Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 164 Menukar Manusia Dengan Anjing

Ketika semua orang berteriak agar kita bersama sama, yang terdengar oleh telinga Felicia adalah kita berpisah, Aku hanya merasa setiap inci dari bagian tubuhku disayat oleh seseorang dengan pisau bedah, rasa sakitnya seperti tidak ada habisnya.

Felicia dengan tidak percaya mengangkat kepala melihat aku, dengan mata berlinang, bertanya:" Apa yang kamu bilang?"

Melihat dia terluka, aku juga sakit hati, merasa sudah tidak ada lagi kekuatan untuk berbicara, aku mengepalkan tangan, berkata:” Aku berkata, kita sampai disini saja. Mulai hari ini, aku, Alwi, tidak akan mencintaimu lagi, mulai hari ini, kita akan menjadi orang asing.”

Felicia terus menangis dan menanyakan mengapa. Dengan erat ia memegang dadaku, dan mic terletak dibawah daguku, semua suara nafasku terdengar oleh seluruh orang, sangat jelas. Semua orang merasakan suasana antara kita berdua sedang tidak baik, dibawah panggung menjadi diam. Semua orang menonton dan menunggu drama ini.

Aku memasukkan tangan ke kantong, memegang alat pendengar rahasia, tetapi tidak rela menyebutkan semua rahasianya, malahan menyimpan semua kesalahan dan beban untuk diriku, aku menarik nafas panjang, berkata:” Maaf, karena aku sudah suka sama orang lain.”

Ketika aku selesai berbicara, mic yang ada ditangan Felicia jatuh ke lantai, dia jongkok, seperti wayang golek yang talinya putus, tidak marah, tetapi orang dibawah panggung sedang marah, ada yang melempariku botol air, ada juga yang melempariku kaos kaki busuk, ada juga beberapa remaja yang ingin menumbukku, tetapi mereka ditahan oleh Leo yang juga sedang menonton.

Aku melihat Felicia, mendengar suara tangisannya, ingin bertanya apakah dia pernah tulus mencintaiku. Jika iya, mengapa dia terus menerus membohongiku? Jika tidak, mengapa dia harus nangis begitu sedih, membuat aku berpikir kalau dia benar benar mencintaiku.

Aku melihat Felicia, berbalik badan loncat kebawah panggung, didalam kegelapan. Ada yang mendorongku, ada yang meludahiku, semua orang memarahiku “selingkuh”, aku merasa lucu, segerombolan orang yang selalu menggonta ganti pacar, malah menjadi “jaksa”, yang disini menilaiku sebagai “ampas”.

Ingin meninggalkan tempat, mendadak ada suara horn, aku melihat Aiko sedang duduk didalam mobil, menungguku, aku jalan kesana, membuka mobil pintu dan masuk kedalam, dia menanyakan mau pergi kemana? Aku bilang ke Sanny Club saja, aku perlu kesana.

Aiko mengangguk, membawaku ke Sanny Club. Sebenarnya aku tidak ada mood untuk pergi, hanya tidak ingin rusakin niat baik Aiko.

Sebelum sampai Sanny Club, sebuah nomor hp asing menelpon hp aku, aku menekan tombol angkat, mendengar suara yang sangat asing, berkata:” Saudaramu ada ditangan aku, jika kamu tidak ingin dia kehilangan kaki, datang kesini, bawa barang yang aku inginkan.”

Setelah itu, dia segera menutup hp.

Hatiku mendadak ketakutan, kantong mata kanan terus loncat.

Aiko menanyakan mengapa. Aku mengatakan apa yang terjadi. Dia berkata:” Mereka membawa kak toba ke tempat pertarungan anjing, jangan-jangan Dingo sudah diinginkan orang lain?”

Aku mengangguk, aku juga berpikir seperti ini. Aku menjadi khawatir dan cemas, merenung apakah ini balas dendam ayahku? Mereka ingin memastikan apakah itu Dingo, lalu membalas dendam kepadaku?

Semakin dipikir semakin merasa mungkin terjadi, menjadi lebih khawatir, merenung sekarang aku di Nanjing sudah dicari cari orang. Jika menambah lagi musuh, aku tidak bisa membayar semua utang ini. Apapun yang terjadi,aku akan menemui orang tersebut. Berpikir sampai disini, aku segera menelpon Dony Yun, meminta dia agar membawa Dingo kedepan pintu Splendid, dan aku gampang membawanya pergi.

Aiko membawa mobil, kembali ke Splendid, sampai disana, dari kejauhan, aku melihat Dony Yun sedang membawa Dingo sedang menungguku, pintu mobil sekali dibuka, Dingo meloncat ketubuhku, sangat senang. Melihat Dingo begitu senang, aku juga senang, tetapi sekali kepikiran bahwa malam ini akan terjadi bahaya, aku merasa sedih, jika boleh, aku ingin menyembunyikannya selamanya, tetapi tidak bisa.

Aku mengelus elus bulu Dingo. Dengan rasa bersalah berkata:” Dingo, Kali ini aku akan membuat kamu dan aku sendiri menghadapi masalah.”

Dingo seperti mengerti apa yang aku omongin,menjadi sangat galak dan mengonggong, lalu menjilat mukaku, dengan senang melambaikan ekor.

Aku menghembuskan nafas panjang, telepon ke Sulistio, agar dia menyiapkan beberapa orang di Sanny Club, jika mendengar aba aba dariku. Tidak peduli siapakah tim lawan, aku harus menyiapkan semua hal, aku tidak boleh membuat kak toba terluka, dan juga tidak boleh membuat Dingo terluka. Dan yang terpenting, kalau bisa menangkap orang tersebut. Mungkin masih bisa membongkar rahasia, sekarang yang berhubungan dengan aku dan Dingo hanyalah tebakan, aku memerlukan kabar berita yang sebenarnya.

Ketika sedang berpikir, kita sudah sampai di Sanny Club, dan di tempat pertarungan anjing tercium bau bau bahaya, saat ini, suasana sangat ramai, suara orang sangat berisik, aku membawa Dingo melewati gang kecil menuji tempat pertarungan anjing, baru berjalan dua langkah, terdengar suara peluit, aku melihat kesana, dan ternampak Nody, yaitu Bos dari perusahaan sekuriti, di kejauhan dia meniup peluit, dan yang membuat aku terheran, yang dulunya hanya bersama aku, Dingo segera berlari menuju kesana.

Aku terdiam, dan juga heran, melihat Nody, aku bertanya:” Mengapa kamu disini? Kamu kenal sama Dingo?”

Nody tertawa, menunjukkan gigi putihnya, berkata:” Area ini, aku yang bertanggung jawab, malan mini aku hanya datang melihat, tetapi malah ketemu sama Bos Alwi, "memang orang yang kubenci ada dimana mana, Peihh.” musuh bagailkan hantu gentayangan.....,peihh!

Sekali berkata dua pribahasa salah digunakannya, dia kebingungan, Pemuda disebelah dia berkata:” Kalau tidak bisa kenapa sok sokan pakai pribahasa.”

Nody dengan marah berkata:” Aku suka pakai peribahasa, apa urusannya denganmu.”

Memang Nody! Aku tidak tahan dan ketawa, padahal aku kira dia orang yang tegas, siapa tahu dia begitu lucu, sikap dia seperti ini membuatku teringat dengan kak toba, tetapi aku tidak tahu apakah dia sedang bersandiwara atau bukan. Lagipula, dia berkata ini kebetulan, aku tidak percaya, mana ada hal kebetulan ini? Dan juga Dingo begitu dekat dengan dia, ini sangat aneh, aku rasa pria ini tidaklah mudah.

Dingo kembali kesampingku, tetapi masih sangat senang melihat Nody. Sepertinya sangat suka dengan dia. Aku terheran melihat dia, dia berkata:” Bos Alwi, jangan salah paham, aku tidak kenal dengan anjing ini, dari dulu aku tinggal dikandang anjing, badanpun memiliki bau anjing, jadi dia dekat dengan aku.”

Tinggal di kandang anjing? Melihat Nody, aku rasa dia memiliki cerita yang panjang, tetapi sekarang bukan waktu untuk mempedulikan hal ini, aku bilang:” Tempat pertarungan anjing sedang bermasalah, aku harus kesana, tologn panggilkan beberapa orang, jaga jaga didepan pintu, kalau dengar aba aba datang membantu, ok?”

Nody mengangguk, senyum dan berkata:” baiklah,”

Dia segera berbalik badan, menunggu dia pergi. Aku telepon ke Sulistio, menyuruh dia untuk mengawasi Nody.

Setelah itu, Aiko berkata:” Kamu kan tidak percaya dengan dia, mengapa menyuruhnya jaga dipintu? Jika ada yang terjadi, bukankah kita tidak bisa lari?”

Sepertinya Aiko juga telah menyadari keanehannya.

Aku berkata:” jika mereka benar mau melakukan apa apa, walaupun aku suruh atau tidak. Dia akan menyerbu kita, dan juga mungkin akan mencari tempat yang lebih rahasia, aku menyuruhnya kesana, agar Sulistio dapat menjaganya dan mengepungnya.”

Sambil berbicara, aku dan Aiko pergi menuju tempat pertarungan anjing.

Setelah masuk, terlihat seorang pria memakai jas, sekitar umur 40 tahun, sangat tinggi, dia sedang duduk diatas kursi, seperti sedang stroke, sambil menyanyikan lagu. Dan yang membuatku lebih peduli, ada seekor anjing disebelahnya, tetapi mirip seekor rubah yang memiliki mata sinis.

Dan melihat lagi ke Dingo, mendadak dia menggonggonga kencang. Melihat Dingo, bagaikan seperti anjing jantan yang sudah lama tidak melihat anjing betina.

Aku berpikir, memang tuan seperti apa akan ada anjing seperti apa.

Dan menghadapi tantangan dari anjing itu, Dingo mendadak liar, berlari menuji panggung pertarungan anjing, dan ingin berkelahi dengan anjing jantan tersebut. Aku berteriak:” Dingo, pulang.”

Mungkin karena suaraku lebih tegas, Dingo tahu aku sedang marah, segera pulang kesebelahku, aku melihat sekitar, bertanya: Dimana kak toba?”

Orang itu tidak henti melihat Dingo, dan berkata:” kamu ingin menyelamatkan saudaramu? Boleh, tetapi ditukar dengan anjingmu. Manusia ditukar dengan anjing.”

Sepertinya dia memang menginginkan Dingo,tetapi tidak bisa sehingga dia menculik kak toba.

Aku berkata:” Boleh, tetapi serahkan dulu kak toba.”

Aku melihat lagi sekitar, berpura pura takut dia akan membawa segerombol orang, berkata:” jika tidak, kalau kamu tidak memenuhi janji, bagaimana?”

Mungkin karena aku terlalu pengecut, orang ini tertawa, berkata:” aku kira kamu sangat berani, siapa tahu kamu adalah pengecut, banyak yang kecewa.”

Aku kebingungan dengan ucapannya, mengapa ada yang kecewa?

Saat ini, Pemuda ini menepuk tangannya, segera ada yang membawa kak toba kesini, melihat kak toba tidak terluka, aku tidak lagi khawatir, ketika dia melepaskannya, aku, menepuk Dingo, menyuruhnya ke sebelah pemuda itu, Dingo pun pergi, aku melihat orang tersebut sangat senang, dan keluar meninggalkan ruangan. Aku ingin lihat sampai kapan dia akan terus senang seperti ini!

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu