Suami Misterius - Bab 1013 Sedang Ribut Apa Lagi

“Clara, kamu mau membunuh aku ya! Aku sudah tahu, ayah kalian sudah merasa kalau aku hanya sebuah beban, kalau berhasil membunuhku, kalian sudah bisa hidup lega kan!”

Astrid duduk lemas di lantai, lalu menangis tragis.

Untung saja tempat tinggal mereka adalah di kawasan villa, jika tidak demikian, tangisan Astrid pastinya akan menarik perhatian para tetangga, sampai saat itu keadaan akan semakin menghebohkan.

Akan tetapi, meskipun tetangga di sekelilingnya tidak datang berkunjung, namun Nenek Sunarya telah kembali, benar-benar kebetulan sekali.

Setelah supir membawa Nenek Sunarya turun dari mobil, mereka sudah langsung melihat adegan tersebut.

Astrid jatuh tergeletak di bawah tangga, kursi roda jatuh berantakan di sampingnya, kelihatannya sangat kasihan.

Sementara Clara hanya berdiri di atas tangga dan memperlihatkan gaya berkuasa, tatapannya sangat dingin.

“Kalian sedang ribut apa lagi?”

Nenek Sunarya berjalan menghampiri, lalu bertanya dengan penuh amarah.

Dikarenakan Rudy terkurung di dalam kantor polisi dan menjadi tersangka kasus pembunuhan, Nenek Sunarya sudah tidak bisa tidur dalam dua hari berturut-turut, dalam waktu dekat ini dia terus mencari relasi untuk mengetahui sedikit informasi internal.

Saat ini telah terjadi permasalahan yang begitu besar, namun Astrid dan Clara bahkan masih bisa ribut di sini, Nenek Sunarya pastinya akan merasa emosi.

Astrid melihat Nenek Sunarya yang datang bagaikan rumput pertolongannya, sehingga semakin menangis tragis.

“Ibu, ibu masih sehat saja rumah ini sudah tidak sanggup menampungku lagi.

Clara mendorongku dari atas tangga, dia berniat membunuhku!”

Astrid menjerit tragis, suara jeritan dirinya memang sangat memekakkan telinga.

Clara mengerutkan alis, setelah Astrid selesai menjerit, dia baru berkata dengan nada dingin.

“Memutar balikkan kenyataan, penjahat malah beradu terlebih dahulu, kamu benar-benar menerapkan kebiasaan penjahat dengan akting yang sempurna.

Di depan villa seharusnya ada kamera pengawaskan, jadi sebenarnya aku yang mendorong kamu atau kamu yang ingin mendorongku, sudah bisa tahu kalau periksa kamera pengawas.

Kamu terus menuntut bahwa aku berniat membunuhmu, tetapi dengan tangga ketinggian satu meter lebih, kamu bukannya masih bisa hidup baik-baik meskipun telah terjatuh, dan juga masih bisa menjerit dengan suara yang begitu nyaring.

Aku seorang ibu hamil, kalau benaran terjatuh dari sana, mungkin saja akan mematikan satu tubuh dua nyawa.

Orang seperti dirimu, memang persis yang dikatakan dalam istilah zaman dulu, hidupmu hanya menghabiskan beras, kematianmu akan menciptakan kebajikan tidak terbatas.”

Astrid tidak dapat membantah apapun lagi terhadap tuntutan Clara, wajahnya telah kemerahan karena emosi, sehingga hanya bisa menatap Nenek Sunarya dengan tatapan memohon pertolongan.

Akan tetapi, sebelum Nenek Sunarya mulai berbicara lagi, Clara sudah berjalan turun dari tangga dan berdiri di hadapan Nenek Sunarya, “Suamiku dalam keadaan bahaya ya?”

Nenek Sunarya hanya mengeluh nafas, tidak tahu bagaimana menjelaskan hal ini kepada Clara.

Clara mengerut bibir dengan reaksi dingin, lalu mengeluh dengan penuh sindiran.

“Kalau dia terjadi sesuatu, aku akan membawa Wilson putus hubungan dengan keluarga Sunarya, kamu tinggal hidup bersama anak perempuanmu ini saja.

Setelah kamu tutup usia, keluarga Sunarya juga akan menghilang di dunia keluarga berkedudukan. Kamu tidak perlu takut juga, kamu masih memiliki anak laki-laki dan perempuan, ada yang menjaga hingga tua dan mengantarmu hingga dijemput ajal.

Ayah dan ibu mungkin saja tidak beruntung sepertimu, setelah mereka tutup usia, tidak tahu juga siapa yang bisa mengubur mereka.”

“Nyonya muda, Anda salah paham terhadap Nenek,setelah tuan muda terjadi masalah, Nenek sudah tidak bisa istirahat dengan baik dalam dua hari ini, dan terus meminta bantuan dan mencari solusi kepada orang lain.”

Supir ikut bercampur, reaksinya penuh dengan gaya tidak bersalah.

Clara mengerut bibir dan tersenyum setelah mendengar kata-kata supir, namun tetap saja membawa ekspresi sindiran.

Rudy adalah cucu kandungnya Nenek Sunarya, saat ini Rudy terjadi masalah, Nenek Sunarya tentu saja harus bertindak.

Bagaimanapun Rudy adalah pewaris satu-satunya di keluarga Sunarya.

Apabila tidak ada pewaris, maka cepat atau lambat keluarga Sunarya akan jatuh dari kedudukannya.

Sementara saat ini Bahron telah pensiun, dalam keadaan seperti ini, apabila ingin mengangkat seorang pewaris baru lagi dan mulai mendidiknya lagi, jelasnya juga sudah terlambat.

Apabila dengan menilai rasa perhatiannya keluarga Sunarya terhadap Rudy, Clara bahkan tidak bisa membedakan apakah perhatian ini cenderung dikarenakan hubungan darah atau hanya dikarenakan hubungan keuntungan.

“Suamiku bermarga Sunarya, bukannya wajar juga kalau keluarga Sunarya turut mencari solusi untuk menolong dirinya? Kalau anakmu terjadi masalah, kamu akan berdiam diri dan melihat dia mati begitu saja ya!”

Clara menatap supir dengan tatapan dingin, lalu lanjut berkata lagi :”Lagi pula, seandainya tidak ada keluarga Sunarya, suamiku juga tidak perlu mengalami bencana tidak jelas seperti ini.”

Kata-kata Clara sama sekali tidak sungkan, rasa tidak senang terhadap keluarga Sunarya juga terpapar jelas.

Apabila tidak ada keluarga Sunarya, mereka masih bisa berhidup senang di kota A, jauh lebih bagus daripada hidup saat ini yang penuh dengan malapetaka.

“Clara…” Nenek mengeluh ringan, wajahnya sangat pucat, ketika baru saja ingin berbicara, di bagian halaman rumah sudah terdengar suara mesin mobil yang memekakkan telinga.

Raymond memarkir mobilnya di depan halaman, setelah itu buru-buru turun dari mobil dan berjalan ke sisi Clara.

“Kakak ipar kecil, kamu tidak apa-apa kan?”

Nada Raymond sangat panik, tatapannya terus memperhatikan Clara dari ujung ke ujung.

“Masih beruntung, hampir saja didorong orang dan jatuh dari tangga.”

Clara mengikuti gaya dan nada bicara Astrid pada barusan, lalu menjawab dengan penuh sindiran.

Raymond dengan refleksnya menghapus keringat sendiri, untung saja tidak terjadi sesuatu, apabila Clara terjadi sesuatu, bos pasti akan menyiksa dirinya dengan mati-matian setelah keluar dari kantor polisi.

Clara mengangguk, lalu berjalan ke arah mobil Raymond, ketika melewati sisi Nenek Sunarya, dia menghentikan langkahnya, “Nenek mendingan suruh orang bawa bibi ke dalam saja, kesannya memang memalukan sekali kalau membiarkan dia menjerit di luar, keluarga Sunarya bukannya paling mementingkan nama baik ya, kalau membiarkan dia menjerit seharian lagi, nama baik keluarga Sunarya mungkin saja sudah tidak tersisa lagi.”

Clara selesai bicara dan langsung pergi bersama Raymond.

Raymond membawa mobilnya dengan stabil, lalu terus berkendara ke rumah sakit.

Clara kembali ke kamar pasien, dia melepaskan jaketnya dan mengganti pakaian pasien lagi.

Lena sedang melakukan pemeriksaan dasar terhadapnya.

“Tidak ada masalah, ke depannya jangan banyak berulah lagi.”

Lena menyimpan stetoskop dan berkata.

Clara duduk di atas kasur, reaksinya sangat datar, namun kelihatannya sedikit pucat, setelah itu dia berkata dengan nada lembut :”Lena, kamu sibuk saja dulu, aku mau mengobrol sebentar dengan Raymond.”

“Baik.”

Lena menjawabnya, dan tidak lupa untuk mengingatkan padanya, “Kalian jangan lama mengobrol, dia sudah harus istirahat.”

Raymond mengangguk mengerti.

Setelah Lena meninggalkan tempat, Clara bertanya dengan reaksi tidak sabar, “Rudy sebenarnya kenapa?

Kamu tidak perlu mengelabui aku lagi, kamu semakin menghiburku, aku hanya akan semakin khawatir.”

Raymond terdiam sejenak, lalu berkata dengan tanpa ragu :”Bos dijebak oleh seseorang, pada hari acara perayaan, kami semua kemabukan, ada yang membawa bos ke dalam sebuah kamar, sementara Conan sedang berbaring di dalam kamar tersebut, tetapi sudah mati dicekik orang.

Sekarang, tuntutan kriminal bos adalah pemerkosa dan pelaku pembunuhan.”

“Suamiku memerkosa dan membunuh Conan? Bercanda apaan.”

Clara selesai mendengarnya, reaksinya bagaikan telah mendengar sebuah lelucon yang paling besar di dunia ini.

Meskipun Rudy ingin bermain wanita, kriteria seperti Conan masih kurang pantas.

“Siapa yang merencanakan semua ini? Ahmed?”

Clara bertanya lagi.

“Iya. Tebakan untuk saat ini memang begitu, namun tidak ada bukti.”

Raymond lanjut berkata, “Lagi pula perangkap ini sangat sempurna, ada berbagai bukti yang tidak mendukung bos.”

Clara sedikit memejamkan matanya, reaksinya masih tergolong stabil.

“Bagaimana laporan pemeriksaan jenazah Conan?”

“Waktu kematiannya adalah satu jam sebelum bos masuk ke dalam kamar tersebut, penyebab kematiannya adalah sesak nafas karena dicekik, pelakunya mengenakan sarung tangan saat beraksi, sehingga tidak meninggalkan sidik jari.

Conan ada jejak diperkosa sebelum meninggal dunia, namun pelakunya sangat teliti dan terus mengenakan sarung tangan, sehingga tidak meninggalkan sidik jari maupun bekas apapun, dan juga mungkin saja terjadi sentuhan terhadap bagian tubuhnya atau sentuhan sementara dengan mengenakan kondom, sehingga di dalam tubuh Conan tidak menemukan sperma maupun nodanya.

Saat ini bos tidak dapat membantah apapun.

Pada saat polisi mendobrak ke dalam kamar, hanya ada bos dan Conan yang berada di dalam kamar itu.”

Raymond lebih kurangnya merasa sedikit canggung ketika membahas hal ini bersama Clara.

Namun sejak awalnya hingga saat ini, Clara tidak bereaksi apapun, alisnya yang cantik terus mengerut dengan erat, sepertinya sedang merenungkan sesuatu.

Novel Terkait

My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu