Suami Misterius - Bab 1251 Kamu Ini Serius Atau Bercanda Sih

Setelah sarapan, Desta mengantar Gungun ke TK, lalu Diana menyetir mobil mengajak Keyra keluar bersama-sama.

Mobil Diana melaju dengan sangat mantap, melaju tanpa tergesa-gesa di jalan dan terus disalip dari waktu ke waktu oleh mobil lainnya.

“Apa Firma hukum tidak sibuk belakangan ini?” Tanya Diana.

“Em, tidak ada kasus yang menarik.” Jawab Keyra santai sambil menyangga kepalanya dengan satu tangan dan melihat pemandangan mundur di luar jendela mobil.

Nona besar Keluarga Sunarya bisa sangat sibuk sampai malam ketika dia sibuk. Tapi terkadang dia juga bisa memperpelan dan menyantaikan diri. Saat ini, dia seolah berada di sebuah jendela kosong, dia pada dasarnya tidak fokus pada pekerjaan. Tapi, dia malah menggunakan lebih banyak tenaga dan pikirannya untuk pacaran dengan Alfy.

Mobil Diana menunggu lampu lalu lintas di perempatan jalan, lalu belok kiri.

"Kita ini bukannya berhenti di jalan yang salah ya? kawasan bisnis dan perbelanjaan masih lurus.” Tanya Keyra bingung.

“Pergi dulu ke rumah sakit, aku hari ini ada pemeriksaan lanjutan.” Jawab Diana lalu memutar stir mobilnya, dan berkata, “Tenang saja, tidak akan menghabiskan banyak waktu kok.”

Keyra mengangguk, dia sama sekali tidak keberatan menemani Diana ke rumah sakit.

Lena sudah menunggu di kantor karena mereka berdua sudah ada janji bertemu sebelumnya.

“Pertama-tama lakukan pemeriksaan USG Doppler berwarna, aku berkeliling dulu memeriksa ruangan pasien. Begitu kembali mari kita bicarakan lagi.” Lena menyerahkan form pemeriksaan kepada Diana. Lalu, dia pun pergi keluar sambil membawa dua dokter magang.

Keyra menemani Diana ke ruangan USG doppler berwarna untuk pemeriksaan. Mereka sudah mengambil antrian sebelumnya, jadi menghemat waktu untuk mengantri dan akhirnya tidak memakan banyak waktu untuk pemeriksaan.

Setelah pemeriksaan, Keyra dan Diana keluar bersama dari ruang pemeriksaan.

Keyra mengambil foto hasil USG Doppler berwarna dan melihat data yang begitu profesional di lembar foto usg itu seolah-olah seperti sedang mengamati astronomi, "Aku tidak mengerti sama sekali, apa ini maksudnya kamu sudah baik-baik saja, atau tidak?”

"Pada dasarnya tidak ada perubahan besar dengan data pemeriksaan terakhir. Kondisi sakitku ini sudah terkontrol dengan baik, tapi sulit untuk pulih sepenuhnya. Lagi pula, dokter bukanlah dewa, dan tidak ada obat ajaib yang bisa menyembuhkan sakit dalam semalam."

Diana menghela nafas tak berdaya, dan melanjutkan dengan berkata, "Bibi Lena bilang dalam situasi sepertiku, dibutuhkan waktu setidaknya lima atau enam tahun untuk pulih sepenuhnya. Setelah lima atau enam tahun, aku sudah berusia 30-an. Untuk seorang wanita yang sudah berumur segitu maka ketika ingin punya anak lagi, itu tidak akan mudah.”

"Jika kamu tidak bisa melahirkan seorang anak lagi ya sudah. Kamu juga sudah punya Gungun.” Kata Keyra meyakinkan.

Diana mengangkat pundaknya tak berdaya, "Desta dan aku sama-sama ingin punya anak perempuan. Sayangnya, kami sepertinya tidak punya takdir untuk punya keluarga dengan satu anak laki-laki dan satu anak perempuan.”

"Menurutku, kalian berdua ini kecanduan punya anak. Memiliki satu anak di rumah saja sudah cukup berisik sekali. Jika kamu punya satu lagi, bukannya yang ada, atap rumah bisa-bisa malah terbalik saking berisiknya. Memikirkannya saja merasa sudah pusing sekali. Apalagi, kan sakit sekali kalau melahirkan. Kenapa juga harus mencari masalah dan menyakiti diri sendiri sih.” begitu membahas mengenai anak, entah kenapa Keyra merasa pusing sekali.

“Melahirkan seorang anak adalah kemampuan dan hak yang Tuhan berikan untuk seorang wanita, apa kamu tidak ingin punya anak!” gumam Diana.

"Aku tidak berencana ingin punya anak.” Jawab Keyra dengan yakin, “Betapa enak sekali kan jika keluarga hanya terdiri dari suami dan istri. Bisa selalu menghabiskan waktu bersama dalam dunia yang hanya untuk dua orang saja.”

“Keyra, kamu ini serius atau bercanda sih?” Diana menatapnya dengan ekspresi sangat terkejut.

Keyra mengangkat pundaknya, terlihat setengah bercanda namun juga setengah serius.

Mau tak mau Diana mengulurkan tangan menepuk keningnya, “Apa Alfy tahu kamu tidak ingin punya anak?”

“Masalah ini kan masih sempat dibicarakan setelah pernikahan. Apalagi, aku di waktu-waktu ini tidak ingin punya anak, itu bukan berarti aku pasti tidak akan mempunyai anak.” Kata Keyra dengan santai. Dia pun berjalan masuk ke dalam lift bersama Diana.

Mereka berdua naik lift ke atas, dan begitu mereka berjalan ke pintu kantor Lena, mereka mendengar suara-suara dan teriakan tajam dari seorang wanita yang tidak jauh dari mereka.

Kemudian, mereka melihat beberapa polisi berseragam menyeret seorang wanita keluar dari bangsal VIP. Wajah wanita itu merah dan bengkak, rambutnya acak-acakan, dan dia mengenakan pakaian perawat berwarna putih, terlihat sangat menyedihkan.

Tapi sekilas Keyra mengenalinya, wanita ini ternyata adalah Zindy.

Mengapa Zindy ada di sini?

Melihat Zindy dibawa pergi oleh polisi, Keyra sepertinya terbayangkan sesuatu. Dia pun dengan cepat berjalan menuju bangsal VIP.

Pada saat itu, area bangsal VIP telah kembali pulih menjadi tenang dan tertib normal seperti biasa.

Di dalam bangsal, Shakira terbaring diam di ranjang dan Gerald berdiri di samping ranjang. Satu tangannya memegang gelas air dan satu tangannya yang lain memegang dua pil berwarna putih.

"Sudah waktunya minum obat." kata Gerald lembut.

Shakira duduk dari ranjang rumah sakit, lalu mengambil pil itu dengan masih tetap diam, lalu melemparkan pil itu ke mulutnya. Setelah itu, membaringkan diri kembali ke ranjang dan membelakangi Gerald.

Gerald sedikit mengerutkan kening, tampak rasa sakit di antara kedua alisnya. Dulu, Shakira paling takut pahit. Dia paling tidak suka makan obat. Sekarang, ketika dia makan obat seolah tidak ada bedanya dengan makan permen. Dia langsung memasukkan ke mulutnya dan menelannya tanpa minum setetes air pun.

Dulu pernah sekali, Gerald bertanya padanya, “Apakah obatnya tidak pahit?"

Shakira pun berkata, "Jika sudah mati rasa, maka tidak akan merasa pahit."

Ketika dia mengatakan ini, ekspresi dan nada bicara Shakira sangat tenang. Dia seperti ini akhir-akhir ini, memperlakukan semua orang dengan sangat sopan, tenang, namun terasa menjauh. Tidak ada perbedaan dalam memperlakukan semua orang, termasuk Gerald.

Dan semakin dia seperti ini, Gerald semakin hancur hatinya. Dia lebih suka Shakira bertengkar atau ribut dengannya, lebih baik melampiaskan semua emosinya daripada menahannya di dalam hati seperti ini.

Ketika Keyra mengetuk pintu dan berjalan masuk ke bangsal, Gerald sedang duduk diam melamun di samping ranjang. Shakira sedang berbaring di ranjang dengan selimut menutupi tubuhnya. Dia tak bergerak sama sekali, entahlah tidak tahu apa dia ini tidur atau tidak.

“Ayo kita bicara di luar saja. Jangan ganggu Shakira istirahat.” Gerald berjalan keluar bangsal bersama Keyra, dengan mata yang terlihat sangat lelah.

Koridor di area bangsal VIP kosong melompong, dan hanya sedikit orang yang berjalan lewat di sana.

Gerald mengulurkan tangan untuk membuka jendela koridor, berdiri di dekat jendela lalu menyalakan rokok, dan mengisap beberapa isapan itu lebih keras. Mungkin karena terburu-buru jadi dia tersedak asap rokok beberapa kali.

“Bagaimana kabar Shakira dan anaknya?” Tanya Keyra perhatian.

Gerald menggelengkan kepalanya dan menjawab dengan suara serak, “Masih seperti itu.” Anak itu bisa saja lahir prematur kapan saja. Shakira menolak dirawat oleh psikolog dan menolak untuk berkomunikasi dengan siapapun.

“Kondisinya akan membaik begitu anak itu lahir. Semua orang bilang kalau wanita itu lemah namun begitu jadi ibu mereka akan sangat kuat.” Kata Keyra mencoba menghiburnya.

Gerald menghembuskan asap rokok, mengangguk memaksakan diri tersenyum.

“Aku baru saja seperti melihat Zindy.” tanya Keyra sedikit ragu-ragu.

Dia melihat Zindy mengenakan baju perawat, Keyra menebak kalau Zindy mungkin masuk dengan berpura-pura menjadi perawat. Keyra khawatir Zindy akan menyakiti Shakira dan anaknya, jadi dia bergegas menghampiri bangsal Shakira, dan akhirnya dia lega begitu melihat Gerald sedang menjaga Shakira.

Gerald menjentikkan putung rokok dari ujung jarinya, lalu tersenyum dingin dan berkata dengan suara seraknya, “Aku tidak ingin menghabisinya sampai tidak bisa apa-apa lagi, dia sendiri yang datang kesini cari mati.”

Setelah Gerald berurusan dengan Dekan Lee dan Yohanes, tentu Zindy tidak akan mungkin dilepaskan begitu saja.

Belum lama ini, ayah Zindy, Wakil Direktur biro kesehatan baru saja ditangkap karena menerima suap, aset keluarga pun dibekukan dan harta benda disita untuk diperiksa.

Segera setelah itu, persediaan medis dari Rumah Sakit Pusat A ditemukan kalau memiliki kualitas yang bermasalah dan persediaan medis ini dibeli dengan persetujuan dari bibi Zindy, Direktur Reksa. Setelah diselidiki, ditemukan bahwa dikertur Reksa memiliki kontrak kerjasama jangka panjang dengan pabrik peralatan medis ini. Setiap kali rumah sakit membeli persediaan medis dan peralatan medis lainnya dari pabrik peralatan medis ini, maka Direktur Reksa akan mendapatkan potongan harga apalagi potongan harga ini tidak mungkin nominalnya kecil.

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu