Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 280 Tidak Percaya Diri

Ketika Aiko menutup matanya dan berkata ‘Tidak akan menyesalinya’, dalam kemaluannya terdapat keberanian, keimutannya terdapat pesonanya dimana membuat sekujur tubuhku sesaat terpanas. Aku mencubit pipinya dan dengan lembut mencium bibirnya. Tepat ketika aku akan menyerang bunga peony yang hanya milikku ini, tiba-tiba terdengar bunyi pintu terbuka dari luar.

Reaksi Aiko pun lebih cepat disbanding diriku. Dia langsung mendorongku, berdiri dengan wajahnya yang memerah dan kemudian bergegas ke balkon. Aku pun di dalam hati sedang memaki-maki, menunduk kepalaku untuk melihat senjata petempuran yang sangat kubanggakan itu, sambil berpikir bahwa Nody telah hidup kembali dan Dony Yun pulang sungguh tepat waktunya, bukan? Apakah mereka menginstal CCTV di kamar ini dan sengaja kemari kesini. Sial, apa-apaan ini!

Aku sambil tidak mengatakan kritikanku, sambil berjalan ke balkon dan berdiri berdampingan dengan Aiko. Pada saat ini diluar terdengar suara pintu terbuka. Saat ini, Aiko yang tidak selaras dengan hatinya berkata, “Alwi, bintang pada malam ini sungguh banyak ya.”

Aku mendongak kepalaku dan berkata, “Benar sangat banyak, bahkan lebih banyak dibanding dengan serpihan patah hatiku.”

Dari belakang, Nody dengan penasaran berkata, “Kalian berdua sungguh memiliki waktu yang luang ya, pada malam hari ini pergi ke balkon untuk menikmati bulan dan melihat bintang-bintang. Hah, apakah kalian ingin membunuhku yang jomblo ini kah.”

“Siapa yang bunuh siapa?” kataku tanpa memarahinya.

Nody pun bertanya apa maksudku. Aiko sekilas menatapku dengan tajam dimana pandangan mata ini merupakan sebuah peringatan. Aku pun langsung menghilangkan amarahku, melihat jam tanganku dan berkata, “Hari sudah tidak terang lagi, kak, kamu pergi tidur dulu ya.”

Aiko mengangguk kepalanya, mengangkat kepalanya dan membalikkan badan untuk keluar dari kamar tersebut. Aku memandang bagian belakang tubuhnya yang ramping itu. Aku pun ingin menangis, sedikit lagi…sedikit lagi aku dapat memeluk tubuh kakak yang harum dan lembut itu untuk melewati malam yang indah ini.

Aku sambil memikirkannya, sambil menyalakan satu batang rokok. Aku pun tiba-tiba teringat bahwa aku barusan mencium Aiko setelah aku selesai merokok. Aku tidak tahu apakah dia akan membenci bau tobako yang terdapat di mulutku itu.

Saat aku sedang sembarangan berpikir dalam benakku, Nody pun bertanya mengapa aku masih berada di balkon yang ditiup dengan angin dingin. Aku pun dengan kesal menghisap rokok tersebut dan berkata, “Mendinginkan.”

Leluconnya, senjataku belum menundukkan kepalanya. Jika kali ini dilewatkan… Nody begitu pandai dan pasti dapat menebak ada terjadi sesuatu. Aku tidak takut untuk dijadikan bahan lelucon, tapi dimana Aiko akan memasang wajahnya nanti, bukan? Ketika memikirkan Aiko, aku pun terpikir tubuhnya yang lembut bagaikan kapas itu, tap juga elastis seperti bakpao yang baru keluar dari kukusannya. Sebagai laki-laki normal yang sudah pernah merasakan hubungan indah pria dengan wanita, aku berpikir bahwa aku akan mati jika terus dilanjutkan seperti ini.

Begitu memikirkannya, aku tidak dapat melepaskan benakku dari berbagai pikiran yang kotor dan memalukan tersebut. Aku tidak sabar untuk memikirkan berbagai ‘cara ‘ untuk menggoda Aiko yang seperti domba yang tidak tahu apapun mengenai cinta, agar dapat naik ke ranjang serigala besar, yaitu diriku.

Awalnya Nody ingin pergi untuk mandi, tapi hasilnya dia tiba-tiba mengeluarkan baju piyamanya untuk menghadang tubuhnya, seakan-akan takut akan dimakan olehku bertanya, “Alwi, apa maksudmu saat menatapku dengan pandangan mesum seperti itu? Aku katakana ya, aku rela pergi bersamamu dalam susah maupun duka, tapi aku tidak akan menemanimu tidur.”

Aku pun berkata dengan marah, “Kamu lah yang sedang memakai topengnya Lin Zhiling. Aku sama sekali tidak tertarik denganmu!”

Nody pun terkikik dan berkata, “Karena kamu tidak mendambakan tubuhku, kamu pasti barusan sedang melihat ‘orang lain’ dengan pandangan yang mesum itu. Katakanlah, saat itu kamu sedang memikirkan kak Aiko, bukan? Kamu tidak membuat anak dengan kak Aiko ketika semua orang tidak berada di rumah pada malam ini, kan?”

Aku pun berpikir aku hampir saja akan melakukan sesuatu, tapi kamu pun kemari, bukan? Dengan dendam melihat Nody, aku pun berkata, “Tidak, aku masih seorang pria yang terhormat.”

Nody berkata, “Aku merasa kamu takut bahwa waktunya sangat pendek dan sangat memalukan, makannya kamu tidak melaksanakannya kan,” kata Nody.

“Aih, si bocah ini, lihat saja apakah aku akan memukulmu hingga mati!” kataku dengan amarah sambil bergegas keluar.

Nody pun segera berlari ke kamar mandi dan berteriak, “Kak Aiko, tolong aku! Alwi ingin melakukan hal yang nakal denganku.”

Aku pun langsung lari keluar kamar mandi dan memintanya untuk berhenti berteriak. Aku pun tidak jadi masuk sedangkan dia tertawa terbahak-bahak sambil berkata waktunya akan tiba. Kemudian dia bergumam dan mulai pergi mandi. Aku pun berdiri di pintu kamar mandi dan tidak memiliki pilihan untuk tertawa. Aku pun hampir lupa sudah berapa lama aku tidak se-gila. Aku pun sungguh berterima kasih ke Nody si bocah ini.

Dan juga begitu diganggu, semua pikiran yang berantakan tersebut telah dibuang keluar. Aku tiba-tiba merasa bahwa diriku yang sebelumnya masih gegabah. Walaupun percintaan pria dan wanita adalah hal yang wajar pada saat ini, tapi jika diizinkan, aku masih ingin memberikan Aiko sebuah kenangan yang tidak terlupakan, yang sangat romantis untuk ke pertama kalinya.

Ketika memikirkannya, Nody pun keluar dari kamar mandi. Aku pun memandangnya dan bertanya, “Bukankah kamu dan Sulistio bersama-sama pergi mengatasi anak buahnya Gunawan, kan? Mengapa kamu sudah cepat baliknya?"

Nody pun dengan marah berkata, “Jangan ungkat-ungkit masalah ini. Aku akan marah ketika masalah ini disebutkan. Si Sulistio ini terlalu mementingkan perasaanya dibanding dengan pertemanannya. Aku ikutin sesuai dengan idemu, pergi dengannya dan para saudara-saudara untuk mencari orang di berbagai tempat kumpulan si Gunawan. Mondy takut kita tidak bisa menanganinya sehingga dia juga membawa orang-orang kemari. Hasilnya, Sulistio demi bersendiri dengan Mondy, dia pun mengusirku. Menurutmu walaupun aku pergi, di belakang mereka berdua juga masih terdapat para saudara-saudara. Jadi mereka masih bisa sendirian, kah?”

Ketika melihat wajah marahnya Nody, aku pun tersenyum dan berkata, “Si Sulistio ini, malah membicarakan mengenai percintaan ketika sedang dalam waktu kerja. Nanti aku akan mengajarinya dan memarahinya untukmu.”

Nody pun tersenyum dan berkata, “Beneran kah? Aku sungguh sedang menunggu kamu untuk menghukum dia. Paling bagus marahin dia di depannya Mondy supaya dia tidak muka lagi. Aku lihat-lihat lain kali apakah dia berani mengusirku lagi.”

Aku pun tertawa terbahak-bahak dan berkata, “Kamu juga tidak perlu menyalahkan Sulistio. Salahkan dirimu yang lebih ganteng dari Sulistio. Dia takut bahwa kamu di suatu tempat akan menghalangi tokoh utamanya. Dia takut Mondy akan tertarik dengamu, makannya dengan terburu-buru mengusirmu.”

Nody pun mengelus dagunya dan berkata, “Aku pun berpikir demikian ketika kamu mengatakannya. Aih… Aku saking pintarnya bahkan tidak tahu bahwa kegantenganku dapat menganggu saudaraku. Aku sungguh bukan saudara yang baik.”

Aku pun melihat wajahnya Nody yang percaya diri, mendesah dan berkata, “Kamu baru menyadarinya? Kegantengan itu adalah dosa. Tapi juga bukan salahmu untuk telat menhgetahuinya. Lagian pula, sungguh tidak mudah untuk bertemu orang yang lebih jelek darimu. Tidak seperti aku, yang dari kecil hingga besar tetap ganteng sehingga dari awal sudah dapat memahami masalah ini dengan jelas.”

Nody pun menggertakan giginya dan berkata, “Alwi, apakah bunga krisan-mu sedang gatal ?”

Aku pun tersenyum dan berkatam, “Bungan krisan tidak akan gatal, tapi wajahku gatal, jadi aku akan pergi untuk menaruh masker wajah.”

Setelah selesai mengatakannya, aku pun melompat dan pergi ke laci untuk menarik selembar masker wajah. Nody pun datang kemari dan memintaku masker wajah tersebut sambil bertanya kapan aku membelikan mainan ini. Aku pun bilang bahwa Monica yang mengirimnya.

Ketika menyebut Monica, Nody pun berhenti sesaat dan bertanya, “Monica… apakah dia masih baik-baik saja?”

Aku pun berkata, “Sangat baik. Gadis itu telah berlari disini selama dua tiga hari ini. Kadang kala dia membuatkan sup iga untuk Dony Yun, kadang kala memberi Dony Yun kemeja atau sesuatu. Gadis ini sungguh mengagumi Dony Yun. Oh iya, masker wajah ini juga dia yang berikan untuk Dony Yun. Dony Yun tidak menyukainya, makannya dia memberikannya kepadaku.”

Setelah aku selesai membicarakannya, aku melihat Nody tidak berkata apa-apa, melainkan menunjukkan wajah seakan nyawanya sudah melayang keluar. Aku pun memutarkan pikiranku dan menunjuk dia sambil berkata, “Jangan katakana kamu…menyukai gadis itu?

“Tidak boleh, kah?” kata Nody.

“Tentu saja boleh. Tapi kamu juga jarang bertemu dengannya, bukan? Bagaimana…”kataku.

“Cinta pada pandangan.” Nody pun mengeluarkan sebuah kata yang membuat ku terkejut dan hampir saja mulutku jatuh ke bawah. Aku memandangnya dan bertanya, “Tidak mungkin, kan? Beneran kah?”

Nody mengangguk kepalanya dan dengan suram berkata, “Hmm. Pertama kali melihatnya yang kurus-kecil itu sedang sendirian berdirian di dalam kantor dan menghadapi begitu banyak ancaman dari para pria ganas tersebut, ketika melihat wajahnya yang masih tenang, aku pun langsung menyukainya. Hanya saja di belakang muncul terlalu banyak masalah, ditambah dengan aku adalah orang yang tidak percaya diri, makannya aku tidak mengejar dia. Siapa yang akan tahu bahwa si gadis ini akan menyukai Dony Yun.”

Setelah dia selesai mengatakannya, dia pun terlihat seakan patah hati dan berkata, “Ya sudahlah, Dony Yun kondisinya juga lebih bagus dibandingku. Jika dia beneran menyukainya, aku akan menyelamatinya.”

Mulutnya Nody berkata demikian, tapi ujung mulutnya seakan telah mengkhianati dirinya. Aku pun menepuk bajunya dan berkata, “Jika kamu beneran menyukainya, pergi kejarlah. Dia menyukai Dony Yun juga bukan karena kondisinya. Lagian pula Dony Yun sedikit perasaan pun tidak ada. Jika kamu beneran dapat menangkapnya, itu juga termasuk bantuan yang besar bagi Dony Yun. Tentu saja itu bantuan yang besar bagi dia juga. Kalau tidak, menunggu Dony Yun memepertegas gerakannya, dia pun akan menangis.”

Nody mendengar aku berkata demikian, bertanya dengan semangat, “Benarankah?”

Aku mengangguk kepalaku dan berkata, “Bahkan lebih benar dibandingkan emas dan perak. Makannya kamu tenang dan dengan berani pergi mengejarnya.”

Nody mengelus hidungnya, mengerutkan dahinya dan berkata, “Ya sudahlah, aku… aku punya status social pun tidak layak jika dibandingkan dengannya.”

Aku pun dengan heran memandangnya dan berkata, “Bagaimana mungkin kamu tidak layak denganya? Kamu adalah saudaraku, adalah anak adopsi ibuku. Setengah dari duniaku adalah dirimu. Untuk kedepannya, kamu akan bertanggung jawab atas dunia denganku. Bagaimana mungkin kamu tidak layak bagi si kecil Monica? Lagian juga, ketika pria dan wanita bersama-sama, dari awal tidak ada yang namanya tidak layak, apalagi Monica bukanlah ornag yang peduli dengan latar belakang keluarga seseorang.”

Awalnya aku mengira bahwa ketika Nody mendengar perkataanku, dia akan melepaskan kekhawatirannya. Namun, siapa yang akan sangka bahwa dia akan tersenyum dengan balik dan membalas, “Kamu tidak akan mengerti, aku…”

Berkata sampai disini, dia pun ingin berkata tapi tidak melanjutkan pembicaraannya. Aku dengan heran memandangnya dan bertanya, “Mengapa kamu sangat mirip dengan Jessi, suka setengah berhenti bicaranya,hah? Apakah kalian sedang menyembunyikan setengahnya untuk mengisi perut?”

Nody pun mengusap tangannya dan datang kemari ke depan ranjang. Dia meletakkan masker wajahnya di bawah bantal, kemudian melepaskan sandalnya dan naik ke atas ranjang, membelakangiku seakan-akan mengatakan bahwa dia akan tidur. Reaksi dia yang demikian semakin membuatku heran. Aku pun bertanya-tanya apa yang terjadi dengannya. Dia pun tidak mengatakan apa-apa. Aku pun duduk diatas ranjang, melihat sisi bagian belakang kepalanya sambil berpikir bahwa yang disembunyikan bocah ini sungguh dalam. Dia kayaknya sungguh mencintar Monica. Jika tidak, bagaimana mungkin dia akan menunjukkan dirinya yang kalah dan gelisah ini?

Asalkan kalian tahu, Nody dari dulu bukanlah orang yang tidak percaya diri. Jika bukan karena mala mini, aku pun tidak akan tahu apa yang disembunyikannya selain masalah mengenai ibuku.

Saat memikirkannya, aku pun heran dan bertanya, “Nody, apakah karena status orangtuamu adalah petani makannya kamu tidak percaya diri?”

Nody pun dengan segan berkata, “Bukan, bagaimana mungkin aku berpikiran seperti itu. Aku dari dulu tidak pernah memandang rendah para petani. Lagian pula, jika orangtuaku adalah petani, setidaknya aku akan dilahir bersih dan polos.”

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu