Suami Misterius - Bab 120 Terus Menemaniku

Untung saja lokasi perekaman tidak terlalu jauh, dokter dapat datang dengan cepat, dan memeriksa luka Clara.

Syukurnya tidak terluka pada tulangnya, hanya keseleo di pergelangan kakinya, perlu istirahat beberapa waktu lagi.

Setelah itu Clara diantar pulang ke hotelnya, proses perekaman ditunda hingga besok pagi. Besok paginya, pastinya dia harus melakukan perekaman dalam keadaan terluka.

Clara duduk di sofa hotel, kakinya telintang diatas sofa, di area pergelangan kakinya dililit oleh perban yang tebal.

Luna duduk dihadapannya, mempelajari map dengan aplikasi Baidu di ponselnya. Saat ini baru jam sebelas siang, dia tidak bermaksud untuk terus menemani Clara di dalam kamar hotel ini, niatnya keliling diluar sambil belanja.

“Perlu aku membawamu baring diatas kasur ? Kamu istirahat dulu, aku keliling sebentar.”

Kaki Clara terluka, dia sudah merasa tidak senang, saat ini dirinya semakin emosi. “Aku sudah luka parah, kamu masih bisa santai-santai belanja, kamu yang sebagai managerku apa tidak terlalu mengelak tanggung jawab !”

Emosional nona Clara telah dibangkitkan, namun Luna sama sekali tidak peduli. Dia tersenyum sambil menepuk-nepuk wajah Clara, berkata, “Aku mau menemani beberapa kameramen keliling Minzu Street, aku dulu pernah datang ke Xi'An, mereka minta aku jadi pemandu wisatanya, mengenalkan makanan ciri khas tempat ini. Betapa lelahnya belanja, kamu kira aku senang ya, semuanya juga demi kamu, kalau mereka merasa senang, pasti akan merekam kamu dengan secantiknya.”

“Kamu jangan jadikan aku sebagai alasan. Aku cantik bawaan, mereka sudah harus ganti profesi kalau merekam aku jadi jelek.” Clara melihat Luna berjalan keluar dengan hati yang gembira, langsung melemparkan bantalnya karena emosi.

Luna tidak pernah memanjakan emosional Clara, mengambil bantalnya dan melempar balik, sebelum pergi tidak lupa juga untuk memperingatinya agak tetap istirahat di kamar.

Clara yang sendirian, terbengong di kamar dengan tampang kegagalan. Saat ini dia sedikit merindukan suara tangisan penyanyi kecil barusan. Bagusnya ada yang menemani daripada sendirian.

Dia melihat kakinya yang dililit perban, ekspresi wajahnya sangat kasihan.

Daripada bosan, dia mengambil ponselnya, mencari daftar kontaknya, akhirnya berhenti di halaman yang tertera nama Rudy. Dia ragu sebentar, akhirnya meneleponnya juga.

Setelah ponselnya berbunyi beberapa saat, terdengar suara nada rendah seorang lelaki.

Sebenarnya, pada waktu ini Clara harusnya sedang dalam proses perekaman, tidak bakal ada waktu untuk meneleponnya.

“Kamu sedang sibuk ya ?” Clara memegang ponsel, bertanya dengan sedikit iseng.

“Masih mending.” Rudy menjawabnya, dan balik bertanya, “Kamu ?”

“Terjadi sedikit kecelakaan pada saat perekaman, kakiku terluka, hanya bisa istirahat di kamar hotel.” Clara menjelaskan dengan nada kasihan.

“Hotel mana ?” Rudy bertanya.

“Hotel Hilton.” Clara menjawab. Namun, dia merasa percuma juga kalau dia kasih tahu, memberitahukan keberadaan dirinya, dia juga tidak bisa terbang langsung kesini.

“Kenapa kamu tidak tanya luka aku parah atau tidak ?” Clara mengeluh lagi.

Meskipun dia tidak benar-benar perhatian dengannya, setidaknya pura-pura bertanya juga. Bagaimanapun dia juga Ibu dari anaknya.

“Mau tahu lukanya parah atau tidak harus melihat langsung.” Rudy menjawab, nadanya seperti biasanya, berat dan terkendali, sangat datar.

Clara menjadi emosi karena sikapnya yang tidak peduli, langsung memutuskan sambungan teleponnya.

Dia mengangkat kakinya ke atas meja, memotret sebuah foto dengan ponselnya, mengirim ke Rudy, dan menambahkan keterangan : Sudah cacat.

Di layar ponsel muncul sebuah pemberitahuan bahwa pesan telah terkirim, Clara melemparkan ponselnya dengan sembarangan, sambil meloncat-loncat ke area kulkas untuk mencari minuman.

Dia mengeluarkan sebotol air putih, sepertinya botol ini dendam dengannya, dia membuka tutupnya dengan setengah mati namun tidak berhasil juga. Clara hampir menghabiskan seluruh tenaganya, ketika tutup botolnya baru saja terbuka, tangannya jadi licin, botolnya terjatuh ke bawah, sebagian air di botol menyiram ke tubuhnya, perban yang melilit di pergelangan kakinya juga basah. Memang sialnya luar biasa.

Clara hampir menangis karena emosi, kenapa sebotol air minum saja mau cari masalah dengannya, apa masih mau memberikan kesempatan hidup.

Dia baru saja tidak berdaya dengan kakinya yang sudah basah, bel kamarnya kebetulan berbunyi pada saat ini.

Clara mengira Luna yang sudah pulang, meloncat menghampirinya untuk membukakan pintu.

“Untung saja kamu masih ada kesadaran, masih tahu harus pulang cepat.” Clara sambil mengomel, sambil mengulurkan tangan untuk membuka pintu. Namun, yang muncul di hadapannya adalah seorang lelaki yang tampan dan tegap.

“Rudy ?” Clara melotot besar matanya, dengan reaksi bagaikan melihat hantu.

Dari kota A sampai ke Xi'An, naik pesawat juga butuh waktu dua jam lebih, hantu juga tidak mungkin bisa cepat ini.

Secara refleks Clara mengira dirinya telah melihat khayalan, menggosok matanya dengan tangan.

Tatapan Rudy muncul sedikit rasa tidak berdaya dan tersenyum, dia tidak berbicara, malahan maju satu langkah, langsung memeluk Clara, melangkah ke dalam kamarnya.

Kedua kaki Clara melayang, dia menjerit karena kaget, kedua lengannya yang lembut langsung melingkar ke lehernya.

Rudy meletakkan dia diatas sofa tamu, setelah itu, melututkan satu kakinya ke lantai, setengah membungkuk di hadapannya, menundukkan kepala untuk memeriksa pergelangan kakinya yang terluka.

Perban yang melilit di kaki Clara telah basah total, dia mengerutkan alisnya. “Kenapa bisa begini ?”

“Disiram air karena kurang hati-hati. Tidak tahu juga kenapa hari ini begitu sial, mau minum air saja susah.” Clara mengeluh dengan wajah cemberut.

Rudy tidak berbicara, menggerakkan tangannya untuk membuka perban di kakinya.

Perlahan-lahan lapisan perban yang basah terjatuh ke lantai, menampakkan kaki yang merah dan bengkak.

Kaki Clara sangat kecil, putih dan mulus. Satu telapak tangan Rudy sudah cukup menutupinya.

Telapak tangannya yang besar dan hangat memegang kakinya, memutar dengan ringan, Clara menjerit kesakitan.

“Rudy, kamu jangan cari kesempatan untuk balas dendam !” Clara melototnya dengan emosi.

Rudy dengan bola matanya yang hitam, melirik sejenak, lalu menjawab, “Hanya keseleo saja, tidak terluka sampai tulang, tidak bakal cacat.”

Clara terbengong sejenak, baru menyadari pesan yang dikirimnya. Dia sedikit merajuk, dan melototnya lagi.

Rudy tidak berbicara, malahan mengambil kotak pengobatan yang ditinggalkan dokter pada sampingnya. Dia membuka kotak pengobatannya, mengeluarkan semprotan anti inflamasi dan perban yang bersih.

Dia membantu Clara mengobati ulang lukanya, kemudian, melilit ulang perbannya.

Clara menyandar di sofa, memeluk bantal lembut di dalam pelukannya, menatap dia dengan bengong.

Dari sudut pandangnya, kebetulan dapat melihat tiga per dua dari bentuk wajahnya, Kelima indranya sangat jelas dan raut wajahnya yang dalam, serta aura yang dingin. Satu tangannya memegang kakinya, dan tangan satunya lagi sedang melilitkan perbannya, ekspresinya yang fokus dan serius sangat menarik perhatian.

Clara bermain air seharian, harusnya sangat dingin, namun dengan tangannya yang besar dan cantik, suhu di telapak tangannya malahan hangat.

Satu tangannya Clara sedang menahan dagunya, mengedipkan bulu matanya yang lebat dan panjang, tersenyum dan berkata, “Sebenarnya kalau dipikir-pikir, ada bagusnya juga membiayai kamu.”

“Oh ?” Rudy mendengar kata-katanya, mengangkat mata sambil menatapnya, sepasang bola matanya sangat hitam dan dalam, bersinar bagaikan obsidian.

Bola mata Clara yang jernih saling bertatapan dengannya, sudut bibirnya menarik senyuman, dengan raut wajah yang serius dan berkata, “Dengan begitu, kamu bisa terus menemaniku.”

Rudy sedikit terbengong, lalu tersenyum, mengangguk sambil menjawab, “Baik.”

Novel Terkait

My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu