Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 165 Siapakah Dia?

Ketika Dingo sudah kesana, pemuda itu melihatnya dengan mata mengkilat kilat, seperti telah melihat pacar idamannya.

kak Toba dengan lemas berjalan menuju ke tempatku, dengan bersalah meminta maaf, dan bilang dia tidak bisa membantu apapun, hanya bisa membuat masalah. Aku sangat tidak nyaman mendengar ucapannya, padahal aku yang membuat dia kehilangan semuanya, padahal aku yang utang banyak dari dia, padahal aku yang membuat dia dalam bahaya, tetapi dia malah yang merasa bersalah.

Aku merangkul bahunya dan berkata:” Jangan berkata begitu lagi, jika tidak aku tidak akan menganggapmu sebagai saudaraku.”

kak Toba tertawa tetapi dengan muka bersalah, dengan suara kecil aku menyuruh dia untuk tidak khawatir, apakah orang itu membawa Dingo, aku sudah merencanakan semua ini.

Bicara sampai disini, aku melihat pemuda genit itu, dan bertanya:” kak, anjing sudah aku berikan, bolehkah aku tahu gunanya kamu mau anjing ini? Dan, kamu tidak mirip dengan orang lokal, tapi mirip dengan orang Jing Cheng, kamu ingin membawa anjing ini kesana?”

Pemuda itu berkata:” Ingin menipu aku? Aku beritahu kamu, tidak bisa! Dan, aku menyarankan kamu, kalau kamu berani mencari orang untuk menangkapku, aku akan membuatmu hilang dikota ini.”

Aku terkejut, berpikir apakah dia sudah tahu tentang rencanaku ini, dan sikap dia yang santai, apakah dia mempunyai latar belakang yang aku tidak tahu.

Sebelum aku mengerti, pemuda itu telah berbangga hati didepan umum berjalan menuju pintu, melihat dia seperti ini, aku menjadi ragu: Sekarang, aku tidak boleh membuat terlalu banyak musuh, kalau dia berasal dari Jing Cheng, bukankah aku sedang mencari mati? Tetapi kalau tidak beraksi, bagaimana dengan Dingo? Dan, jika tidak menangkap dia, bagaimana aku bisa mendapatkan rahasia?

Saat ini juga, aku menerima SMS bergambar, aku melihat gambarnya, aku terkejut, lalu aku marah. Ternyata aku dipermainkan.

Difoto itu ada dua orang, satu adalah orang tadi, dan satu lagi adalah Johan, musuhku dulu. Johan bermuka tegas, dan pemuda tadi bermuka hormat, seperti sedang membicarakan sesuatu. Pemuda itu memegang sebuah foto, dan foto itu adalah foto seekor anjing.

Walaupun tidak jelas fotonya, aku yakin itu adalah foto Dingo.

Aduh. Aku kira dia adalah pemuda berlatarbelakang, siapa tahu dia adalah seorang pecundang. Pecundang dan penjilat. Dia sangat hebat ketika acting, gaya bahasanya sangat mirip dengan orang Jin Cheng, Aku sangat marah dan ingin pergi mengejar pemuda itu, tetapi aku tahan, karena ingin menggunakan kesempatan untuk mencari informasi Nody. Ini tidak bisa merusakkan rancangan aku, jika Nody bekerjasama dengannya, dan mendadak Johan pun ikut, bagaimana denganku?

Aiko juga melihat foto, berkata:” Kenapa bisa dia?”

Aku berkata iya, aku juga tidak tahu. sejak aku pulang ke Nanjing, Johan sama sekali tidak beraksi aku tahu dia sedang menyiapkan taktik yang luar biasa, siapa tahu taktik itu digunakannya di Dingo, dia mau ngapain? Mempergunakan Dingo untuk mengancam aku? Tidak, kenapa tidak mengambil kak Toba saja, lebih berguna. Kalau bukan, mengapa dia ingin Dingo? Jangan jangan dia sudah tahu rahasia Dingo, tetapi kalau dia tahu, dia bisa apa?

Sambil berpikir, kak Toba bertanya:” Alwi, siapa yang mengirimkan SMS itu?”

Aku menoleh kebelakang dan melihat dia, muka dia pucat, terlihat aneh, hanya sebuah SMS, dia mengapa takut sampai seperti ini? Aku tidak tahu mengapa, nomor orang asing, lalu apa yang dia takuti? Dia berkata:” Johan, sama ngerinya dengan Claura.”

Mendengar ucapannya ini, aku menjadi paham, sepertinya Johan tidak sedikit menyiksanya. Aku menjadi pusing dan marah. Mungkin karena raut mukaku tidak baik, kak Toba segera membujukku dan bilang bahwa dia tidak apa apa, dan menyuruhku menanyakan siapa pemilik nomor telepon tersebut, dia takut foto itu palsu, ada yang ingin memancing emosiku terhadap Johan.

kak Toba memang ramah dan teliti, aku segera mengirim pesan kembali dan menanyakan dia siapa.

Sangat cepat, orang misterius itu membalas, dia berkata:”Seorang wanita yang tidak akan pernah melukaimu.”

Kemudian, dia juga mengirimkan pesan suara, aku membukanya, dan suaranya sangat tidak asing, berkata:” Kak Johan, jangan khawatir, aku pasti akan mendapatkan anjing itu.”

Suara itu adalah suara pemuda tadi.

Betul itu adalah Johan!

Aiko mendadak berkata:” Wanita yang tidak akan pernah melukaimu? Siapakah wanita ini?”

Melihat pesan ini, benakku muncul adegan yang sangat indah, apakah dia? Berpikir sampai disini, aku segera membalas kembali, bertanya:” Jessi, kamu ya?”

Dia tidak lagi membalas, Aiko mengingatkan bahwa pemuda itu akan pergi, aku segera mengejarnya, sambil mengirim pesan kepada Sulistio, menyuruhnya untuk segera datang.

Dengan cepat, aku mengikuti pemuda itu keluar dari tempat pertarungan anjing, yang membuatku tidak percaya adalah banyak orang terbaring dilantai, dan dikejauhan, ada Nody yang sedang merokok, tangan kanan sedang menjepit sebuah duri, tangan kiri memegang seorang pria gagah. Dan mengambil duri dan memasukkannya kedalam mulut pria gagah itu, dia terlihat kurus, tetapi memiliki tenaga yang sangat kuat, aksi ini, membuat banyak pria gagah ketakutan, pria gagah tersebut berteriak minta ampun dan kesakitan, tetapi karena mulut disumbat duri, suara tidak nyaring, ini akan mengurangi banyak kesalahpahaman publik yang tidak perlu.

Nody melepaskan tangan pria gagah itu, dengan kepalnya menumbuk perut pria itu, dan mengeluarkan duri dari mulut pria itu. Ini membuat pecundang itu jatuh kelantai , seperti sebuah gunung kecil, debu debu lantai berterbangan.

Nody menghembuskan napas, berkata:”kamu kira dengan tinggi badanmu itu bisa meninggikan kastamu?”

Orang disebelah dia berkata:” kak Nody, kamu salah menggunakan peribahasa lagi.”

Nody berkata:” Jangan ingatkan aku,ini namanya membuat peraturan sendiri dan main sendiri.”

Selesai berbicara, tatapan mata melewati pecundang, melihati aku, berkata:” Bos Alwi, apakah aku harus melanjutinya? Tolong pencerahan.”

Aku tersadar, melihat orang dilantai, tatapan mata melihat kejauhan, dan berpikir Sulistio yang belum tiba, hati memiliki pikiran, mengetahui Sulistio bisa jadi ditahan. Aku menjadi marah, dan berkata:” Lanjutkan!”

Pecundang itu menatap keaku, dan berkata:”Alwi, aku menyarankan kamu untuk segera berhenti, jika tidak aku………..”

Dia belum siap bicara, aku segera kesana, dan menendang dagunya, marah:” Pergi sana, jangan sok sokan menakutiku!”

Anjing disebelah pecundang langsung lari menuju aku, kecepatan Dingo semakin cepat, ketika ia ingin menggigit aku, Dingo langsung mengigit lehernya, sehingga kedua anjing bertengkar, dan sekuriti disebelah pecundang datang menujuku.

Aiko bagaikan angin melaju dari belakang aku, angkat tangan memegang lengan salah satu orang, mengangkat akti dan menendangnya kekejauhan, aku berkelahi dengan orang didepannya, Nody dan pengikutnya juga ikut dalam pertarungan, walaupun kami hanya berempat, tetapi tim musuh yang berpuluhan orang tetap kalah dalam waktu tidak sampai dua menit.

Saat ini, aku mendengar kak Toba berkata:” Mau lari kemana?”

Aku pergi melihat, hanya terlihat kak Toba sedang menangkap pecundang itu, aku baru saja mau kesana, pecundang mengeluarkan sebuah pisau, dan membalikkan kak Toba kelantai, kemudian pisau tersebut diletakkan di lehernya, aku menjadi cemas, berteriak:” Lepaskan dia!”

Pecundang tersebut tertawa dan berkata:” Lepaskan dia? Boleh, berikan aku mobil itu, tidak boleh mengejarku, membiarkan aku pergi, jika tidak aku mau nyawa bocah ini.”

Saat ini, aku melihat rumput yang ada dibelakangnya sedang begerak, aku segera memusatkan perhatian pecundang itu dan bilang:” Baik, aku akan mendengar perkataanmu.”

Pecundang melihat kebelakangku, aku menoleh kepala, melihat seekor anjing yang mirip dengan rubah terbaring dilantai, Dingo juga terluka dan lemas. Dengan sengsara pecundang tersebut bilang bahwa anjingnya telah mati, aku harus memberikan Dingo kepadanya, dan dia mau agar aku menyumbat mulut Dingo, aku bilang iya.

Dan saat ini juga, dirumput mucul seseorang, dia mengambil batu bata, mencampakkannya kekepala pecundang itu, dan berkata:” Pergi mati saja kamu!”

Orang ini adalah orang yang kutunggu dari tadi, Sulistio, muka Sulistion ada luka, mungkin karena tadi sudah dilukai orang.

Pecundang jatuh ketanah, dan pingsan.

Aku segera menuju kesana, mendorong dia, Sulistio mengambil tali dan mengikatnya, aku membantu kak Toba untuk berdiri.

kak Toba mendadak sangat sedih dan mendorongku, marah dan berkata:” Jangan peduli sama aku, aku hanyalah seorang cacat!”

Kemudian, dia jalan dengan pincang menuju kejauhan, aku segera mengejar, Aiko menarik tangan aku, berkata:” Biarlah dia tenang dulu.”

Aku menghembuskan nafas, dan melihat kak Toba pergi menuju kejauhan.

Saat ini, ponsel aku berbunyi lagi, aku ambil dan melihat, nomor asing itu akhirnya membalas, berkata:”

Aku adalah orang yang kamu pikirkan siapa.”

Novel Terkait

Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu