjang semua diganti baru.” Vivi berkata.

“Sudah merepotkan Bibi Wulan.” Clara tersenyum sambil mengangguk, “Tidak ada apa-apa lagi kamu bisa kembali tidur saja.”

Vivi sambil mengantuk, sambil berjalan kembali ke kamar.

Clara menginap satu malam di rumah Santoso, bisa tidur nyenyak juga. Bagaimanapun, di sini adalah tempat dia hidup selama belasan tahun, tidak terdapat masalah gangguan tidur karena tidak terbiasa dengan ranjang.

Hanya saja ketika baru terbaring di atas ranjang, dalam benak memikirkan banyak masalah, lewat agak lama baru bisa tertidur.

Nenek Santoso dan Ester Pani sudah kembali, kali ini keluarga Santoso akan ramai sekali.

Nenek Santoso adalah nenek kandung Clara, dia adalah wanita yang sangat tangguh dan galak, janda dari muda, seorang diri membesarkan dua orang anak. Putra yang dibesarkannya juga berguna, Yanto lulusan dari universitas ternama, PNS yang jujur, menikahi putri keluarga kaya, bisa dikatakan seumur hidup penuh dengan kelancaran.

Keberuntungan keluarga Santoso sepertinya sudah diambil semua oleh Yanto. Putri dari Nenek Santoso, Yanti Santoso nasibnya tidak sebaik itu.

Dia memilih dari begitu banyak pilihan, pada akhirnya memilih pria yang paling tidak berguna, semua kebiasaan buruk dari minum alkohol, bermain wanita, berjudi dan lainnya dia lakukan, semua bisnis keluarga dihabiskan, Yanti tersiksa hingga meninggal begitu saja, ketika meninggal sangat kurus hingga tersisa kulit membungkus tulang.

Setelah Yanti meninggal, Nenek Santoso langsung menjemput cucu perempuan satu-satunya Ester ke sisinya, menjadi kesayangan yang dicintai dan dimanjakannya.

Sebelum Yanto dan Evi bercerai, Nenek Santoso membawa cucu perempuannya hidup bersama mereka. Asalkan apa yang Clara miliki, tidak peduli itu makan minum pakaian atau kebutuhan lain, tidak boleh tidak ada bagian untuk Ester, jika tidak, Nenek Santoso pasti ribut hingga tiada habisnya.

Novel Terkait

See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu